|
Selasa, 26 Februari 2008, tepat 25 hari banjir menggenangi Kampung Penombo, Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Belum ada tanda-tanda air akan surut. Kabut terus menggelayut di atas desa berpenduduk 2.096 kepala keluarga itu. Debit air sungai yang mengelilingi wilayah itu juga belum menunjukkan tanda-tanda normal. Banjir berkepanjangan membuat kehidupan warga semakin sulit. Bagaimana tidak, warga yang menggantungkan hidupnya dari bertani sawah dan tambak ikan terpaksa gigit jari. Banjir memupus harapan mereka. Kini mereka terpaksa bertingkah sebagai pengemis, mengharapkan bantuan dari pemerintah atau siapa pun agar bisa bertahan hidup. Sekretaris Desa Pantai Harapan Jaya, Denas, menuturkan, bila banjir belum surut dalam sepekan mendatang korban banjir kelaparan. Penyebab utama banjir adalah meluapnya Kali Ciherang yang bersebelahan dengan desa tersebut. Kali meluap setiap tahun, mulai 2001. Warga hanya pasrah menghadapi kenyataan itu. Banjir menggenangi rumah dan menenggelamkan sumber-sumber ekonomi warga. Panjul (40), warga Kampung Penombo, mengaku, debit kali setiap tahunnya mengalami peningkatan. "Banjir tahun ini lebih besar dibanding tahun lalu," ungkap petani itu. Lahan sawah, ladang, tambak ikan bandeng, dan udang terendam. Bahkan, sekolah pun terpaksa diliburkan sejak awal Februari lalu akibat banjir. Akses jalan terputus. Warga terpaksa menggunakan perahu sebagai alat transportasi. "Perlu waktu kurang lebih 40 hari agar banjir ini surut," ujar Panjul yang te- lah 15 tahun tinggal di Kampung Penombo. Rumah Panjul yang berada di antara hamparan sawah luas terendam air setinggi setengah meter. Area sawah rusak parah menjadi hamparan banjir bak lautan. Hingga Senin (25/2), sekitar 80 persen rumah dan sawah di desa tersebut masih terendam air. Ketinggian air bervariasi yaitu antara 0,3 meter hingga 1 meter. Kebanyakan rumah di desa itu masih terbuat dari bambu. Boleh dikatakan lokasi itu merupakan komunitas masyarakat miskin. Panjul yang meliliki empat anak ini mengungkapkan, setiap memasuki awal tahun, warga Desa Pantai Harapan Jaya selalu berada dalam keadaan waspada banjir. Guyuran hujan yang datang setiap hari dalam sebulan terakhir mempercepat debit air dua sungai yang mengapit desa tersebut. Kali Ciherang dan Kali Bebenol, merambat naik melewati ambang batas. Akhirnya, meluber ke pemukiman dan lahan warga. Luapan kali masih menggenangi 1.700 rumah di 22 RT, merendam 1.500 hektare sawah, dan menenggelamkan 1.000 hektare tambak ikan bandeng dan udang. Di antara sawah yang terendam, terdapat sekitar 200 hektare padi berumur 3 bulan sudah mulai membusuk. Sedangkan 1.200 hektare lainnya sedang dalam penyamaian, juga tak luput dari hantaman banjir. Kerugian materil di Desa Pantai Harapan Jaya diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Belum lagi di desa lainnya seperti di Desa Jaya Sakti, Pantai Bahagia, Pantai Bakti, Pantai Sederhana, Kecamatan Muara Gembong. Sementara itu, di Kecamatan Cabang Bungin yang merupakan tetangga Kecamatan Muara Gembong juga terkena dampak luapan Kali Ciherang. Tiga desa yang diterjang banjir di Kecamatan Cabang Bungin yaitu, desa Lengga Sari, Jaya Sakti, dan Jaya Bakti. Lebih lanjut Denas, mengungkapkan, banjir di wilayahnya sudah merupakan musibah tahunan dan belum ada solusi hingga sekarang. Tidak adanya tanggul pengaman di sepanjang Kali Ciherang, membuat air yang meluap tidak terbendung. "Kondisi Muara Kali Ciherang sudah sangat memprihatinkan. Sudah Sepuluh tahun tidak pernah dikeruk. Ini yang menyebabkan air Kali tidak lancar mengalir ke laut," kata Denas seraya mengharapkan pemerintah secepatnya menormalisasi Muara Nawan agar air tidak meluap ketika debit Kali meningkat. Selain itu, tambah Denas, perlunya pembangunan bendungan untuk menahan laju pasang air laut di kampung Sungai Indah Desa Pantai Harapan Jaya, tepat di pertemuan empat kali yang akan mengarah ke laut, yaitu Kali Ciherang, Kali Cikarang Bekasi Laut (CBL), Kali Bebenol, dan Kali Bekasi. [Hotman Siregar] Post Date : 26 Februari 2008 |