|
JAKARTA– Banjir yang terus melanda Ibu Kota menyebabkan warga mengalami depresi. Hasil survei Kajian Seputar Kota (Katas) menyebutkan sebanyak 89% warga stres akibat banjir. Survei yang dilakukan pada 24 November 2012 hingga 1 Desember 2012 tersebut mengambil 748 responden. Semuanya merupakan warga Jakarta yang tersebar di 44 kecamatan, 5 wilayah kota, dan 1 kabupaten. Survei dilakukan melalui wawancara kuesioner dengan margin of erordi bawah 2%. Direktur Eksekutif Katas Didi O Affandi mengatakan, per soalan banjir di Jakarta ini sudah ada sejak dulu. Kendati de mikian, banjir ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, sebab setiap ada banjir selalu menimbulkan dampak buruk ter hadap warga. Baik itu genangan maupun banjir. Banjir juga berimbas pada aspek lain. Terganggunya ekonomi dan akses aktivitas masyarakat pun terhambat. Fasilitas publik tidak dapat dimanfaatkan ma syarakat, bahkan banjir ini menimbulkan kemacetan. “Bayangkan saja, hujan dengan intensitas kecil di Ja karta selama kurang dari satu jam menimbulkan macet selama tiga jam,” ujar Didi dalam kon ferensi pers di Jakarta kemarin. Survei itu menyebutkan dari 666 responden atau 89% mengatakan bahwa banjir men imbulkan masalah macet dan mem buat mereka depresi. Sebanyak 90% atau 670 res poden mengungkapkan bahwa ba n jir menyebabkan macet pan jang. Masyarakat ber pendapat penyebab timbulnya macet di Jakarta, sebanyak 66% dipicu oleh pembangunan pusat perbelanjaan berupa mal, area perkantoran, dan perumahan. Kondisi ini membuat daerah aliran air sungai (DAS) semakin menyempit. Sementara 533 responden atau 71% lainnya meng ung - kap kan, penyebab banjir juga ka rena persoalan sampah. Keberadaan sampah di setiap kali dan drainase membuat air hu jan tidak dapat mengalir de ngan baik ke hilir. Ketidaklancaran arus ini membuat hujan selalu membanjiri per - mu kim an di sekitar. Bahkan, k edalam an air mencapai satu meter lebih. Direktur Riset Kasta Rully Nasrullah menambahkan, banjir di Jakarta membuat ma syarakatnya tidak berbuat banyak, selain untuk tetap bertahan hidup. Caranya dengan tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Pernyataan itu tergambar dalam hasil survei, sebanyak 506 res ponden (68%) warga tetap bepergian. Warga berusaha menyikapi kondisi banjir ini dengan tetap menjalani aktivitasnya, baik itu ke kantor, berdagang, ataupun pekerjaan lain. “Kalau tetap berdiam di rumah, ka rena banjir, masyarakat bisa tidak hidup. Mereka menggantungkan hidup dari usaha masing-masing di luar rumah,” tandas Rully. Meski demikian, dalam survei ini disebutkan bah wa 398 responden (53%) meyakini Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo danWakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama mampu membawa Jakarta keluar dari persoalan banjir. Akan tetapi, survei itu tidak menggambarkan berapa lama target diminta oleh masya akat kepada Jokowi-Basuki untuk menyelesaikan persoalan banjir di Jakarta. “Survei ini tidak meminta persepsi dan tidak meminta target mereka,” ujar Rully. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta Ery Basworo mengungkapkan, kedepan pihaknya terus melakukan penanganan banjir, di antaranya melakukan normali sasi terhadap tiga kali, Pesang grahan, Angke, dan Sunter. ini ketiga sungai atau kali itu tengah dalam tahap inventarisasi wilayah yang harus di bebaskan dan luas penambahan lebar sungai didapatkan. “Program ini baru berlangsung selama tiga tahun sejak 2011. Setelah pembebasan nantinya, pemerintah pusat akan melakukan pekerjaan teknisnya,” ujar Ery. ilham safutra Post Date : 17 Desember 2012 |