Banjir Meluas,Rugi Rp2,5 M

Sumber:Koran Sindo - 03 Februari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

BOJONEGORO (SINDO) – Wilayah terendam banjir akibat luapan sungai Bengawan Solo terus meluas.Setidaknya 61 desa di Bojonegoro terendam.Sementara kerugian telah mencapai Rp2,5 miliar.

Banjir tak hanya menggenangi sebagian wilayah Bojonegoro. Di Gresik, luapan Kali Lamong yang merupakan anak Bengawan Solo merendam 36 desa. Hal yang sama terjadi di Jember, Lumajang, Ngawi, Probolinggo, dan beberapa daerah lain. Berdasarkan data satuan tugas penanggulangan dan pengungsi (Satgas PBP) Kabupaten Bojonegoro, sebanyak 61 desa yang terendam itu tersebar di 14 kecamatan.

Situasi bertambah mengkhawatirkan mengingat ketinggian air cenderung naik.Pantauan di papan duga dekat pasar Kota Bojonegoro, pukul 06.00 WIB Senin (2/2) mencapai 14.75 dari permukaan laut (dpl). Air terus naik pukul 09.00 WIB menjadi 14.81 dpl, dan pukul 10.00 WIB naik lagi menjadi 14.82 dpl.

Kenaikan permukaan air sungai Bengawan Solo juga masih terus terjadi hingga pukul 16.00 WIB mencapai 14.92 dpl dan mendekati Siaga III. “Memang masih siaga II.Tapi sudah mendekati siaga III,” kata Koordinator Pengendalian dan Pengamanan Balai Pengelolaan Sumberdaya Air (BPSDA) Bengawan Solo Muljono kemarin.

BPSDA Bengawan Solo sendiri memprediksi air akan terus meninggi hingga mencapai 15.00dpl(siagaIII).Hanya saja, ada kecenderungan air akan turun lagi, karena di wilayah hulu sungai sudah tidak ada banjir seperti di wilayah Solo- Jateng yang kini permukaan air hanya 6.50 dpl (di bawah normal).

“Ini kan banjirnya hanya ada di Ngawi yang masih siaga III dan Madiun. Kalau dua daerah ini masih banjir, berartiBojonegoromasihakan naik lagi,”katanya. Muljono menambahkan, dari data yang diperoleh BPSDA dari Balai Besar Bengawan Solo di Solo,ketinggian air di Ngawi masih 8.70 dpl dan masuk siaga III.

Hanya, ketinggian air ini terbilang sudah turun,karena sebelumnya mencapai 8.85 dpl.Ia juga menuturkan, banjir Bojonegoro masih akan tergantung dengan cuaca di wilayah Madiun, Ngawi, dan Bojonegoro sendiri.“Karena, jika semuanya hujan, anak sungai akan mengalirkan air ke Bengawan Solo secara bersamaan.Akibatnya, banjir akan datang,” terangnya.

Banjir mengakibatkan sebagian warga di bantaran sungai, seperti di Kelurahan Ledok Wetan dan Ledok Kulon, Kecamatan Bojonegoro terpaksa mengungsi.Mereka mendirikan tenda-tenda darurat dari terpal di atas tanggul sungai.Anggota keluarga yang berusia lanjut dan anakanak balita dibawa ikut serta di tenda pengungsian. Menurut Mahmuda, 50, warga Ledok Kulon, dia dan warga lainnya mulai mendirikan tenda setelah melihat air sungai terus meninggi.

Warga juga membawa peralatan dapur, pakaian,tempat tidur dan keperluan lainnya. Sedang, anak-anak usia SD terlihat asyik berenang di air keruh luapan sungai Bengawan Solo. Banjir juga membuat sebagian sekolah meliburkan siswanya. Beberapa sekolah itu di antaranya SD di Ledok Kulon dan Ledok Wetan, Madrasah Ibtidaiyah di Desa Kalirejo Kecamatan Kapas, serta dua SDN di Kecamatan Kalitidu.

Di Gresik,data Satlak PBP menyebutkan sedikitnya 36 desa di empat kecamatan sempat terendam parah walau sore kemarin telah menyusut.” Walau begitu, kami perkirakan banjir susulan akan datang.Dengan catatan bila wilayah Jombang, Mojokerto dan Lamongan selatan hujan. Makanya, kami lebih suka Gresik yang hujan,hingga wilayah selatan tidak banjir,” ujar Sekretaris Satlak PBP Gresik Supi’i kemarin.

Mengantisipasi banjir bakal menelan korban jiwa, rumah- rumah penduduk yang berlokasi di bantaran Bengawan Solo yang melintas di Desa Tirem Enggal, Desa Karang Cangkring, Desa Dukuh Kembar dan Desa Madu Mulyo, Kecamatan Dukun akan direlokasi. Bupati Robbach Ma’sum yang didampingi Sekda Husnul Khuluq meminta kepada Kades Tirem Enggal bersama Camat Dukun Sedyo Utomo supaya merelokasi warganya ke tempat aman.

Selain demi kemanusiaan karena mereka tidak mampu, juga upaya peninggian tanggul Bengawan Solo tidak terganggu. ”Kami harapkan kades bersama camat mencari tempat relokasinya, pemkab yang akan membangun rumahnya,”ujar Robbach Ma’sum. Terkait bantuan, Satlak PBP Gresik telah mendistribusikan bantuan di Kecamatan Benjeng.

Alasannya, karena wilayah tersebut yang paling parah, sedangkan wilayah lainnya hanya dile-wati air saja.Total bantuan, kata Supi’i, mencapai 5 ton beras dan 400 dus mie instan. Sementara itu di Jember, hujan deras yang mengguyur Jember sejak dua hari terakhir ini kembali membuat sungai Tanggul dan Bondoyudo meluap dan merendam Desa Kraton dan Desa Paseban di Kecamatan Kencong.

Banjir semakin parah karena tanggul sungai yang jebol belum dapat diperbaiki. Kepala Desa Kraton Edi Winoto mengatakan, jebolnya tanggul menyebabkan air bah semakin meluas dan merendam 402 rumah warga. Padahal banjir yang terjadi disana sebelumnya hanya merendam 255 rumah.

Situasi yang sama terjadi di Lumajang. Puluhan desa di Kecamatan Rowokangkung dan Kecamatan Yosowilangun juga terendam.Kepala Harian Satlak PBP Lumajang Wisu Wasono Adi mengatakan, di Kecamatan Rowokangkung ada sekitar 1.767 rumah yang terendam dan di Yosowilangung yang terendam hanya persawahan seluas 50 hektare. ”Tidak ada warga yang mengungsi, hanya sajahewanternak yang diungsikan,”katanya.

Pemprov Antisipasi

Kerugian akibat dampak luapan sungai Bengawan Solo dan Brantas serta terusannya di Jatim tidak sedikit.Untuk kerugian lantaran rusaknya sarana infrastruktur, jumlahnya mencapaimiliaranrupiah. Rapat gabungan internal Pemprov Jatim menyikapi bencana selama awal tahun 2009 yang dilaksanakan kemarin,membeber kerugian tersebut.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Jatim Mustofa Chamal Basya menyebutkan, kerugian yang timbul sekitar Rp2,5 miliar. “Itu akibat banjir mulai Januari (2009) di Malang, Situbondo, Banyuwangi, Ponorogo, Ngawi,Madiun dan lainnya,” terang Mustofa. Menurut dia,kerugian ini bisa lebih besar lagi karena pengendalian banjir sulit dilakukan, terutama di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo.

Kesulitan itu terletak pada kapasitas tampung aliran tidak sebanding dengan besarnya debit air dari waduk Gajah Mungkur Jateng.Di sisi lain, peluang turunnya hujan di daerah tangkapan air (DTA) sungai Bengawan Solo mulai hulu sampai hilir masih tinggi. Kepala Dinas Pertanian Jatim Wibowo Ekoputro menyebut banjir selama Januari 2009 ini melanda wilayah 19 kabupaten dan 74 kecamatan.

Di wilayah tersebut terdapat 840.465 hektare lahan pertanian padi dan 947.068 hektare jagung. Data dinas menunjukan, 9.348 hektare lahan pertanian padi tenggelam dan gagal panen, dan 969 hektare puso. Sedangkan lahan pertanian jagung yang terendam seluas 12.190 hektare,dan 66,9 hektare puso.

Dibanding tahun 2008, areal pertanian yang terdampak sekarang jauh lebih kecil. Tahun lalu ada 44.300 hektare lahan padi,dan 2.790 hektare lahan jagung terendam. (nanang fahrudin/ashadi ik/ p juliatmoko/soeprayitno)



Post Date : 03 Februari 2009