Banjir Meluas di Banten

Sumber:Kompas - 06 Januari 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Pandeglang, Kompas - Banjir kembali memutuskan jalan penghubung antara Kecamatan Patia- Pagelaran, Kabupaten Pandeglang, Banten, Sabtu (5/1). Selain itu, wilayah banjir di Banten meluas. Dua kecamatan di Kabupaten Lebak terendam. Sementara itu, air laut pasang di Muara Baru, Jakarta Utara, surut.

Menurut keterangan warga, Sungai Cilemer yang melintasi Kecamatan Pagelaran dan Kecamatan Patia kembali meluap pada Jumat (4/1) sore. Genangan bertambah tinggi pada Sabtu dini hari sekitar pukul 03.00.

"Waktu sore, genangan masih sekitar 50 sentimeter. Tadi sebelum subuh genangannya tambah tinggi. Sampai sekarang belum surut-surut," tutur Sarta, warga Desa Surianeun, Kecamatan Patia.

Seperti pekan sebelumnya, jalan penghubung antara Kecamatan Patia dan Pagelaran kembali terendam air setinggi lebih kurang satu meter. Jalan yang merupakan akses satu-satunya warga Patia menuju pasar dan daerah perkotaan itu terputus dan tidak bisa dilalui.

Jalan akses menuju Desa Idaman yang berada di ujung kecamatan juga terendam air setinggi satu meter. Warga terpaksa menyeberang jalan dengan menumpang perahu kayu bertarif Rp 5.000-Rp 20.000.

Luapan air Sungai Cilemer juga merendam ratusan rumah di Desa Surianeun dan Idaman di Kecamatan Patia, serta Desa Pagelaran, Kecamatan Pagelaran. Ketinggian air rata-rata antara 70 sentimeter sampai 1,5 meter.

Ratusan rumah di enam kecamatan lain, yakni Kecamatan Panimbang, Sukaresmi, Sindangresmi, Picung, Angsana, dan Munjul juga terendam air. Banjir terjadi karena Sungai Ciliman dan Cilemer beserta sejumlah anak sungai lainnya kembali meluap setelah sempat surut pada Selasa lalu. Sungai tidak mampu menampung air hujan yang terjadi selama empat hari berturut-turut.

Luapan air Sungai Ciliman juga merendam pemukiman penduduk di Desa Keusik, Kecamatan Banjarsari, Lebak.

Banjir juga merendam tiga desa di Kecamatan Wanasalam, Lebak, akibat meluapnya Sungai Cibinuangeun. Ratusan rumah di Desa Sukatani, Wanasalam, dan Bejod terendam air setinggi sekitar 1,5 meter.

Tolak relokasi

Meski banjir selalu terjadi setiap tahun, warga menolak tawaran relokasi, termasuk 81 kepala keluarga di bantaran Sungai Cilemer yang merupakan daerah terparah saat banjir.

"Memang pernah ditawari pindah, tapi disuruh transmigrasi. Kami maunya kalau dipindah ya ke daerah yang dekat-dekat sini saja," kata Sanah, warga Surianeun.

Warga memilih mengantisipasi banjir dengan membangun fondasi rumah melebihi satu meter dan menyiapkan kolong atap rumah sebagai tempat menyelamatkan diri.

Sementara itu, meski terjadi banjir setiap tahun, Pemerintah Provinsi Banten belum melakukan tindakan penanggulangan banjir.

Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum Banten M Sholeh, tahun ini Pemprov Banten baru merencanakan untuk membuat desain penanggulangan banjir. Dinas PU sudah mengusulkan dana Rp 500 juta pada APBD 2008 untuk kajian desain penanggulangan banjir di Banten.

Muara Baru surut

Setelah kemarin air setinggi 20-60 sentimeter menerobos sejauh 400-500 meter daratan RW 17 Muara Baru, Jakarta Utara, mulai Sabtu (5/1) siang, air perlahan-lahan surut. Genangan air setinggi 15-20 sentimeter hanya terlihat di sebagian wilayah RW 17 Muara Baru.

Penurunan tinggi air mulai terjadi sejak pukul 12.00 siang kemarin. Pada pagi sampai siang hari, beberapa tukang becak masih terlihat menyeberangkan warga di depan PT Inter World Steel Mills. Sedangkan, mulai sekitar pukul 15.00 tempat itu sudah tak lagi digenangi air.

Walaupun demikian, Kasrun mengaku dirinya masih merasa waswas jika suatu saat air laut pasang lagi. "Bagaimana pun, kalau tanggul enggak dibangun ya tetap saja kami khawatir," tuturnya.

Lurah Penjaringan Budi Santoso mengatakan, pihaknya telah membangun tanggul darurat dari karung pasir dan tumpukan batu. "Panjang tanggul sekitar 300 meter dengan ketinggian bervariasi, 50 sampai 170 sentimeter" ungkapnya.

Sementara itu, sekitar 50 warga Muara Baru terlihat antre memeriksakan kesehatan mereka di posko kesehatan. Sebagian besar warga yang berobat adalah anak-anak dan ibu-ibu rumah tangga. Kebanyakan mereka mengalami gangguan kesehatan, seperti influenza dan sakit kulit. (NTA/A01)



Post Date : 06 Januari 2008