Banjir Meluas di 72 Desa

Sumber:Suara Merdeka - 25 Februari 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

PATI- Kendati dalam dua hari ini kondisi cuaca di Kabupaten Pati cerah, laporan daerah yang mengalami banjir yang diterima Pemkab terus bertambah. Hingga Minggu (24/2), ada tambahan empat desa yang tergenang, sehingga jumlahnya mencapai 72 desa.

Namun, pihak Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Diskesospermas) sejauh ini masih mengecek kebenaran laporan banjir di Desa Geritan (Kecamatan Pati), Karangwage (Trangkil), Ngurensiti (Wedarijaksa), dan Jimbaran (Margorejo).

Kepala Diskesospermas Sugiharto SH MM mengatakan, hampir setiap hari laporan desa yang kebanjiran selalu bertambah. Namun, pihaknya perlu mengecek kebenarannya ke lokasi secara langsung.

"Kalau memang benar kebanjiran akan kami masukkan dalam daftar bantuan. Namun jika hanya menggenangi pekarangan, tidak kami bantu karena kami lebih memrioritaskan yang permukimannya terendam," ujar dia, kemarin.

Sementara itu, cuaca yang cenderung cerah dua hari belakangan ini, kata Kasubdin Pengairan Diskimpras Munjaedi ST, membuat elevasi Sungai Juwana berkurang sekitar 10 centimeter. Jika dua hari lalu mencapai 100 cm, kemarin sore bekurang menjadi 90 cm.

Elevasi air sungai yang mencapai 100 cm tersebut lebih dipengaruhi oleh hujan lokal di sekitar Lereng Muria. Sedangkan kiriman air dari arah Kudus dan Purwodadi nyaris tidak ada karena saat ini pintu pada Bendung Wilalung untuk aliran ke Pati ditutup.

Kendati demikian, pihaknya memperkirakan genangan banjir susulan yang meluas baru surut tuntas beberapa bulan ke depan. "Informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika, hujan masih akan turun hingga akhir Februari, jadi penyusutan air ini masih bersifat sementara," jelasnya.

Akibat banjir yang berkepanjangan, salah seorang warga Desa Kosekan, Kecamatan Gabus, Jadi (45) mengaku jenuh dengan bencana yang hampir bisa dipastikan terjadi tiap tahun. Menurutnya, penyebab utamanya adalah tidak adanya keseriusan pemerintah kabupaten maupun pusat untuk menormalisasi Sungai Juwana.

"Kalau tidak segera dikeruk, tiap musim hujan kami yang berada di tepi Sungai Juwana akan selalu menjadi korban banjir. Dan ini jelas menambah kemiskinan karena kami tidak bisa berbuat apa-apa karena sawah kami juga terendam," keluh dia yang sehari-hari mencari nafkah sebagai petani.

Desakan normalisasi Sungai Juwana untuk segera direalisasikan, menurut Munjaedi, telah diupayakan pemkab. "Sasaran tahun ini adalah kawasan muara yang telah ada detail engineering design (DED)."

Selain itu, lanjutnya, dua waduk penampung air dari lereng Muria yakni Gembong dan Gunungrowo tahun ini juga akan dikeruk oleh Balai Besar Wilayah Sungai Jratun Seluna, Jakarta. Harapannya, daya tampung kedua waduk itu bisa kembali normal dan aliran air dari Lereng Muria bisa dikendalikan. (H49-60)
 



Post Date : 25 Februari 2008