|
KISARAN (SINDO) – Tingginya curah hujan sepekan terakhir membuat sejumlah daerah di Sumatera Utara (Sumut) dilanda banjir. Di Asahan dan Batubara, ratusan warga mengungsi lantaran rumahnya terendam air. Banjir juga melanda Kabupaten Labuhanbatu. Sungai Bilah yang membelah Kota Rantauprapat meluap hingga merendam empat kecamatan yang berada sepanjang bantaran sungai. Di Mandailing Natal (Madina), banjir disertai longsor menutup Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) dari Kota Panyabungan menuju daerah pantai barat kemarin.Ratusan rumah di Patiluban Hilir dan Patiluban Mudik, Kecamatan Natal, dan areal persawahan warga yang siap panen tergenang air. Banjir terparah terjadi di Kecamatan Air Putih dan Lima Puluh Kabupaten Batubara.Ratusan rumah warga terendam air hingga mencapai 120 cm. Titik-titik terparah tersebut ditemukan di tiga desa, yakni Desa Gambus Laut,Tanah Hitam Ilir, dan Simpang Gambus,Kecamatan Lima Puluh. “Ratusan warga terpaksa kami ungsikan,” ujar Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batubara Darwin Hitler Padang kepada SINDO kemarin. Dia memaparkan, banjir yang terjadi dalam beberapa hari ini diperkirakan kiriman dari Kabupaten Simalungun. Curah hujan yang tinggi di kawasan pegunungan membuat tanggul Bahbolon di sepanjang Sungai Gambus tak sanggup menampung air hingga jebol. Demikian pula dengan sungai yang ada di kawasan itu. Pemkab setempat mencatat di tiga titik banjir terparah itu, sebanyak 270 rumah warga terendam air sungai hingga mencapai ketinggian 1 meter lebih. ”Kami memperkirakan dalam dua hari ini Insya Allah air akan surut dan warga yang mengungsi sudah bisa kembali ke rumah,” kata Hitler. Akibat banjir ini, kondisi warga saat ini sudah mulai terserang penyakit gatal-gatal. Mereka sudah ditangani oleh tim medis yang diturunkan Dinas Kesehatan setempat di tiga penanggulangan banjir di Kecamatan Lima Puluh. Banjir yang terjadi di Kabupaten Asahan merendam Kecamatan Buntu dan Kecamatan Kisaran Barat. Kondisi terparah terjadi di Desa Tinggi Raja, Kecamatan Buntu Pane. Ratusan rumah warga sejak Sabtu (6/9), juga terendam banjir. Menurut salah seorang warga Irvan, hingga kemarin puluhan rumah warga masih terendam air. Banjir ini disebabkan meluapnya Sungai Silau Asahan yang kemudian merendam kawasan permukiman penduduk. Dia menuturkan, warga di sana khawatir luapan air akan kembali naik jika hujan yang telah sepekan ini terus mengguyur Asahan dan sekitarnya tidak juga reda. Sementara itu,mulai Sabtu (6/9) malam, air juga meluap di Kecamatan Kisaran Barat, Kabupaten Asahan. Ratusan rumah warga di tiga kelurahan di kecamatan itu sudah terendam banjir. Ketinggian air di daerah ini juga sudah menerobos ke rumah penduduk hingga mencapai ketinggian antara 30–40 cm. “Banjir ini mulai naik ke halaman dan rumah warga tadi malam,” ujar Camat Kisaran Barat Tengku Hudzaifah. Banjir ini juga diperkirakan kiriman dari Kabupaten Simalungun, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Asahan. Di daerah ini banjir terparah terjadi di dua titik dari tiga titik yang tergenang air. Keduanya adalah Kelurahan Sidomukti dan Bunut Barat. Di Kelurahan Sidomukti misalnya, menurut pejabat pemerintahan kelurahan setempat, banjir ini diperkirakan telah menggenangi rumah warga sebanyak 40 kepala keluarga (KK). Ratusan rumah warga lainnya di Kelurahan Bunut Barat juga digenangi air. Banjir ini merupakan banjir tahunan. Air sungai meluap hingga ke rumah warga. Biasanya terjadi setiap musim hujan. Karena itu, kapasitas debit air tidak lagi mampu ditampung oleh Sungai Bunut. “Untung sajalah warga sudah antisipasi sejak lama sehingga tidak banyak rumah yang terendam.Warga di sini sudah menyiapkan tembok penahan luapan air sungai di pintu rumah. Meski demikian, pemerintah daerah setempat juga telah menurunkan tim penanggulangan bencana,satuan pelaksana (Satlak) penanggulangan bencana (PB) kecamatan bersama unsur muspika dan pemerintahan kelurahan setempat.Tiga posko mulai Minggu (7/9) pagi disiagakan pemerintah daerah setempat. “Saat ini warga mulai terserang gatal-gatal dan batuk,” kata Tengku Hudzaifah. Dia menambahkan, untuk mengantisipasi banjir agar tidak kembali terjadi tahuntahun mendatang, pihaknya akan mengusulkan kepada pemerintah daerah proyek pengerukan sungai pada tahun depan. Sungai Bunut sudah mengalami pendangkalan, sehingga tidak mampu lagi menahan debit air. Banjir dan Longsor Tutup Jalinsum Madina Di Mandailing Natal (Madina), air sempat menggenangi perumahan warga hingga mencapai 60 cm.Menurut Hasan, salah seorang sopir angkutan umum Aek Mais jurusan Kota Padangsidimpuan– Panyabungan–Natal, kemarin air mulai berangsur surut hingga 30 cm dari semula. Selain banjir, longsor juga terjadi di dua daerah, yakni Desa Jambur Baru sebanyak enam titik dengan panjang titik longsor mencapai 40meter.Daerah lainnya adalah Aek Milas yang terdapat tiga titik longsor. Saat ini kondisi arus lalu lintas menuju pantai barat, Kecamatan Natal, dan Kecamatan Muara Batang Gadis masih belum bisa dilewati. Selain kondisi air masih belum surut, badan jalan menuju ke pantai barat masih ditutupi longsor. “Mobil belum bisa lewat karena badan jalan belum dibersihkan,apalagi saat ini menuju ke sana (pantai barat) belum bisa lewat. Makanya, perjalanan jadi terganggu,” kata Hasan kemarin. Dia mengatakan, kondisi ini sudah berlangsung sejak lama. Bahkan banjir yang melanda beberapa kawasan yang ada di pantai barat merupakan banjir tradisi ketika mau menyambut bulan suci Ramadan. “Masyarakat yang berada di daerah itu sudah dapat memperkirakan kalau sudah mau bulan puasa atau bulan puasa, pasti daerah itu akan banjir,” tuturnya kepada SINDO. Badan jalan ditutupi lumpur tebal yang sangat licin sehingga membahayakan pengendara yang melintasinya. “Kalau lewat jalan itu kita takut karena licin dan ada jurang yang sangat dalam,” ujar Hasan. Sementara Rizal Lubis, salah seorang penumpang, mengaku terpaksa mengurungkan niatnya untuk pulang kampung ke daerah Natal. Pasalnya sampai kemarin angkutan belum bisa melewati jalan menuju ke daerah asalnya. Bupati Mandailing Natal Amru Daulay mengatakan sudah menginstruksikan Dinas Pekerjaan Umum (PU) untuk langsung mendatangi titik-titik longsor tersebut. “Saya sudah menugaskan dinas terkait untuk segera membersihkan titik longsor yang ada di daerah itu supaya arus lalu lintas kembali normal,” tuturnya. Dia mengakui beberapa daerah menuju pantai barat Kabupaten Madina memang sangat rawan longsor. Penyebab kerawanan tersebut adalah tingkat kemiringan daerah dan banyaknya pembalakan liar di sekitar tempat itu. Amru berharap Pemerintah Provinsi Sumut (Pemprovsu) dan pusat agar mau membantu memberikan peralatan untuk mencegah longsor. “Karena selama ini alat yang ada di Kabupaten Madina untuk mengatasi longsor hanya dua unit dan itu belum maksimal,”katanya. Kepala Bidang Data dan Informasi pada Balai Besar Meteorologi dan Geofisika (BMG) Wilayah I Medan Rifwar Kamin mengatakan, berdasarkan prakiraan BMG, September adalah bulan memasuki musim hujan,sedangkan curah hujan masih di atas rata-rata antara 50–100 mm. “Dengan curah hujan tersebut, kejadian-kejadian yang sifatnya ekstrem seperti banjir dan longsor masih memungkinkan akan terjadi,” katanya. Kejadian tersebut juga dipengaruhi oleh gangguan cuaca di Samudera Lautan Hindia dan Lautan Cina Selatan, sehingga memengaruhi pola hujan di Sumatera Utara yang beberapa hari ini tinggi. “Tapi begitu pun, pada prinsipnya sudah kita sampaikan kepada Satkorlak (satuan koordinasi pelaksana),” ujarnya. (edy gunawan hasby/ zia ul haq/eko agustyo fb) Post Date : 08 September 2008 |