|
CILACAP - Hujan deras disertai angin kencang dalam beberapa hari terakhir, menyebabkan banjir dan tanah longsor serta jalan terputus di sejumlah daerah di Tanah Air. Misalnya banjir, melanda Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Jambi, Pontianak, dan Bengkulu. Sungai Citanduy di perbatasan Jateng/Jabar terus meluap menggenangi jalur selatan Jateng, khususnya di Kabupaten Cilacap menyusul hujan deras yang menyebabkan banjir di daerah itu. "Sampai Jumat (31/12) pagi, jalur sepanjang 300 meter antara Cilacap-Patimuan masih tergenang air. Sehingga jalur lalu lintas di daerah tersebut total," kata Bupati Cilacap, Probo Yulastoro SSos MM, Jumat pagi. Menurut Probo, hujan di bagian hulu, yaitu Banjarpatoman Kabupaten Ciamis, Jabar, juga sangat deras. Akibatnya saluran pelimpah yang ada di Cilacap tidak mampu menampung luapan air sungai Citanduy dan air meluap ke mana-mana menggenangi jalan dan rumah-rumah penduduk yang ada di tepi jalan tersebut. Ratusan rumah dilaporkan tergenang, namun penduduk belum mengungsi. Lebih jauh Bupati Cilacap mengatakan, untuk mengatasi hal itu, Pemkab telah menyiapkan ribuan karung plastik yang akan diisi pasir dan tanah digunakan untuk menyumbat saluran pelimpah yang tak mampu menampung luapan sungai Cittanduy. Dijelaskan pula, pada musim hujan ini di Cilacap juga terjadi bencana tanah longsor di beberapa tempat di daerah itu. Namun sampai Jumat tidak ada korban jiwa. Longor terjadi antara lain di Desa Sumpingayu Kecamatan Dayeuhluhur yang berbatasan dengan Ciamis, Jawa Barat. Tanah longsor ini menutupi sawah seluas 6,5 hektare, menutup jalan desa sepanjang 45 meter, dan beberapa hektare kolam ikan juga tertimbun tanah longsor. Sementara itu, jembatan gantung yang menghubungkan Desa Sindang Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga, Jateng dengan Desa Banjaran Kecamatan Bojongsari, yang membentang di atas Kali Klawing (anak sungai Serayu), Kamis (30/12) lalu ambrol diterjang tanah longsor. Bencana tanah longsor yang terjadi di sepanjang tepian kali tersebut, membuat jalur transportasi Desa Sindang-Banjaran pun terputus. Selain itu ratusan warga Desa Banjaran terisolasi, dan tak bisa ke kota Purbalingga. Karena jembatan tersebut merupakan satu-satunya sarana transportasi warga Desa Banjaran bila akan ke Purbalingga. Warga yang akan ke Purbalingga, kini harus berputar lewat Bobotsari sejauh 19 kilometer. Bupati Purbalingga Drs H Triyono Budi Sasongko,MM ketika dikonfirmasi menjelaskan, sebenarnya Pemkab telah merencanakan pembangunan jembatan yang permanen di atas Kali Klawing tadi. Namun sebelum rencana tersebut terlaksana, jembatan gantung tadi ambrol diterjang tanah longsor akibat hujan deras yang turun selama sepekan terakhir ini. Dengan terputusnya jembatan Sindang tadi, ratusan anak sekolah dasar (SD) yang biasa berjalan kaki sejauh 4 km dan meniti jembatan tersebut, kini harus berputar lewat Bobotsari sejauh 19 km dan harus naik angkutan umum dengan ongkos Rp 5.000 sekali jalan atau Rp 10.000 pergi pulang. "Anak-anak di kampung banyak yang berasal dari keluarga kurang mampu. Sehingga dikhawatirkan mereka akan bolos sekolah dan bisa terancam DO kalau sampai beberapa bulan tidak masuk sekolah," kata Camat Mrebet Imam Purseto,Ssos ketika melapor ke Bupati. Sementara itu, bencana longsor di Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo, Jateng, sampai Kamis petang meluas. Jumlah rumah yang tertimpa longsor menjadi 35 buah rumah. Padi Puso Sedangkan dari Bengkulu dilaporkan, puluhan hektare (ha) tanaman padi milik petani di Desa Kota Baru, Kecamatan Lebong Atas, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu dinyatakan puso, karena dihantam banjir yang melanda daerah ini Selasa (28/12) lalu, menyusul turunnya hujan lebat dua hari berturut-turut. Tanaman padi yang fuso itu sudah berumur dua bulan lebih, akibat para petani di Kecamatan Lebong Atas mengalami kerugian yang cukup besar. Hal tersebut diungkapkan Hal tersebut diungkapkan Kepala Desa Kota Baru M Yuzir Husin kepada wartawan, di Bengkulu, Kamis (30/12) petang. Ia mengatakan, luapan sungai Ketahun yang terjadi pada Selasa (28/12) lali itu tidak hanya merusak tanaman padi petani, tapi juga sempat menggenangi rumah penduduk yang ada di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Ketahun. Namun, banjir itu tidak sempat merusak harta benda dan rumah penduduk kecuali tanaman padi seluas 20 ha rusak. Sebab, genangan air hanya berlangsung singkat dan kemudian surut kembali. Kerusakan sawah petani di Desa Kota Baru, Kecamatan Lebong Atas, akibat banjir Selasa lalu, kata Kades Yuzir sudah dilaporkan ke Bupati Lebong, Drs Dalhadi Umar dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan tingkat II setempat. Namun, laporan itu belum ada tindak lanjut dari Pemkab Lebong. Para petani di Desa Kota Baru, khususnya yang tanaman padi mereka fuso karena banjir mengharapkan kepada Pemkab Lebong untuk memberikan bantuan bibit padi, sehingga awal Januari nanti mereka bisa menanam padi kembali mengganti tanaman padi yang fuso karena banjir tersebut. Mulai Surut Luapan Sungai Batanghari yang sempat mencapai status Siaga I dan menyebabkan ratusan warga Kota Jambi, Kabupaten Muarojambi dan Kabupaten Batanghari mengungsi mulai surut. Pantauan Pembaruan pada alat pengukuran permukaan Sungai Batanghari di Taman Tanggo Rajo Kota Jambi Jumat pagi, ketinggian permukaan sungai sekitar 13,75 meter. Ketinggian permukaan sungai itu turun sekitar lima centimeter dari keadaan Kamis sekitar 13,75 meter. Sedangkan hari Rabu (29/12) ketinggian permukaan Sungai Batanghari sempat mencapai 13,85 meter atau status Siaga I. Sementara itu, menurut perkiraan Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) Jambi, luapan Sungai Batanghari diperkirakan masih naik kembali karena curah hujan di daerah itu masih cukup tinggi. Kepala BMG Jambi Drs H Aryana Yasin kepada wartawan di ruang kerjanya Kamis menjelaskan, berdasarkan perkiraan, curah hujan di Jambi Januari 2005 mendatang rata-rata 289 mm. Curah hujan itu lebih tinggi sekitar 113 mm dari kondisi normal rata-rata 176 mm. Secara terpisah Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi Ir H Herman Suherman MM mengatakan, kendati luapan air mulai surut, warga masyarakat yang berada di kawasan daerah aliran sungai (DAS) harus tetap waspada. Terputus Dari Pontianak dilaporkan, akibat cuaca yang kurang baik sejak satu minggu terakhir ini dan hujan turun secara terus menerus mengakibatkan jalan lintas selatan yang menghubungkan Kabupaten Sintang dengan Kapuashulu putus. Akibatnya transportasi darat menuju kabupaten Kapuashulu menjadi terganggu. Sarijan (35) salah seorang sopir bus angkutan penumpang Pontianak- Kapuashulu kepada Pembaruan Kamis mengatakan, akibat cuaca yang kurang bersahabat yaitu hujan turun secara terus-menerus jalan antara Sintang dan Kapuashulu mengalami rusak berat, bahkan beberapa ruas jalan ada yang putus. Gubernur Kalbar Usman Ja'far kepada wartawan Kamis mengatakan, pihaknya sudah memerintahkan untuk mengirim tim dari Satkorlak penanganan bencana untuk melihat kondisi di lapangan. (WMO/SKA/141/143/146) Post Date : 31 Desember 2004 |