|
CIREBON, (PR).Ratusan rumah di empat desa Kec. Cirebon Utara, Kab. Cirebon, terendam banjir hingga mencapai ketinggian satu meter, akibat hujan lebat yang turun dua hari berturut-turut, Senin dan Selasa (6-7/2). Sementara itu, banjir di Kab. Kuningan telah merenggut dua korban jiwa . Sedangkan, banjir yang melanda kawasan Indramayu, mengakibatkan ribuan hektare sawah membusuk. Untuk itu, pemkab setempat mengajukan permohonan bantuan kepada Gubernur Jabar dan Menteri Pertanian, terutama berupa benih padi dan pupuk. Selain itu, sejumlah korban banjir di Indramayu kemarin melakukan aksi unjuk rasa karena minimnya bantuan yang mereka terima. Berdasarkan pengamatan di empat desa di Cirebon, Selasa (7/2), rumah yang terendam banjir di Desa Jadimulya dan Klayan terletak di perumahan Villa Intan, mulai dari Villa Intan 1 hingga Villa Intan III. Jumlah rumah yang terendam, menurut catatan posko banjir Desa Klayan, mencapai 90% dari 900-an rumah yang ada. Dari jumlah rumah sebanyak itu, yang terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 70 sentimeter, terjadi hampir di sepanjang Sungai Siprawan. Sejumlah penghuni pun yang memiliki saudara tidak jauh dari perumahan Villa Intan, pada pagi hari kemarin mulai mengungsi. Menurut Kuwu Klayan, Dadang Juanda, yang ditemui di sela-sela peninjauan, banjir yang melanda perumahan Villa Intan bukan karena air hujan yang turun pada Senin maupun Selasa lalu, tapi banjir yang menimpa hampir 90 persen dari 900 rumah yang ada karena luapan Sungai Siprawan. Dikatakan Dadang, ketinggian air mencapai satu meter terjadi di Desa Astana Blok Parid Lor dan Parid Kidul. Jumlah rumah yang terendam, menurut Kuwu Astana, Wahyudin, untuk Blok Parid Lor sebanyak 90 rumah, dan Parid Kidul sebanyak 122 rumah. Kuwu Wahyudin juga mengungkapkan bahwa banjir yang melanda blok Parid Kidul dan Parid Lor terjadi karena air Sungai Condong meluap. Sedangkan banjir di Desa Jadimulya, khususnya terjadi di perumahan pemkab dan di Desa Wanakaya baru membanjiri jalan-jalan sekitar kediaman. Banjir juga merendam ratusan hektare persawahan di desa tersebut. Di Kota Cirebon Sementara itu, hujan deras yang mengguyur Kota Cirebon, Selasa (7/2) sore, juga menyebabkan banjir di sejumlah kawasan. Bahkan, di titik-titik tertentu banjir mencapai ketinggian sekira 70 cm, sehingga merendam sebagian rumah warga. Banjir paling parah terjadi di kawasan perumnas, tepatnya di daerah Larangan, Rinjani, Bromo dan Ciremai Raya. Ketinggian air di tempat ini berkisar antara 30 cm hingga 70 cm. Tak urung, limpahan air hujan itu merendam rumah-rumah penduduk terutama yang berada di Jalan Ciremai Raya dan Jalan Gunung Bromo. Banjir yang menggenangi jalan-jalan di kawasan Perumnas itu juga membuat sejumlah kendaraan mogok. Kondisi ini dimanfaatkan kalangan anak muda yang mengais rezeki dari hasil mendorong kendaraan yang mogok. Sedangkan sebagian wilayah Kel. Argasunya dan Kel. Kalijaga Kec. Harjamukti juga terendam banjir setinggi 80 cm. Banjir terparah terjadi di Blok Suket Duwur Kel. Argasunya dan Blok Pesantren di depan RS Budi Luhur Kel. Kalijaga. Warga berhamburan keluar, karena tempat tinggalnya terendam banjir setinggi paha orang dewasa. "Berdasarkan data pada Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (PBPP) Kota Cirebon, banjir terparah terjadi di Blok Suket Duwur Kel. Argasunya. Begitu juga terjadi di Blok Pesantren di depan RS Budi Luhur sehingga mengakibatkan ratusan rumah warga terendam," kata Kasi Perlindungan Masyarakat pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Cirebon, Sukari, B.Sc., ketika dihubungi Selasa (7/2). Di Kab. Kuningan Dari Kab. Kuningan dilaporkan, akibat hujan deras yang mengguyur beberapa wilayah, beberapa hari terakhir, telah merenggut nyawa dua warga. Kedua warga itu ditemukan tewas tersambar petir dan terbawa arus Sungai Cijangkelok. Kedua korban masing-masing Said bin Hidayat (45) warga RT 02/01 Dusun Puhun Desa Sukaimut Kec. Garawangi dan Tarso bin Sukanta (45) penduduk RT 24/05 Blok Cidahu Desa Ciangir Kec. Cibingbin. Menurut Kapolres Kuningan, AKBP Drs. Suprayitno melalui Kasat Reskrim, AKP Salatieli Hia, Selasa (7/2), peristiwa yang menimpa kedua korban berlangsung dalam waktu bersamaan, namun tempat kejadian dan penyebabnya berbeda. "Said tewas akibat tersambar petir saat menyangkul di sawahnya. Sedangkan Tarso terseret air Sungai Cijangkelok Kec. Cibingbin yang meluap setinggi 12,5 meter dan menghanyutkannya sejauh tiga kilometer dari tempat kejadian. Saat itu, ia hendak mengontrol sawahnya di dekat sungai," tutur Salatieli Hia. Di Kab. Indramayu Dari Kab. Indramayu dilaporkan, jumlah sawah yang tanaman padinya mati dan membusuk akibat bencana banjir bertambah luas. Hasil inventarisasi terakhir, sawah yang gagal tanam mencapai 27.652 ha dan rusak ringan atau sedang mencapai 18.035 ha. Bencana banjir akhir Januari lalu, ternyata menggenangi 45 persen dari luas areal sawah yang ditargetkan ditanam pada musim rendeng tahun ini. Dari target rendeng mencapai 110.000 ha, genangan akibat banjir terjadi di 45.687 ha sawah yang 95 persen tanaman padinya berusia di bawah 1 bulan. "Tidak ada yang puso. Yang ada hanyalah gagal tanam," ujar Ahmad Busro, staf di Badan Ketahanan Pangan (BKP) setempat. Sementara itu, puluhan warga mewakili korban banjir di Kab. Indramayu, didampingi sejumlah mahasiswa, Selasa (7/2) berunjuk rasa di kantor pemkab dan gedung DPRD setempat. Pengunjuk rasa dari sejumlah kecamatan itu mengaku kelaparan karena sudah 10 hari mengungsi namun tidak memperoleh bantuan memadai. Pengunjuk rasa mengaku tidak pernah dikunjungi pejabat dari tingkat kabupaten sampai desa (kuwu). Asda Bidang Pembangunan, H. Syafrudin, B.A. Syafrudin berjanji bantuan dalam bentuk beras dan mi instan akan segera dikirim ke lokasi yang belum memperoleh bantuan. (A-93/C-23/C-09/C-20/ding/"Galura") Post Date : 08 Februari 2006 |