Banjir Melanda Batam

Sumber:Koran Tempo - 21 Desember 2006
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
BATAM -- Bencana banjir melanda Batam. Rumah warga kompleks Taman Raya terendam air setinggi 1-1,5 meter. Mereka mengungsi ke masjid dan rumah penduduk yang bebas banjir.

Banjir yang diawali hujan lebat selama tiga hari itu sulit dibendung. Tanggul air yang melindungi kompleks perumahan tidak sanggup menahan volume air. "Sekitar 500 dari 600 unit rumah terendam air," kata Junaidi, salah satu warga Taman Raya, kemarin.

Kepala Bagian Humas Kota Batam Guntur Sakti menjelaskan semua camat dikumpulkan oleh wali kota. Mereka diperintahkan mendata warga yang menjadi korban banjir. "Berikut menghitung kerugiannya," ujar Guntur.

Genangan air itu meliputi daerah Sagulung, Tiban Kampung, Batu Aji, dan Muka Kuning. Ketinggian air sebuah perkampungan di Muka Kuning mencapai tiga meter. "Daerah ini berada pada posisi rendah," katanya.

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batam Chablullah Wibisono mengatakan, "Banjir dipicu pengembang perumahan yang tidak memperhatikan drainase."

Meski belum dilanda banjir, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, mulai membangun penampungan korban banjir dan melakukan penyodetan Sungai Kumai. "Kami menyiapkan tempat pengungsi, stok obat, dan makanan," ujar Bupati Kotawaringin Barat Ujang Iskandar.

Penyodetan dilakukan sepanjang 28 kilometer dengan lebar 8 meter di Sungai Kumai untuk mengurangi banjir di Kota Pangkalan Bun. Daerah rawan banjir, menurut Ujang, terutama di Kecamatan Arut Selatan dan Pangkut.

Bupati Katingan Duwel Rawing melakukan hal yang sama. "Daerah rawan banjir di daerah kami meliputi 11 kecamatan. Kecamatan Tasik Pewan dan Pemipan paling parah," katanya.

Sedangkan daerah lain yang menjadi langganan banjir meliputi Kabupaten Murung Raya, Barito Utara, Barito Selatan, Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Seruyan, Sukamara, Lamandau, dan Kota Palangkaraya.

Musim hujan juga membuat waswas pemerintah daerah 12 kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Menurut Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Sulawesi Selatan Tan Malaka Guntur, daerah itu meliputi Enrekang, Tana Toraja, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur, Sidendreng Rappang, Soppeng, Wajo, Sinjai, Jeneponto, Bantaeng, dan Gowa. "Daerah itu juga rawan longsor," katanya.

Tanah longsor, menurut dia, paling rawan terjadi pada daerah yang tingkat kemiringan tanahnya 40 persen, seperti Luwu Utara, Enrekang, Tana Toraja, dan Palopo. Daerah tersebut sudah lama tidak boleh dijadikan permukiman penduduk. "Kami menginstruksikan warga di daerah rawan longsor agar waspada," katanya. Rumbadi Dalle | Irmawati | Karana WW | Irmawati



Post Date : 21 Desember 2006