PINRANG - Banjir bandang merendam ratusan rumah warga di Desa Salipolo dan Desa Bababinanga, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Banjir yang sudah berlangsung sejak Kamis pekan lalu itu juga merusak ratusan hektare kebun dan tambak milik warga.
Hingga kemarin, air setinggi 1-1,5 meter merendam beberapa wilayah di dua desa itu. Banjir ini disebabkan oleh jebolnya tanggul penahan sementara bantaran sungai yang memisahkan Desa Salipolo dengan Dusun Cilallang, Desa Bababinanga. Jalan yang menghubungkan kedua desa itu juga terputus. Warga terpaksa menggunakan perahu sebagai sarana transportasi.
Dari data yang diperoleh Tempo, jumlah korban banjir di Dusun Cilallang tercatat sebanyak 120 keluarga, Babana 170 keluarga, dan Jawi 43 keluarga. Luas lahan kebun yang rusak diperkirakan mencapai 600 hektare, sedangkan tambak 400 hektare. Kerugian, kata Waris, ditaksir mencapai Rp 500 juta lebih.
Kepala Desa Bababinanga, Abdul Waris, menuturkan, warganya kesal karena merasa tidak diperhatikan Pemerintah Kabupaten Pinrang. Mereka mempertanyakan belum adanya pejabat pemerintah kabupaten yang datang ke lokasi, meski banjir sudah memasuki hari kelima.
Sejauh ini, kata Waris, pemerintah baru menyalurkan bantuan berupa beras sebanyak satu ton. Namun jumlah ini tidak cukup dibagikan ke semua korban banjir. "Beras itu dibagi merata, tiap keluarga paling banyak menerima dua kilogram," dia menjelaskan. Pihaknya saat ini baru bisa membangun tenda ala kadarnya untuk tempat mengungsi warga.
Sementara itu, Kepala Seksi Bantuan Sosial dan Korban Bencana Dinas Sosial dan Pariwisata Kabupaten Pinrang, Baharuddin, menuturkan, bantuan untuk korban banjir memang baru berupa beras. Ia mengatakan bantuan lain belum bisa didistribusikan. "Kami harus menunggu perkembangan ketinggian air segera surut," dia menjelaskan.
Kemarin siang puluhan korban banjir dari Dusun Cilallang mendatangi kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pinrang. Mereka meminta DPRD memfasilitasi warga yang menginginkan relokasi. Apalagi banjir semacam itu, menurut mereka, terjadi setiap tahun.
Salah satu warga, Rahim Akil, menuturkan, mereka khawatir rumah mereka terancam terbawa arus jika tidak segera ditangani oleh pemerintah. "Kebanyakan dari kami saat ini menumpang di rumah keluarga kami di desa tetangga. Makanya kami meminta segera direlokasi," tuturnya.
Ketua Komisi II DPRD Pinrang H.A. Mukhtar mengungkapkan, pihaknya akan menyampaikan keinginan warga tersebut. Pemerintah, kata dia, sebenarnya telah mengucurkan anggaran cukup besar untuk penanggulangan banjir tahunan di wilayah itu.
Pada periode lalu, anggaran yang dikucurkan guna menanggulangi banjir di daerah itu sebesar Rp 4,5 miliar untuk pembuatan tanggul. "Tapi baru beberapa bulan (tanggul itu) sudah hancur akibat diterjang derasnya aliran sungai," ucap Mukhtar. Setelah itu, pemerintah kembali mengucurkan dana Rp 1,8 miliar untuk perbaikan tanggul, namun kembali jebol. SUHERMAN MADANI
Post Date : 03 Mei 2011
|