|
MESKI mulai surut, banjir bandang yang melanda delapan desa di Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, sampai kemarin masih merendam 242 rumah. Selain menewaskan 4 warga, bencana yang terjadi pada Sabtu (25/8) itu juga mengakibatkan 1.424 warga mengungsi, 34 rumah hanyut, 83 rumah rusak berat, dan 72 rumah rusak ringan, Badan Penanggulangan Bencana Parigi Moutong juga mencatat adanya 2 gereja rusak berat, 1 Polisdes rusak berat, 1 jembatan putus, dan 15 motor hanyut. Kerusakan infrastruktur menimpa 4 kilometer jalan, 3.000 meter jaringan irigasi, 1.125 hektare persawahan, dan 616 hektare perkebunan, yang terendam lumpur dan kayu gelondongan. “Jembatan Boyantongo di Jalur Trans-Sulawesi di Parigi Selatan putus total. Jembatan ini merupakan jalur utama Makassar-Gorontalo-Manado lewat Poso,” tutur Ketua BPB Parigi Moutong Ramli Borman. Akibat kejadian itu, kendaraan roda empat tidak bisa melewati poros Jalan TransSulawesi Tengah bagian timur. Kendaraan roda dua bisa melewati sungai dengan cara menyewa rakit darurat terbuat dari kayu. Di Palu, tim SAR masih menyisir Sungai Pondoh untuk mencari tiga korban banjir bandang yang hilang. Namun, belasan pencari belum berhasil menemukan korban. Dari Aceh dilaporkan, banjir bandang dan tanah longsor yang juga terjadi pada hari yang sama merusak ratusan rumah di Desa Naga Timbul, Suka Damai, Gaye Sendah, dan Desa Sepakat, Kabupaten Aceh Tenggara. Bupati Hasanuddin Beruh mengungkapkan kerusakan lain juga menimpa 2 kilometer jalan yang menghubungkan empat desa dengan ibu kota Aceh Tenggara, Kutacane. “Banjir juga merusak masjid dan membuat 185 keluarga harus mengungsi,” tandasnya. Juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho menambahkan, banjir bandang di Parigi Moutong, Palu, dan Aceh telah menyebabkan 10 orang meninggal dunia. “Fenomena banjir bandang di Indonesia terus meningkat. Seringnya terjadi gempa bumi menyebabkan struktur kohesi batuan dan lapisan tanah mudah longsor.” (HF/MR/BN/Ant/N-2) Post Date : 28 Agustus 2012 |