|
MALANG -- Ribuan rumah warga di Malang Raya, terendam air. Itu setelah hujan lebat selama dua hari terakhir kemarin, mengguyur Kota Malang dan Batu serta Kabupaten Malang, Jawa Timur. Terendamnya kawasan tersebut disinyalir karena gorong-gorong dan drainase banyak yang mampet atau terlalu kecil untuk menampung derasnya air bah. Yang paling parah, antara lain banjir yang merendam Kelurahan Bareng dan Kelurahan Kauman. Di kawasan tersebut, ketinggian air mencapai 1,5 meter dan sempat membuat warga panik. Mereka menyelamatkan semua parabotannya dari genangan air. Banjir juga melanda beberapa poros jalan utama, seperti Jl Kawi, Arif Rahman Hakim. Lalu lintas kendaraan dibuatnya macet. Wali Kota Batu, Imam Kabul, mengingatkan warganya agar selalu waspada agar tidak menjadi korban fatal. Ia juga menginstruksikan semua unit di Pemkot Batu membentuk posko bencana. Banjir di Subang Di Kabupaten Subang, Jawa Barat, ratusan rumah dan lahan sawah di dua kecamatan, sampai kemarin masih terendam banjir setinggi 30 cm-1,5 meter. Ini akibat tanggul Sungai Cipunagara, jebol pada Ahad (29/1). Ratusan ribu warga itu terancam serangan penyakit dan kekurangan pangan jika banjir yang mengepuk permukiman mereka tidak segera surut. Banjir terparah terjadi di sebagian Kecamatan Legon Kulon. Air banjir mencapai ketinggian satu hingga satu meter. Akibat banjir ini, jalur transportasi menuju Kecamatan Legon Kulon terputus. ''Sekarang sangat susah mendapatkan solar dan minyak tanah. Padahal, listrik sudah padam sejak banjir pada Ahad pagi,'' kata Heri, salah seorang warga Kampung Kepuh. Dari hasil pantauan kemarin, ketinggian air banjir pada beberapa titik di Kecamatan Pamanukan, mulai menyusut. Puluhan ribu warga yang semula mengungsi, mulai kembali ke rumah. Tapi, ketinggian air banjir di beberapa desa Kecamatan Legon Kulon masih tampak cukup tinggi, antara 30 cm hingga satu meter. Banjir terparah di di Desa Mayang, Tegal Lurug, Legon Kulon, dan Bobos. ''Saking tingginya, sawah saya terendam hingga 1,5 meter. Sekarang perahu saja bisa lewat di sawah,'' kata Maksudi, warga Kampung Kepuh. Camat Pamanukan, Budi Setiadi, mengatakan, banjir di Kecamatan Pamanukan mengakibatkan 18 ribu rumah dan 600 hektare sawah terendam. Anggota DPRD Subang, Boing S Jakaria, mensinyalir jebolnya tanggul Sungai Cipunagara akibat penyunatan dana proyek. Akibatnya, struktur tanggul tidak kuat. Ganggu panen raya Banjir yang terjadi di beberapa daerah di Jawa Barat, berpengaruh pada lahan sawah. Menurut Gubernur Jabar, Danny Setiawan, berdasarkan laporan beberapa bupati, ribuan hektare terendam banjir. Lahan pertanian yang paling parah terendam banjir adalah Indramayu, menyusul Subang, Karawang, Cirebon, dan Bekasi. ''bekum ada data pasti. Namun memang akan sedikit mengganggu panen raya. Namun, tidak akan berpengaruh signifikan terhadap persediaan beras di Jabar,'' ujar Danny, di Bandung, kemarin. Menghadapi banjir yang melanda beberapa daerah di Jabar, Danny meminta para bupati atau walikota untuk membuat embung-embung (tempat penampungan air seperti waduk kecil). Dengan hanya menyediakan lahan seluas 1-2 ha, embung itu bisa menampung air untuk mencegah banjir ke areal persawahan. Tambak gagal panen Menyusul banjir yang melanda hampir sebagian besar wilayah Pantai Utara (Pantura) Semarang, Jawa Tengah, akhir pekan lalu, ratusan hektare tambak terendam. Menghanyutkan ikan bandeng dan ikan udang bago, yang membuat petani tambak gagal menikmati masa panen yang sudah di depan mata. Sedangkan bandeng dan udang yang tersisa di tambak, banyak yang mati mengambang karena stres. Akibatnya, para nelayan tambak diperkirakan merugi sampai ratusan juta rupiah. Itulah hasil pantauan Republika di kawasan pesisir Kelurahan Tambaklorok, Tambakrejo, dan Kemijen, Kecamatan Semarang Utara. Kondisi yang sama juga dialami oleh sedikitnya 15 pengusaha tambak yang tersebar di Kelurahan Tambaklorok, Tambakrejo, dan Kemijen. Kemacatan Semarang Utara.(aji/rfakie/owo ) Post Date : 01 Februari 2006 |