Banjir Masih Mengancam

Sumber:Kompas - 02 April 2011
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

JAKARTA, Kompas - Banjir dan longsor masih terus mengancam sejumlah daerah. Masyarakat diminta tetap waspada. Sepanjang Jumat (1/4), misalnya, Kota Medan nyaris lumpuh. Sementara itu, banjir yang menewaskan 10 orang di Paniai, Papua, baru diberitakan setelah dua pekan.

Di Aceh Barat, banjir belum juga surut, bahkan meluas ke Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Singkil.

Di Sumatera Utara, banjir membuat Kota Medan nyaris lumpuh. Lalu lintas di sejumlah ruas jalan, termasuk akses ke Bandar Udara Polonia, macet akibat genangan.

Banjir akibat meluapnya Sungai Deli, Belawan, dan Babura di tengah Kota Medan itu membuat sejumlah pertokoan terendam dan lampu lalu lintas dipadamkan.

Meski begitu, banjir yang merendam 12 dari 21 kecamatan itu tidak sampai mengganggu jadwal penerbangan. Kantor-kantor pemerintah juga tetap buka meski banyak pegawai tidak masuk karena terjebak macet atau rumah mereka kebanjiran.

Hingga Jumat malam, banjir yang mulai merendam separuh Kota Medan itu belum surut, terutama di kawasan Medan utara. Di sejumlah lokasi, ketinggian air mencapai 2 meter. Lebih dari 20.000 warga harus mengungsi dan puluhan rumah hanyut, tetapi belum ada laporan korban jiwa.

Rumah dinas Gubernur Sumatera Utara di Jalan Sudirman dikelilingi air hingga setinggi lutut orang dewasa. Banjir juga merendam sejumlah fakultas di Universitas Sumatera Utara. Perkuliahan terpaksa ditiadakan.

Dalam catatan Kompas, banjir kali ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah Kota Medan karena mencapai pusat kota. Kondisi terparah terjadi di Perumahan Simalingkar, Kelurahan Mangga, Medan Tuntungan. Pasar Simalingkar sempat terendam. Banjir juga melanda sebagian Kecamatan Sunggal di Kabupaten Deli Serdang.

Banjir besar yang terakhir di Kota Medan terjadi pada Januari lalu. Meski banjir ketika itu merendam 16 kecamatan, air tidak menyentuh wilayah pusat kota.

Menyusul banjir besar itu, Muspida Kota Medan menggelar rapat pada Jumat malam. Sekretaris Daerah Kota Medan Saiful Bahri mengatakan, pihaknya masih mendata jumlah korban dan kerusakan.

Ke-12 kecamatan yang terendam banjir, di antaranya, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Polonia, Medan Maimun, Petisah, Medan Baru, Medan Johor, Medan Helvetia, Medan Deli, Medan Sunggal, dan Medan Labuhan.

Kepala Bidang Sumber Daya Alam Sekretaris Daerah Kota Medan M Syahdar DH mengatakan, area penangkapan air (catchment area) di kawasan hulu sudah tak mampu menampung air sehingga air mengalir lepas ke Sungai Deli. Sungai Deli pun tak mampu lagi menampung air yang sangat banyak akibat penyempitan sungai, pendangkalan, dan maraknya pembangunan di bantaran. Di sisi lain, air laut sedang pasang sehingga air sungai tak bisa segera lepas ke laut.

Berman Hutahean (49), warga Gang Aman, Kelurahan Kuala Bekala, Medan Johor, mengatakan, warga mulai merasakan air naik pada Kamis malam sekitar pukul 23.00. Pada pukul 01.00 air mulai masuk rumah hingga setinggi 1,5 meter. Di kawasan yang lebih rendah, banjir menyentuh atap rumah.

Dua pekan

Di Papua, banjir yang melanda dua distrik di Kabupaten Paniai sudah terjadi sejak 18 Maret lalu. Akan tetapi, informasi tentang banjir yang menewaskan 10 orang itu baru mengemuka ketika Wakil Presiden Boediono di Jambi, Jumat, menyampaikan keprihatinannya.

Hingga kemarin, ribuan warga dari dua distrik di Kabupaten Paniai masih tertahan di pengungsian. ”Pemerintah Kabupaten (Paniai) telah memberikan bantuan beras sebanyak 3 ton dan dari Provinsi (Papua) 3 ton. Bantuan lain belum ada,” kata anggota DPRD Kabupaten Paniai, Yosep Nawipa, ketika dihubungi dari Jayapura.

Saat ini, menurut dia, selain di Kantor Distrik Komopa, warga juga mengungsi ke sejumlah kampung yang lebih tinggi.

Banjir di Paniai terjadi karena hujan lebat selama sepekan yang menyebabkan sejumlah sungai meluap dan ribuan warga mengungsi. Naiknya muka air di sungai-sungai itu menyebabkan permukaan air Danau Paniai, yang merupakan muaranya, tiba-tiba naik dan bahkan berombak. Sabtu (26/3), sebuah perahu berpenumpang 19 orang di danau itu terbalik. Sembilan orang selamat, tetapi 10 orang lainnya meninggal.

Menurut Kepala Bappeda Kabupaten Paniai Frans Mote, selain menggenangi Distrik Aradide dan Ekadide, banjir juga menggenangi Paniai Barat dan Paniai Timur. Sebanyak 59 kampung di empat distrik itu tergenang, termasuk kebun, sekolah, dan sarana umum lain.

Jawa

Di Kudus, Jawa Tengah, hujan deras selama 11 jam pada Kamis malam hingga Jumat (1/4) pagi menyebabkan Sungai Piji, Dawe, dan Gelis meluap. Luapan ketiga sungai yang berhulu di Pegunungan Muria itu membanjiri 114 rumah warga di tiga desa, merendam jalan alternatif Kudus-Pati, dan merusak jembatan.

Banjir Sungai Piji menggenangi 80 rumah, jalan desa, dan sebuah sekolah serta mengancam ratusan rumah lain. Pasalnya, tanggul sungai jebol di dua titik, masing-masing sepanjang 4 meter.

Di Gresik, Jawa Timur, luapan Kali Lamong yang sudah berlangsung hampir dua pekan belum juga surut. Proses penutupan tanggul yang jebol bahkan masih terkendala akses masuk dan cuaca, termasuk hujan yang terus turun.

Masih di Jawa Timur, sejumlah ruas jalan di Kabupaten Madiun belum bisa dilalui karena masih tertimbun material longsor berupa tanah, batu, dan batang pohon. Padahal, longsor terjadi sejak Sabtu (26/3).

Diminta waspada


Di Jakarta, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan, pada musim pancaroba ini banjir dan longsor masih menjadi ancaman.

”Hujan lebat dalam waktu singkat yang disertai angin kencang membuat potensi terjadinya banjir, longsor, dan banjir bandang selama musim pancaroba meningkat,” kata Direktur Pengurangan Risiko Bencana BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Di Jambi, Wakil Presiden Boediono mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negeri yang sangat rawan bencana. ”Karena itu, semua daerah hendaknya selalu siap siaga menghadapi bencana,” kata Wapres di hadapan lima gubernur Sumatera bagian selatan. Saat itulah Wapres kemudian menyampaikan keprihatinan atas tewasnya 10 orang di Paniai. (HEN/MHF/WSI/JOS/HAN/ACI/NIK/MZW/ATO)



Post Date : 02 April 2011