Banjir Masih Mengancam, Lahan Terbuka Bertambah, Pengerukan Sungai Baru secara Parsial

Sumber:Kompas - 13 Oktober 2008
Kategori:Banjir di Jakarta

Jakarta, kompas -Pemerintah Kabupaten Bogor tetap belum mampu menahan laju kerusakan lingkungan. Lahan terbuka di wilayah Bogor makin banyak sehingga potensi bencana banjir dari wilayah ini diperkirakan semakin besar. Jakarta harus bersiap-siap menerima limpahan air lebih besar dari daerah ini.

Demikian pendapat Kepala Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) IPB, Dr Ernan Rustiadi, Minggu (12/10), menanggapi pertanyaan Kompas soal makin banyaknya lahan terbuka di perbukitan Bogor bagian timur.

Bukit-bukit tampak rusak dan gundul akibat lahan dibuka atau dikupas untuk permukiman dan ladang sayuran. Kondisi itu antara lain dapat dilihat jika melintas di Jalan Tol Jagorawi setelah Sirkuit Sentul ke arah Ciawi, dan dari jalan-jalan desa di Kecamatan Citerureup, Babakan Madang, Sukaraja, Megamendung, Cisarua, dan Ciawi.

”Saya perkirakan akan terjadi lagi bencana yang lebih besar karena kawasan terbuka makin banyak. Lahan yang dulu masih menjadi kebun campuran, kini banyak berubah fungsi menjadi permukiman,” kata Ernan.

Ia juga menyaksikan di kebun sudah tak ada lagi tanaman keras atau pepohonan. ”Lahan itu dibeli untuk ’tabungan lahan’. Kini tabungan dimanfaatkan pemiliknya dengan membangun permukiman di atasnya,” ujar Ernan.

Menurut Ernan, makin banyaknya lahan terbuka tersebut menunjukkan Pemerintah Kabupaten Bogor belum mampu menahan laju kerusakan lingkungan. Dengan demikian, potensi bencana akibat kerusakan alam ini makin besar, bukan saja untuk Bogor, tetapi juga untuk Jakarta.

Kerusakan wilayah hulu di Bogor itu diperkirakan akan menambah ancaman banjir bagi warga Jakarta, Tangerang, dan Bekasi yang saat ini masih berupaya menanggulangi bahaya banjir.

Belum siap

Langkah mengantisipasi banjir, misalnya, dilakukan dengan pengerukan sungai, baik di Jakarta maupun Tangerang. Itu pun baru mulai dilakukan secara parsial. Banjir Kanal Timur (BKT), yang selama ini terhambat pembangunannya, kini kembali dikerjakan dengan pembuatan turap di kawasan BKT. Proyek diperkirakan selesai Mei 2009.

Akan tetapi, mengingat puncak musim hujan tiba sekitar Januari hingga Februari 2009, pengerjaan proyek itu diperkirakan belum siap menghadapi banjir yang mengancam warga Ibu Kota dan sekitarnya.

Pantauan Kompas pekan lalu di wilayah aliran sungai di Bogor, Jakarta, dan Tangerang menunjukkan adanya beberapa proyek yang dikerjakan untuk menghadapi banjir.

Proyek itu antara lain pengerukan dan pembongkaran bangunan liar di sisi Sungai Moovekart di perbatasan Kota Tangerang dan Jakarta Barat. ”Pengerukan itu untuk memperlancar aliran air, antara lain dari Situ Cipondoh ke Cengkareng Drain,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang Engkan Lengkana akhir pekan lalu.

Di Jakarta Utara, peningkatan kapasitas Kali Sunter juga dilakukan, tetapi saluran di wilayah lain seperti Kelapa Gading dan Rawa Badak Utara serta di permukiman padat seperti Warakas masih dangkal. Kondisi yang sama terjadi di Kali Pesanggrahan di Jakarta Selatan.

Kota Bekasi yang tak memiliki saluran pembuangan air juga mencatat beberapa wilayahnya rawan banjir dan sangat bergantung pada BKT. (RTS/CAL/ONG/ECA/PIN /COK/ARN/TRI)



Post Date : 13 Oktober 2008