MANDAILING NATAL(SINDO) – Banjir yang terjadi di Kecamatan Ranto Baek, Mandailing Natal (Madina) semakin memprihatikan. Dari dua desa yang semula terkena banjir, ternyata jumlahnya bertambah tiga menjadi lima desa.
Data terakhir yang dikeluarkan pihak Polres Madinan kelima desa yang terkena banjir adalah, Desa Simpang Talap, Muara Bangko, Manisak, Huta Baringin dan Huta Raja. Kapolres Madina AKBP Hirbak Wahyu Setiawan menjelaskan, jumlah rumah yang rusak berat di Simpang Talap sebanyak 22 rumah. Lalu, hanyut terbawa banjir bandang 16 rumah dan rusak ringan 6 rumah. Sedangkan di Desa Muara Bangko, jumlah tempat tinggal warga yang rusak berat satu rumah, hanyut dua rumah.Selanjutnya di Desa Manisak rumah yang hanyut dan rusak berat masingmasing satu unit. “Kalau di desa yang lainnya tidak ada yang rusak atau hanyut, namun air sampai ke rumah mereka,” ujar Hirbak kepada Seputar Indonesia (SINDO) ketika dihubungi melalui telepon genggamnya kemarin.
Lebih lanjut Hirbak mengatakan, berdasarkan laporan yang diperolehnya, sejak beberapa bulan terakhir, di lima desa yang terkena banjir itu curah hujannya memang sangat tinggi. Khusus di Desa Simpang Talap, sebelum kejadian besar tersebut, desa itu juga sudah pernah dilanda banjir. Namun, banjir sebelumnya itu tidak sampai mengkhawatirkan warga. Banjir hanya setinggi 50 centi meter. Sementara warga di Desa Simpang Talap tersebut sangat dekat dengan daerah aliran sungai (DAS). Saat ini,warga juga sudah enggan untuk tinggal di kampung tersebut dan berniat untuk mencari daerah lain. “Kami sudah menurunkan 50 personel untuk membantu pengamanan dan membersihkan perumahan warga pascabanjir yang terjadi,”ujarnya.
Pejabat pelaksana (Plt) Bupati Madina Aspan Sopian Batubara mengungkapkan, Pemkab Madina sudah mengirimkan bantuan berupa makanan pokok dan selimut ke desa-desa yang terkena bencana. Namun karena daerah itu tidak bisa dilewati sehingga penyalurannya tertunda. Untuk sementara bantuan yang sudah dikirim ke desa-desa itu berupa beras sebanyak tiga ton, mie instan 200 karton.“Kami juga sudah mengirim selimut karena sampai sejauh ini curah hujan masih tinggi, khususnya di desa-desa terkena bencana,” ungkapnya. Pemkab Madina melalui dinas kesehatan juga sudah mendirikan posko-posko kesehatan.
Ini dimaksudkan untuk mempermudah masyarakatm mendapatkan pelayanan kesehatan dari pemerintah. “Kami berharap dengan adanya posko ini masyarakat tidak perlu khawatir lagi tentang kesehatannya,”ujarnya. Posko itu selalu ada di setiap desa sampai kondisi kesehatan masyarakat pascabanjir sudah dijamin aman. Pokos itu akan melayani masyarakat 24 jam. Anggota DPRD Madina, Arsidin Batubara meminta dengan kejadian itu, pemkab harus kembali meninjau tata ruang pemukiman warga,khususnya masyarakat yang tinggal di daerah sekitar DAS.
Menurutnya, pemerintah harus bisa menjelaskan kepada masyarakat tentang bahaya yang akan ditimbulkannya jika bertempat tinggal dipinggiran sungai. Apalagi sungai tersebut sering meluap. (zia ul haq nasution)
Post Date : 01 Desember 2010
|