|
Makassar, Kompas - Banjir yang melanda kawasan Luwu Utara dan Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, mulai surut di beberapa wilayah, Jumat (8/4). Ketinggian air rata-rata setengah meter, tetapi di lokasi yang parah ketinggian air masih rata-rata satu meter. Meskipun demikian, keadaan masih mengkhawatirkan karena Jumat sore cuaca kembali mendung. "Alhamdulillah air sudah mulai surut. Beberapa lokasi, termasuk yang terkena longsor, juga mulai bisa dilewati. Tetapi, kawasan-kawasan yang terbilang parah, ketinggian air masih sekitar setengah meter," kata Andi Zainal, Camat Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur, Jumat. Hal yang sama dikatakan Ritha Ikhsan, Kepala Kantor Informasi dan Komunikasi Kabupaten Luwu Utara. "Kelihatannya mulai membaik. Beberapa lokasi yang tidak terlalu parah mulai ada aktivitas meski masih terbatas. Tetapi, untuk wilayah-wilayah yang berat, warga masih belum melakukan aktivitas," katanya. Dua wilayah yang cukup parah adalah Desa Lawewe dan Lembang- lembang di Kecamatan Bebunta, yang tinggi genangannya masih satu meter. Banjir itu mengakibatkan warga makin kesulitan kebutuhan pokok. "Memang belum ada bantuan. Baru dari pemerintah daerah saja, tetapi itu juga terbatas, paling cukup untuk bertahan dua-tiga hari," ujarnya. Ia mengatakan, Satuan Koordinasi Pelaksana Luwu Utara telah membentuk tim pengumpul fakta yang terbagi dua tim. Satu tim akan menangani musibah banjir di Kecamatan Mappadeceng, Bone-bone, Sukamaju, dan Masamba. Satu tim lainnya menangani di Kecamatan Malangke, Malangke Barat, dan Baebunta. Hari Sabtu ini kedua tim itu dijadwalkan turun ke lokasi-lokasi tersebut. Petani menjerit Akibat banjir yang menerjang sejumlah kawasan di dua kabupaten itu, petani justru paling menderita. Ribuan hektar hamparan perkebunan kakao dan padi yang mereka andalkan tergenang air. Setelah terendam air berhari- hari, tanaman kakao-buah dan daunnya-berubah warna menjadi kemerah-merahan sehingga besar kemungkinan tidak bisa dipanen. Begitu juga tanaman padi. Umumnya padi yang baru ditanam itu lenyap ditenggelamkan banjir. "Tanaman itu, terutama padi, baru saja memasuki musim tanam. Baru mulai tumbuh sudah terendam banjir. Inilah yang membuat risau petani," kata Andi Zainal. Sungai kritis Oleh karena itu, pemerintah harus mengambil langkah- langkah konkret untuk membantu para petani. Sebetulnya daerah-daerah yang terkena banjir merupakan daerah langganan banjir yang datang hampir setiap tahun. Sebab, sungai- sungai yang melewati kawasan itu selalu meluap di saat musim hujan karena kondisi sungai yang kritis. "Solusinya agar Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulsel meninjau ke lokasi, terutama untuk menangani aliran sungai yang kondisinya memprihatinkan dan setiap tahun mengalami banjir. Untuk itu, perlu perbaikan-perbaikan agar tidak tiap tahun terus terjadi musibah," kata Andi. (ssd) Post Date : 09 April 2005 |