|
[GORONTALO] Pusat Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, lumpuh akibat banjir, Selasa (27/6). Hujan yang turun sejak Senin (26/6) mengakibatkan ratusan rumah di 12 kelurahan terendam air setinggi satu hingga satu setengah meter. Genangan itu meluas di pusat kota. Berdasarkan pemantauan, Selasa, genangan air setinggi 50 sentimeter menggenangi pusat Kota Gorontalo. Sejumlah pusat pertokoan sudah dimasuki air. Ribuan warga mengungsi ke 20 posko yang disediakan oleh Pemerintah Kota Gorontalo. Pemerintah provinsi selain melakukan evakuasi juga memberikan bantuan ribuan nasi bungkus, makanan ringan, air mineral, dan mi instan kepada korban banjir. Ketinggian air di beberapa wilayah mencapai 1 sampai 2 meter, terutama di sekitar bantaran Sungai Bone dan Sungai Balango, yang meluap akibat hujan deras. Wilayah kelurahan yang terendam, antara lain Padebuolo, Bugis, Talumolo, Botu, Ipilo, Molosipat W, Huangobotu, Siendeng, Tenda, Biawu, Dongala, dan Libuo. Hujan disertai angin kencang juga melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Gorontalo. Terutama wilayah timur, masyarakat tidak dapat menikmati aliran listrik akibat pemadaman yang dilakukan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Awal Kemarau Sementara itu, sejumlah wilayah di Indonesia masih terancam banjir karena awal musim kemarau baru akan dimulai pertengahan Juli. Selain itu sejumlah daerah memiliki tingkat kerusakan hutan dan lahan yang sangat tinggi. Prakiraan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menyebutkan, sejumlah wilayah utara ekuator baru akan memasuki musim hujan pada pertengahan Juli. Selama masa itu masih berpeluang terjadi hujan dalam masa yang pendek, satu sampai dua hari. Hujan yang turun pada masa pendek umumnya berintensitas tinggi, sehingga bisa menimbulkan banjir bandang jika daya dukung lingkungan rusak. Kepala Pusat Sistem Data Informasi Klimatologi dan Kualitas Udara BMG, Soeroso Hadiyanto, Selasa pagi, mengatakan, di sejumlah daerah seperti Riau dan Sulawesi bagian utara, masih berpeluang turun hujan. Secara terpisah, Asisten Deputi Kerusakan Hutan dan Lahan Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH), Hermono Sigit, di Jakarta, Selasa, mengatakan, kerusakan kawasan lindung di Indonesia sudah dalam tahap memprihatinkan. "Meskipun laporan dari BMG terjadi perubahan musim dan perubahan iklim secara global, tapi kenyataannya daya kawasan lindung itu terus mengalami degradasi," jelasnya. Dari Sinjai dilaporkan, jaringan telepon di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, kembali normal setelah lumpuh total beberapa hari akibat banjir bandang dan tanah longsor. Kancatel Sinjai Drs Andi Sultan, Selasa, mengatakan, meskipun jaringan telepon di daerah itu, yang mencapai 6.000 pelanggan telah pulih, namun masih tetap ada gangguan di sebagian rumah pelanggan karena pesawat telepon mereka rusak akibat tergenang air. Kondisi itu kemudian teratasi oleh pelanggan dengan cara mengganti pesawat telepon. [K-11/Ant/E-4] Post Date : 27 Juni 2006 |