|
BANDUNG, (PR).-Ribuan pekerja pabrik di wilayah Bandung selatan tak dapat bekerja akibat lumpuhnya puluhan pabrik tekstil yang terapksa berhenti beroperasi akibat banjir. Selain itu, banjir juga melumpuhkan kegiatan belajar-mengajar di sejumlah sekolah dasar hingga meliburkan lebih dari 5.000 siswa. Hingga Rabu (21/2) malam, sebagian wilayah Bandung selatan masih tergenang banjir. Kel. Andir Kec. Baleendah dan Kp. Bojong Citepus Desa Cangkuang Wetan Kab. Bandung adalah wilayah yang paling parah. Sejumlah posko pengungsian juga telah dipenuhi para korban banjir. Direktur PT Nagasakti Kurnia, Alexander Foe menuturkan, banjir yang melanda pabriknya tahun ini tidak separah dua tahun lalu. Akan tetapi, pabriknya tetap saja menderita kerugian hingga ratusan juta rupiah karena harus berhenti beroperasi. Menurut dia, tidak beroperasinya pabrik ini lebih karena kondisi luar pabrik, seperti jalan raya yang masih tergenang air hingga 1,5 meter dan menutup akses masuk menuju pabriknya. Direktur PT Firmanjaya, Edi Sukwanto berharap, projek pengerukan Sungai Citarum secepatnya diselesaikan agar banjir tidak terulang setiap tahun. Untung pabrik kami tidak terkena banjir, sehingga masih bisa beroperasi. Tapi, keadaan sekeliling pabrik masih tergenang air. Jadi, bukannya tidak mungkin kalau hujan terus-menerus air bisa masuk ke pabrik, apalagi kondisi pabrik lebih rendah dari jalan raya. Solusinya, secepatnya Citarum dikeruk, katanya. Berdasarkan hasil pendataan Apindo Kab. Bandung, terdapat sedikitnya 19 industri yang tergenang banjir di Kab. Bandung saat ini. Ketua Apindo Kab. Bandung, Yohan Lukius, mengatakan bahwa sebagian besar industri tersebut adalah tekstil dan berada di sekitar kawasan industri Jalan Cisirung Dayeuhkolot. Sementara itu, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jabar, Ade Sudradjat mengatakan, kerugian masih belum dapat diprediksi karena saat ini banjir belum puncaknya. Meskipun belum ada kerugian riil, kata Ade, kerugian sementara telah tampak seperti kondisi jalan macet dan pabrik tidak bisa beroperasi secara sempurna karena banyak karyawannya yang tidak masuk. Hal itu diperparah dengan tak maunya pihak asuransi menanggung klaim pengusaha tekstil sejak dua tahun lalu. Alasannya, karena banjir yang terjadi di daerah tersebut sudah terjadi berulang kali. 5.000 siswa absen Genangan banjir yang melanda sejumlah daerah di wilayah Bandung selatan membuat proses kegiatan belajar-mengajar (KBM) terganggu. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kab. Bandung, sedikitnya 5.000 siswa SD tak masuk sekolah karena gedung sekolah atau rumah siswanya yang terendam. Hingga Rabu (21/2), terdapat enam kompleks SD pada tiga kecamatan di Kab. Bandung yang masih terendam banjir. Beberapa SD tersebut yakni SD Leuwibandung 1, 2, 3; SD Dayeuhkolot 7, 10; SD Bojongasih 1, 2 (Kec. Dayeuhkolot), SD Andir 1, 3 dan SD Jati 1, 2, 3 (Baleendah), serta SD Haurpugur 1, 2, 3 (Rancaekek). Menurut Achmad Saepudin, Kadisdik Kab. Bandung, pihaknya memberi kebijaksanaan kepada siswa untuk tak masuk sekolah dalam satu-dua hari ini. Ia berharap, setiap sekolah yang terendam diharapkan mencari jalan keluar agar KBM terus berjalan. Keruk lagi Pihak Departemen Pekerjaan Umum yang menjadi pelaksana projek pengerukan dan pemompaan Sungai Citarum telah melakukan peninjauan di Kp. Bojong Citepus. Mereka bermaksud melakukan pengontrolan terhadap jebolnya dinding-dinding pabrik akibat debit air yang meningkat. Hal itu dikemukakan Kepala Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air BBWS Citarum, Sukotjo. Dalam waktu dekat, kata dia, pihaknya akan menambah lagi kedalaman pengerukan dasar Citarum sedalam lima meter hingga diharapkan tahun depan banjir dapat dikurangi. Di Rancaekek, ketinggian air mulai menurun. Walaupun demikian, masyarakat Desa Linggar yang perkampungannya terendam luapan Sungai Cikijing dan Cisadane mengkhawatirkan air bercampur limbah yang dibuang pabrik di kawasan Rancaekek akan mendatangkan penyakit. Agenda nasional Sementara itu, Wagub Jabar Nu'man Abdul Hakim mengungkapkan, banjir di Bandung selatan sudah menjadi siklus sehingga tidak bisa lagi dikatakan sebuah musibah. Ia menyarankan, penyelesaian banjir di Bandung selatan menjadi agenda dan kebijakan nasional. Penyelesaian masalah banjir, kata Numan, harus dilakukan secara integratif dari kawasan hulu hingga hilir. Sedimentasi di hilir kian meningkat karena kawasan hulu sudah semakin rusak. Untuk menyelesaikan semuanya harus ada penanganan secara nasional, yang pendanaannya tidak hanya bergantung pada APBD. Sedangkan Wali Kota Bandung Dada Rosada mengakui bahwa banjir di Bumi Panyileukan diakibatkan sistem drainase yang kurang baik atau sempit, serta sampah yang menumpuk dan menyumbat. Oleh karena itu, lanjutnya, program perbaikan drainase akan menjadi prioritas untuk mengatasi banjir, termasuk di titik lainnya. (A-64/A-87/A-124/A-154/A-161) Post Date : 22 Februari 2007 |