|
Banjarmasin, Kompas - Banjir telah membuat Kota Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, lumpuh. Jalan-jalan di perkotaan telah terendam serta sulit dibedakan dengan rawa dan sungai yang ada di sekitarnya. Sekurangnya 122 sekolah terendam dan terpaksa para murid diliburkan. Ternak dan keramba ikan hanyut mengakibatkan kerugian ratusan juta rupiah. Sementara itu, banjir juga dilaporkan melanda Kabupaten Cilacap di Jawa Tengah akibat meluapnya Sungai Cibeureum sehingga menggenangi enam desa di Kecamatan Kawunganten. Sedikitnya 718 rumah penduduk terendam banjir. Banjir di Amuntai, Kalsel, menyebabkan sekitar 24.4890 jiwa yang terdiri atas 4.632 keluarga saat ini mendesak dibantu. Jumlah itu hanya korban banjir dari keluarga ekonomi lemah yang sudah tidak punya tabungan untuk bertahan dari terjangan banjir, belum termasuk korban banjir di kawasan perkotaan. Kepala Bagian Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Hasmi Rivai, Kamis (16/12), mengemukakan, banjir kali ini merupakan yang terbesar dalam 20 tahun terakhir. "Permukiman maupun sarana perdagangan dan pendidikan serta perkantoran semuanya terendam. Kerugian sekurangnya Rp 21 miliar," ujarnya. Berkelok-kelok Banjir yang tak lazim bagi pulau yang memiliki tipe sungai berkelok-kelok (meander) ini juga telah merendam jalan-jalan di perkotaan hingga 60 cm. Sedangkan permukiman penduduk terendam hingga setinggi 1,5 meter. Enam hotel dan penginapan di Kabupaten Hulu Sungai Utara semuanya juga terendam. Kecuali Wisma Mandastana, karena di daerah tinggi maka masih bisa dihuni, sementara Hotel Monica masih bisa dihuni pada lantai duanya. Di beberapa sekolah dan perkantoran ketinggian air mencapai 50 cm sehingga mengganggu aktivitas. Pada hari keempat banjir ini sekolah yang terendam mencapai 122, sebagian libur, dan ulangan semesteran terpaksa ditunda. Banjir, terutama yang berasal dari luapan Sungai Balangan, Tabalong, dan Nagara, juga menggerus sekitar 20 kilometer jalan perkotaan dan tiga kilometer jalan Trans Kalimantan yang menghubungkan Kalteng, Kalsel, dan Kaltim. Bupati Hulu Sungai Utara Fakhruddin menginstruksikan kepada para camat untuk terus mendata lokasi terparah korban banjir sehingga dapat memetakan prioritas pendistribusian bantuan. Saat ini terdata 4.632 keluarga atau sekitar 24.890 jiwa korban banjir dari keluarga tak mampu yang membutuhkan bantuan. Genangan makin tinggi Banjir sebagai akibat meluapnya Sungai Cibeureum di Cilacap (Jateng) memaksa ratusan penduduk sejak Kamis siang meninggalkan rumahnya yang terendam banjir. Desa-desa yang tergenang banjir adalah Desa Kaijeruk, Bojong, Kawunganten Lor, Mentasan, Karangbawang, dan Rawajaya. Penduduk yang meninggalkan rumahnya diperkirakan akan bertambah karena permukaan air genangan semakin tinggi. Desa terparah terendam banjir adalah Desa Kalijeruk dan Desa Bojong. Menurut Camat Kawunganten Pudjo Prasetyo, 624 rumah penduduk terendam banjir dengan ketinggian mulai dari 40 cm sampai 120 cm. Sejumlah warga Desa Kalijeruk menuturkan, di samping disebabkan meluapnya Sungai Cibeureum dan beberapa sungai kecil banjir sehingga menggenangi desanya, juga karena tidak berfungsinya dua klep pengendali air di Desa Kawunganten dan Karang bawang. (amr/nts) Post Date : 17 Desember 2004 |