|
CILACAP (Media): Banjir serta longsor menghambat pemudik di jalur selatan. Pemudik mengaku kesal karena mereka tidak mengetahui jalan yang mereka lalui dilanda banjir dan longsor. Pasalnya, tidak ada pemberitahuan dari instansi terkait. Sejumlah pemudik yang melalui jalur selatan, kemarin, mengakui jalur mudik tahun ini tidak senyaman seperti tahun sebelumnya. "Sudah selamat saja untung, meskipun harus melalui jalur memutar," kata Stefanus, 28, pengendara sepeda motor yang terjebak banjir di Kecamatan Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng). Dia menuturkan, untuk sampai ke kampung halamannya, Kecamatan Gandrungmangu, Cilacap, ia harus melewati Sidareja. "Awalnya saya tidak mengetahui ada banjir saat masuk dari Cukangleuleus. Ternyata sampai di Sidareja banjir besar. Padahal untuk sampai ke Gandrungmangu tinggal belasan kilometer lagi. Saya terpaksa harus berbalik arah melewati Karangucung yang jaraknya hampir empat kali lipat," kata Stefanus, pemudik asal Bandung.Hal senada dilontarkan Ramli, 18, pengendara sepeda motor. Dia terpaksa melewati jalan rusak di Cinangsi, Gandrungmangu. "Saya heran, kenapa di pintu masuk Karangpucung tidak ditulisi bahwa jalan Cinangsi rusak parah," keluhnya. Pemudik lain yang melewati jalur selatan juga kaget karena di Karangpucung terjadi longsor. "Ternyata di sini ada longsor juga, ya? Padahal, saya sengaja menghindari pantura untuk ke Purwokerto agar lepas dari longsor di Kranggan, Pekuncen, Banyumas. Eh, ternyata di sini ada longsor. Saya heran kenapa di setiap jalur tidak ada petugas yang memberitahukan kondisi jalan," kata Pramono, 45, pemudik asal Jakarta. Kemacetan di jalur itu terjadi di Desa Gunung Sengkala, Kecamatan Karangpucung, akibat badan jalan ambles sepanjang 20 meter dengan lebar bahu jalan sepanjang tiga meter. Arus kendaraan hanya bisa dilalui satu arah. Hingga kemarin, Dinas Bina Marga terus melakukan penimbunan di tempat yang ambles. Berdasarkan pemantauan Media di Desa Gunung Sengkala, arus kendaraan dari arah barat (Bandung) atau timur (Purwokerto) terpaksa antre hingga beberapa kilometer karena harus menunggu giliran lewat. "Jika arus lalu lintas banyak, kemacetan juga kian bertambah panjang. Bahkan bisa mencapai dua kilometer," ujar Inspektur Satu Elvis Tellu, petugas pengatur lalu lintas di jalur itu. Ambles yang terjadi sejak Minggu (30/10) malam itu semakin parah pada Senin (31/10). Petugas memperbaiki jalan itu dengan cara menimbun tanah dari atas. "Meski timbunan sudah selesai, saya tidak berani membuka jalur dari dua arah karena kondisinya masih parah," ujar Elvis. Waspadai longsor Sementara itu, tingginya curah hujan di kawasan Sumatra Barat (Sumbar) sejak sebulan terakhir ini membuat kawasan perbukitan di provinsi itu rawan longsor. "Pemudik mohon mewaspadai 44 titik rawan longsor di tujuh ruas jalan di Sumbar," kata Kepala Dinas Prasarana Jalan Sumbar Hediyanto kepada Media, kemarin. Dua dari tujuh ruas jalan rawan longsor terletak di jalan lintas tengah Sumatra, yakni antara Kota Bukittinggi-Kumpulan (Kabupaten Pasaman) dan Muaro Kalaban (Kabupaten Sawahlunto Sijunjung)-Kiliran Jao (Kabupaten Dharmasraya) yang menghubungkan Banda Aceh-Medan-Bukittinggi-Jambi-Sumatra Selatan-Lampung. Selain itu, satu ruas terletak di jalan lintas barat Sumatra, yakni antara Padang dan Tarusan (Kabupaten Pesisir Selatan). Jalur ini menghubungkan Bengkulu-Padang-Sumatra Utara. Empat ruas lainnya yang rawan longsor yakni antara Payakumbuh dan Pangkalan yang terletak di jalur Padang-Pekanbaru, antara Padang dan Lubuk Selasih yang terletak di jalur Padang-Solok, antara Sicincin dan Padang Panjang yang terletak di jalur Padang-Bukittinggi, dan antara Panti (Kabupaten Pasaman) dan Talu yang menghubungkan lintas barat dengan lintas tengah Sumatra."Jika hujan turun, hindari jalan malam di ruas-ruas tersebut. Jika terpaksa harus tetap jalan, harap tetap mewaspadai bukit di atas," kata Hediyanto. Sementara itu, arus mudik di sejumlah daerah pada H-2, kemarin, semakin meningkat jika dibandingkan hari sebelumnya. Dari pantauan Media, peningkatan hampir terjadi di seluruh daerah, terutama bagi pemudik pengguna kapal dan kereta api. Dari Bandar Lampung, PT Kereta Api Indonesia (PT KA) Divisi Regional III 2 Bandar Lampung menggratiskan pemudik yang menggunakan kereta api Lampung Ruwajurai. Kereta ini diberdayakan sebagai transportasi alternatif pengangkut para pemudik dengan rute Stasiun Tanjung Karang-Kotabumi. Pembebasan tarif ini diberlakukan mulai kemarin hingga 6 November mendatang. (Tim Media/N-2) Post Date : 02 November 2005 |