|
JAKARTA -- Hujan dan angin kencang masih akan terjadi hingga April di Sumatra, Jawa, NTB, dan NTT. Perjalanan kereta api yang lewat Mojokerto mengalami gangguan Rabu (4/2). Selain karena sebagian rel kereta api terendam, ternyata rel yang tak terendam dimanfaatkan warga. ''Ternyata relnya dipakai mengungsikan barang-barang warga, sehingga kita harus mencari alternatif rel lainnya,'' kata seorang Petugas Perjalanan KA di Stasiun Mojokerto. Di Rumah Sakit PT Perkebunan di wilayah Gatoel, Mojokerto, kesibukan juga terjadi akibat banjir setinggi satu meter. Air paling parah menggenangi bangunan Unit Gawat Darurat (UGD). Karenanya, seluruh kru rumah sakit ini harus bekerja ekstra keras membersihkan RS dari lumpur. Banjir terjadi akibat dua sungai di Mojokerto meluap. Kabubdit Mitigasi Bencana Geologi Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG), Dr Surono, di Bandung, mengatakan sekitar 58 sungai di Pulau Jawa memiliki potensi rawan ancaman banjir bandang yang membawa material lumpur seiring tingginya curah hujan. Di Jawa Tengah ada 10 sungai, Jawa Timur 18 sungai, dan Jawa Barat 30 sungai. Banjir di Kota Malang dan Kot Batu, kemarin, telah membuat tujuh jembatan --paling mahal senilai Rp 200 juta-- ambrol (lima di Kota Malang, dua di Kota Batu). Sekitar 200 rumah penduduk di Kecamatan Klojen, Kota Malang, dinyatakan rusak. Sekitar 23 rumah di antaranya, terutama di bantaran kali, terbawa arus. Dalam hitungan kasar dari Dinsos Kota Malang, kerugian dialami di Kelurahan Klojen (Rp 50 juta), Oro-oro Dowo (Rp 47 juta), Kidul Dalem (Rp 35 juta). Sementara di Kecamatan Kedungkandang yakni di Kelurahan Kotalama sebesar Rp 17,5 juta, Mergosono (Rp 17,5 juta), Jodipan (Rp 47 juta), Polehan (Rp 20 juta). ''Kerugian tersebut belum terhitung pada nilai bangunan yang rusak dan terseret arus,'' kata Kepala Dinsos Kota Malang, Suprijadi. Di Kota Batu, sedikitnya ada 180 rumah tergenang air dan rusak akibat banjir. Terparah terjadi di Kecamatan Bumiaji. Pipa air PDAM di Sumber Banyuning, Kecamatan Batu, terputus, sehingga 7.000 pelanggan tak mendapat air bersih. Di Jawa Timur, Rabu kemarin banjir melanda Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Madiun, Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Nganjuk, dengan ketinggian air mencapai satu meter. Satu balita dikabarkan terbawa arus di Kecamatan Gondang, Kabupaten Madiun. Di Kalimantan Selatan (Kalsel), tercatat ada empat korban meninggal akibat banjir dan merendam ratusan rumah dan sekolah di Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Selasa. Di Kalsel, banjir juga terjadi di Kabupaten Tabalong. Bencana angin kencang yang menyertai hujan terjadi di Mataram, Bali, Lampung, Semarang, yang membuat banyak pohon tumbang dan bangunan rusak. Gedung SDN I Bunutan, Karangasem, Bali, roboh akibat angin, yang mengakibatkan tujuh siswa mengalami luka-luka. Di Lampung, angin kencang menimpa enam kelurahan di dua kecamatan di Kotabumi, Lampung Tengah, pada 1 Februari lalu. Di Semarang, seorang warga tewas akibat tertimpa pohon tumbang, Selasa (3/2). Menurut Kepala Prakiraan Cuaca Badan Meterologi dan Geofisika (BMG) Kota Semarang, Deddy Syarifuddin, kini tengah terjadi pertemuan arus angin utara yang berasal dari Australia menuju Indonesia dengan arus angin selatan yang berasal dari Samudra Hindia dan Laut Jawa. "Secara global, angin utara dan selatan ini berkonvergensi (bertemu) di atas kepulauan Indonesia dan menyebabkan pengaruh rendah yang disebut awan komulonipus, sehingga terjadi badai," ujarnya. Pertemuan dua arus angin itu mengakibatkan terjadinya pergeseran awan dan memunculkan cuaca buruk. Kondisi ini, jelas Deddy, akan berlangsung hingga pertengahan Maret dan April. "Dan daerah yang paling rawan saat ini terjadinya badai adalah Kepulauan Sumatra, sepanjang Pulau Jawa, serta sebagian di NTB dan NTT," ungkapnya. Kepala Stasiun Meterologi Bandara Selaparang, Mataram, Sutrisno, mengatakan kecepatan angin di Mataram mencapai 20-30 knot per jam. Dampak konvergensi arus angin, kata Sutrisno, akan mengakibatkan gelombang laut di Mataram mencapai 2,5-3 meter. Post Date : 05 Februari 2004 |