Indramayu, Kompas - Banjir melanda pantai utara Jawa Barat, yakni tujuh kecamatan di Kabupaten Indramayu dan dua kecamatan di Kabupaten Subang, Selasa (18/1). Sekitar 5.000 rumah terendam di Indramayu dan sekitar 1.000 warga diungsikan. Di Subang, banjir merendam 6.665 rumah dan 1.614 hektar sawah.
Tujuh kecamatan yang dilanda banjir adalah Patrol, Sukra, Kandanghaur, Anjatan, Losarang, Gabus Wetan, dan Kroya. Selasa pukul 18.30, tinggi air sepinggang orang dewasa.
Di Desa Bugel, Kecamatan Patrol, petugas tanggap bencana (Tagana) dikerahkan untuk mengevakuasi orang lanjut usia dan ibu hamil yang terjebak di rumah. Maria (50), warga Bugel yang mengungsi di Masjid Darussalam, menuturkan, air menggenang sejak Senin malam. Selasa dini hari, ketinggian air meningkat cepat.
Mujahid, Sekretaris Penanggulangan Bencana Alam Kabupaten Indramayu, mengatakan, banjir itu merupakan yang terparah selama lima tahun terakhir. Banjir disebabkan guyuran hujan dua hari tanpa henti, diperparah oleh rob (air pasang) di pantai utara (pantura). ”Kami menerima laporan orang hilang, Wariyah (50), warga Bugel,” kata Mujahid.
Tim Tagana, Palang Merah Indonesia, dan sukarelawan masih berkeliling untuk mengevakuasi warga dan mengirim nasi bungkus ke rumah korban banjir.
Di Subang, banjir merendam 5.445 rumah di empat desa di Kecamatan Pamanukan, yakni Desa Pamanukan (984 rumah), Pamanukan Hilir (466 rumah), Pamanukan Sebrang (574 rumah), dan Mulyasari (3.421 rumah). Air berasal dari luapan tiga sungai, yakni Cigadung, Cipangaritan, dan Kalensema.
Di Kecamatan Pusakanagara, luapan Sungai Sewo merendam 1.220 rumah yang tersebar di sejumlah desa, seperti Patimban, Kebondanas, dan Karanganyar.
Genangan terparah terjadi di Desa Mulyasari, setinggi 30-100 sentimeter. Murid di tiga sekolah dasar dan satu sekolah menengah pertama terpaksa diliburkan.
Selasa siang, lebih dari 50 warga tampak mengungsi di kolong jalan layang Pamanukan. Menurut Rase (65), salah satu pengungsi, jika genangan tak kunjung surut, jumlah pengungsi dipastikan bertambah.
Jalan di Sumba putus
Tiga ruas jalan di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, putus akibat hujan deras yang disertai badai sepekan terakhir. Warga di tujuh desa yang memanfaatkan ruas jalan itu sulit mengakses ke pusat kecamatan, Waingapu, Sumba Timur.
Ruas jalan yang menghubungkan Desa Wahang-Desa Tawui di Kecamatan Pinupahar kena longsor sepanjang 80 meter, lebar 58 meter, dan kedalaman 40 meter. Ruas jalan Desa Tadulanjanggar- Desa Kalangga, Kecamatan Karera, longsor sepanjang 100 meter, lebar 57 meter, dan kedalaman 8 meter. Adapun jalan antara Desa Praimbana dan Pusat Kecamatan Paberiwai longsor sepanjang 78 meter, lebar 35 meter, dan kedalaman 60 meter.
Hujan dan angin kencang menerpa belasan rumah penduduk, posyandu, dan puskesmas. Tidak ada korban jiwa, tetapi banyak warga kehilangan tempat tinggal dan belum mendapat bantuan karena kesulitan akses ke lokasi.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Sumba Timur Marthen Kalimandu mengatakan, selain ruas jalan terputus, hujan deras dan badai juga menyebabkan Sungai Kabundu Puala di Desa Tadulajangga meluap. Saluran irigasi sepanjang 78 meter jebol. Jaringan distribusi air minum putus karena 15 pipa induk dihanyutkan banjir. Tanaman jagung, kacang- kacangan, dan umbi-umbian warga seluas 2,5 hektar hancur. Demikian pula tanaman kopi, kelapa, coklat, mahoni, dan jeruk warga. Sepuluh ekor babi hanyut.
Longsor akibat hujan deras di Pegunungan Muria, Desa Menawan, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Senin (17/1) malam, menyebabkan satu mushala hancur, lima rumah rusak ringan, dan satu rumah terancam kena longsor. (MKN/NIT/KOR/HEN)
Post Date : 19 Januari 2011
|