|
JAKARTA (Media): Sekitar 5.000 warga mengungsi akibat banjir yang melanda Nias, Sumatra Utara (Sumut) dan Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak Jumat (21/10) hingga kemarin. Belum ada laporan korban jiwa akibat banjir di kedua daerah tersebut. Di Kabupaten Nias, banjir dengan ketinggian 1 meter melanda Desa Hilin, Kecamatan Tuheberua dan Kota Gunung Sitoli. Di Kota Gunung Sitoli, banjir melanda permukiman padat yang dihuni sekitar 5.000 jiwa. Kawasan yang terkena banjir, yakni Jl Supomo, Jl Ampera dan sebagian Jl Pancasila. Sedangkan di Desa Hilin Buati, Kecamatan Tuheberua, yang merupakan daerah aliran sungai, sekitar 200 warga mengungsi ke sanak saudara mereka yang bebas dari banjir. Meski, kemarin air mulai surut, belum ada warga yang kembali ke rumah masing-masing. "Banjir terjadi akibat hujan lebat yang turun terus menerus selama sepekan ini. Selain itu juga dikarenakan air pasang," kata Wakil Bupati Nias Agus Mendrofa yang dihubungi Media, kemarin. Menurut Agus, banjir juga disebabkan tanggul Sunai Nou bobol dan bibir sungai menyempit saat diterjang tsunami, Desember tahun lalu. Akibat cuaca buruk selama tiga hari berturut-turut sejak Rabu (19/10) hingga Jumat, pesawat tidak bisa mendarat di lapangan terbang Binaka, Nias sehingga pesawat kembali ke Medan. Dari Kupang dilaporkan, banjir juga melanda Desa Namangkewa, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) Jumat sekitar pukul 11.00 Wita. Sedikitnya 80 rumah penduduk terendam dan sekitar 320 orang mengungsi. Jalur hubungan darat antara Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur terputus akibat jembatan Namangkewa sepanjang 15 meter ambruk akibat diterjang banjir. Jembatan itu berada sekitar 10 kilometer arah timur Kota Maumere, Sikka. Sampai kemarin, jembatan Namangkewa masih belum bisa dilewati. Bus-bus yang membawa penumpang baik dari Maumere atau Ende tujuan Larantuka, Flores Timur, atau sebaliknya, terpaksa menurunkan penumpang dekat jembatan Namangkewa. Penumpang kemudian menyeberang dengan berjalan kaki melewati bagian sungai yang dangkal dengan bantuan warga dan petugas dari Dinas Pekerjaan Umum setempat. Kepala Biro Bina Sosial (Binsos) Sekretaris Daerag NTT Fransiskus Salem mengatakan, para warga yang mengungsi kini ditampung di gedung gereja Reinha Rosari di Kecamatan Kewapante dan telah mendapat bantuan bahan makanan dari Pemerintah Kabupaten Sikka. Menurut Fransiskus, hingga Sabtu petang, air yang merendam rumah-rumah penduduk masih setinggi 5 sentimeter (cm) dari sebelumnya 10 cm. Namun, di wilayah sekitar Waigete hingga gunung api Egon masih terjadi hujan, sehingga ketinggian air di rumah penduduk bertambah. Dievakuasi Sementara itu, empat jenazah korban banjir bandang di Kabupaten Aceh Tenggara, Nanggroe Aceh Darussalam, kemarin berhasil dievakuasi. Tiga jenazah, yakni Lintong Simangunsong, 68, Marihot Sianipar, 32, dan Ari Pardamean Hutagaol, 2, ditemukan di Desa Simpang Semadam, Kecamatan Semadan. Sedangkan satu korban lagi, Sarien, 50, ditemukan di Desa Lawe Beringin Gayo, Kecamatan Semadam. Total korban meninggal 19 orang, 10 warga Desa Lawe Beringin Gayo, enam warga Desa Kampung Baru, dan satu warga Desa Lawe Tua. Saat ini warga asal Desa Simpang Semadam dinyatakan hilang dan masih dalam pencarian. "Masih ada satu orang lagi yang sedang kami cari bermarga Siagian. Tapi karena hujan lebat pencarian terpaksa dihentikan," kata salah seorang warga J Hutasoit yang turut melakukan pencarian. Bantuan untuk para pengungsi terus mengalir. Kemarin, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah memberikan bantuan senilai Rp1 miliar yang terdiri Rp500 juta dana tunai dan Rp500 juta berbentuk cek. Mensos sempat meninjau lokasi banjir bandang di Desa Simpang Semadam, Desa Semadam Asal, dan Desa Lawe Beringin Gayo. Cuaca di wilayah Aceh Tenggara hingga kemarin dilaporkan tidak menentu, awan gelap masih tetap bergelantungan yang sesekali diguyur hujan deras sehingga para relawan mencari korban dengan ekstra hati-hati. YN/PO/KN/N-2 Post Date : 23 Oktober 2005 |