|
SUMBER, (PR).- Hujan lebat yang turun pada Minggu malam hingga Senin dini hari (16-17/1) menyebabkan ratusan rumah penduduk terendam air setinggi 0,5 hingga 1 meter, di Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. Selain itu, air juga merendam ratusan hektare sawah, terutama yang berdekatan sungai pembuang. Banjir yang melanda permukiman tadi sempat membuat warga tercekam ketakutan. Saat hujan turun deras dan air mulai masuk ke permukiman, ribuan warga keluar rumah dan berlarian menuju tempat yang lebih aman. Ribuan warga yang keluar rumah ketakutan kalau-kalau air yang masuk ke pemukimannya merupakan bencana tsunami. Ketakutan tentang tsunami terutama dialami warga di beberapa blok di Ds. Muarah, seperti blok Muara Tengah, Muara Kulon, dan sekitarnya. Menurut Kades (Kuwu) Muara, Abadi, warganya benar-benar ketakutan karena dihantui bencana tsunami. "Warga sempat ketakutan sehingga pada keluar rumah meski hujan deras. Malam itu memang situasi terlihat tegang. Hujan turun sangat deras, kebetulan berbarengan dengan pasang laut dan sungai yang meluap," tutur dia. Ribuan warga semula sempat akan mengungsi ke balai desa karena ketakutan akan bencana tsunami, namun Kuwu Abadi dan perangkatnya langsung turun dan meminta agar warga tetap tenang. "Kalau tidak keburu saya cegah, warga sudah pada mengungsi ke balai desa. Malam itu saya menenangkan warga dan meminta mereka kembali untuk menyelamatkan barang dari genangan air yang masuk ke rumah," ungkapnya. Berdasarkan hasil pendataan, sedikitnya ada 700 rumah warga yang terendam. Air menggenang selama lebih dari 7 jam dan mulai surut Senin pagi seiring redanya hujan dan surutnya sungai. Banjir juga menggenangi areal sawah di wilayah Muara. Tercatat sedikitnya 200 ha sawah tergenang setinggi 1 m dengan usia tanaman padi antara 10 hari sampai 1 bulan. Selain sawah, banjir juga menjadikan areal pertambakan ikan lele seluas lebih dari 10 ha meluap. Ratusan ribu ekor ikan lele yang siap dipanen hilang bersama luapan air, pemilik tambak itu rugi puluhan juta rupiah. Selain Muara, banjir juga melanda hampir seluruh desa di Kec. Kapetakan yang berjumlah 18 desa. Terparah dialami 3 desa, yakni Ds. Suranenggala, Suranenggala Lor dan Suranenggala Kidul. Di tiga desa itu ratusan hektare sawah terendam oleh air setinggi 0,5 - 1 meter. Rata-rata padi yang terendam itu berusia antara 10 - 20 hari. Sodetan Kalimalang Menyusul bencana banjir dan genangan air tersebut, warga langsung menuding penyebabnya ialah adanya sodetan Kalimalang. Sodetan itu memanjang sejauh 15 km dari daerah Ds. Kedaton sampai Suranenggala atau tepatnya di Sungai Cimanuk. Sodetan Kalimalang dibangun pada tahun 2003-2004. Projek senilai sekira Rp 9 miliar itu bertujuan sebagai bak penampung air terutama untuk mengatasi krisis air pada musim kemarau. Sodetan itu berupa bentangan sungai seluas sekira 20 meter dengan kedalaman 2 - 3 meter. Di sepanjang 15 km sodetan tadi, terdapat puluhan talang air yang berfungsi sebagai pintu air dan dihubungkan dengan saluran pembuang yang ada di persawahan. Dituturkan Petugas Penyuluh Pertanian (PPL) Karangkendal-Kapetakan, Winata, sodetan itu menjadi penyebab terendamnya ratusan hekar sawah di Kapetakan. Disebabkan, air hujan yang turun di areal persawahan tidak memiliki saluran pembuang. Di sisi lain, talang air di sodetan Kalimalang tidak berfungsi, lebarnya hanya 3 m, sedangkan debit air yang ditampung sangat besar. Projek itu juga terkesan dikerjakan asal-asalan, apalagi saluran irigasi pendukung seperti terlihat di Suranegggala, sama sekali tidak diberi senderan, akibatnya air melintas masuk ke areal persawahan dengan tidak terkendali.(A-93) Post Date : 18 Januari 2005 |