Banjir Landa Kalsel-Kalbar

Sumber:Jurnal Nasional - 26 Juli 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SETIDAKNYA 3.189 rumah di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu,terendam banjir. Hingga Minggu (25/07), ditemukan, tiga orang tewas. Mereka tewas terseret arus, Galuh (35), Jufri (57) warga Satui, korban terakhir ditemukan Minggu (25/07) adalah Dariminto. Korban mengapung di bawah jembatan Jombang di Kecamatan Satui oleh tim SAR.

Data Pos Banjir di Satui, korban banjir terpaksa dievakuasi ke gedung serbaguna Kecamatan Satui, tenda darurat dan Masjid Satui, 1.200 keluarga. Kondisi terakhir permukaan air, mulai turun terutama di ruas jalan trans Kalimantan, yang Sabtu sempat terendam banjir.”Permukaan air di ruas jalan trans Kalimantan, sudah turun,” kata Kepala Bagian Humas Pemkab Tanah Bumbu Ardiansyah, saat di lokasi Banjir di Satui.

Bupati Tanah Bumbu HM Zairullah Azhar menginstruksikan seluruh pejabat, meninjau langsung sesuai bidang masing masing, dan memberikan pertolongan korban banjir, serta mendata juga membuat perencanaan penanggulangan selanjutnya. Zairullah tiba di lokasi, dan langsung memberikan bantuan uang tunai kepada korban banjir, melalui Camat Satui Fadliansyah Akbar

Rp50 juta. Dia meminta seluruh kepala desa, dan RT terus memperhatikan kondisi dan keperluan hidup warga selama masih dalam pengungsian.

Di bawah instruksi bupati, segala kebutuhan pokok warga yang terkena musibah banjir bisa langsung mengambil di toko toko setempat, dengan camat sebagai koordinator utama. “Untuk kebutuhan hidup yang dibutuhkan korban silakan ambil langsung di toko toko yang ada di tempat ini. Tentu di bawah pengawasan RT, kepala desa dan camat, nanti biar pemerintah daerah yang bayar.”

Selain di kecamatan Satui, banjir terjadi di kecamatan Kusan Hulu di Kabupaten Tanah Bumbu. Untungnya, 11 desa di pusat banjir itu tidak separah di Kecamatan Satui. Dari keterangan Camat Kusan Hulu Arif A. Karim, banjir

baru 10 cm dari permukaan lantai rumah warga. Ke 11 Desa yang mengalami banjir luapan Sungai Kusan itu antara lain, desa Hatiif, Darasan Binjai, Mangkal Api, Tapus, Guntung, Tibarau Panjang, Pacakan, Binawarak,

Bekarangan, Anjir baru, Manuntung, Sungai Rukam, dan Lasung.

Di kawasan ini banjir mulai merendam 549 rumah. Di Kabupaten Tanah Bumbu, banjir terjadi Kintap Kabupaten Tanah Laut. “Daerah ini berbatasan langsung dengan daerah banjir di Satui, Kabupaten Tanah Bumbu,” kata Satuan Penanggulangan Bencana Kalimantan Selatan, Arifin.

Di Kalimantan Barat (Kalbar), banjir juga terjadi. Volume hujan mengguyur sebagian besar wilayah Kalbar beberapa hari belakangan ini menyebabkan debit air di Sungai Kapuas meluap. Akibatnya, empat kecamatan di Kabupaten Sintang, Kalbar, terendam banjir dengan ketinggian rata-rata antara 60 sentimeter hingga satu meter. Keempat kecamatan itu adalah Binjai, Ketungau Hilir, Ketungau Tengah, dan Kecamatan Ketungau Hulu. Selain merendam permukiman warga di empat kecamatan, banjir memutus infrastruktur jalan di poros utara Kabupaten Sintang yang menghubungkan empat kecamatan itu.

Yudi Saputra, warga Sintang mengatakan, banjir merendam ke empat kecamatan itu telah melumpuhkan aktivitas warga sehari-hari. “Penoreh karet sudah tak bisa lagi ke kebun dan memilih tetap bertahan di rumah,” kata pria 38 tahun ini kepada Jurnal Nasional dikonfirmasi via selularnya, Minggu (25/7).

Denyut nadi perekonomian terhenti akibat infrastruktur jalan putus di poros utara Sintang. “Ketinggian air sudah mencapai satu meter. Kendaraan roda dua dan empat sudah tidak bisa lagi melewati jalan yang ada. Kecuali mobil yang sudah dimodifikasi dan menggunakan ban besar baru bisa lewat,” ujar dia.

Dia menjelaskan, putusnya infrastruktur jalan ke kecamatan itu sangat berpengaruh terhadap kebutuhan pokok warga setempat. Baik itu beras, gula, rempah-rempah, dan kebutuhan-kebutuhan lain. “Kebutuhan warga bukan cuma sembako saja. Ada kebutuhan lain seperti BBM, pakaian, dan lain-lain.” Pendistribusian semua kebutuhan ini terhenti total akibat infrastruktur jalan putus. Padahal, minyak tanah masih menjadi kebutuhan pokok masyarakat di pedalaman yang belum tersentuh konversi ke gas.

Yudi berharap, pemerintah daerah segera mengambil langkah-langkah taktis mengantisipasi jatuh korban. “Sekarang cuaca sulit ditebak. Jika curah hujan masih tinggi, saya yakin debit air sungai akan terus meluap dan meluber ke perkampungan. Paling tidak, pemerintah segera meninjau lokasi dan mengirimkan bantuan.” Andi Fachrizal/Rahma



Post Date : 26 Juli 2010