Sidoarjo, Kompas - Sejumlah daerah di Jawa Timur, Sabtu (26/3) dini hari, dilanda banjir setelah hujan deras mengguyur sekitar enam jam sejak Jumat. Banjir itu menggenangi permukiman penduduk, menjebol sejumlah tanggul, serta merusak beberapa fasilitas umum.
Hasil pemantauan Kompas di Sidoarjo, Sabtu, sebagian kota seluas 591,59 kilometer persegi itu digenangi air setinggi 50 sentimeter. Sejumlah perumahan yang selama ini bebas banjir, seperti Perumahan Pondok Jati, dekat Stadion Gelora Delta, kini dilanda musibah itu.
Warga setempat menyebut banjir kali ini terparah sejak tahun 1989. ”Selama saya tinggal di sini sejak tahun 1989, baru kali ini banjir sampai masuk rumah,” kata Ny Sun, penghuni Perumahan Pondok Jati.
Hingga Sabtu pagi, banjir masih menggenangi sejumlah kawasan, seperti Jalan KH Mukmin, Raden Patah, Kelurahan Celep, Jetis, dan Sidokare. ”Ini banjir terparah selama lebih dari 10 tahun tinggal di sini,” ujar Henry Nurcahyo yang tinggal di kawasan Bungurasih, dekat Terminal Purabaya.
Di Kota Surabaya, banjir menggenangi sejumlah wilayah. Itu terjadi karena air di sungai dan saluran air meluap akibat hujan tersebut.
Wilayah di Kelurahan Sumber Rejo, Kecamatan Pakal, Kota Surabaya, misalnya, tergenang air dengan ketinggian hingga 60 sentimeter. Air itu berasal dari luapan Kali Lamong. Air menggenang sejak Jumat malam. Permukaan Sungai Kalimas, anak Sungai Brantas, naik sehingga ketinggian air di beberapa bagian hampir rata dengan badan jalan.
Selain digenangi air, wilayah Simo Sidomulyo, Kecamatan Sawahan, juga diterjang puting beliung. Gita, warga setempat, menuturkan, angin menerjang pada Sabtu siang menjelang sore. Pohon-pohon tumbang. Angin juga menerbangkan genteng rumah milik puluhan warga. Sejauh ini tidak ada korban jiwa.
Tanggul jebol
Sementara itu, luapan Kali Lamong di Kabupaten Gresik, Sabtu siang, cukup parah. Tiga titik tanggul jebol sehingga menyebabkan lima kecamatan, yakni Cerme, Benjeng, Balongpanggang, Menganti, dan Kedamean, terisolasi. Warga Tambakberas, Kasnadi, mengaku, tanggul jebol pada Jumat pukul 21.00. Akibatnya, akses warga keluar desa tertutup. ”Ketinggian air di kampung 120 sentimeter,” katanya.
Jalan raya dari Gresik atau Surabaya menuju Mojokerto dan Lamongan tergenang air dengan ketinggian 60-80 sentimeter, seperti di Tambakbera, Iker-iker Geger, dan Morowudi; Kecamatan Cerme, serta Boboh, Kecamatan Menganti. Wilayah Pakal dan Benowo, Surabaya, juga tergenang air.
Tingginya genangan dan terbatasnya perahu karet menyusahkan distribusi bantuan makanan siap santap kepada warga. Bahkan sejumlah relawan menyeret bantuan makanan dengan rakit yang dibuat dari tumpukan paralon.
Sejumlah warga juga mulai mengungsi. ”Ini banjir terparah,” kata Suradi (54), warga Boboh, Kecamatan Menganti.
Sungai Bengawan Solo pun meluap dan menggenangi 35 desa di Kecamatan Baureno, Kanor, Balen, Kapas, Sumberrejo, Bojonegoro Kota, Dander, Kalitidu, Trucuk, dan Padangan. Genangan diperparah luapan anak Sungai Bengawan Solo, termasuk Kali Mekuris di Kecamatan Kanor.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bojonegoro Kasiyanto menyatakan, banjir lebih banyak menggenangi area pertanian. Kondisi terparah di Kecamatan Baureno, yaitu luapan air menerjang 11 desa serta merendam 513 hektar padi, 2 hektar tambak, dan 160 rumah. ”Posisi Bojonegoro masih Siaga II meskipun air surut,” ujarnya.
Lima desa di Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, juga terendam luapan Bengawan Solo. Air menggenangi ruas jalan, persawahan, dan puluhan rumah sejak Jumat malam. Ketinggian air mencapai 30-80 sentimeter.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Karangploso, Malang, Rahmatullah Adji mengatakan, Jawa Timur masih diguyur hujan lebat hingga akhir Maret. Karena itu, potensi banjir besar masih tinggi.(ANO/DIA/NIK/ETA/ACI)
Post Date : 27 Maret 2011
|