Banjir Landa Dua Daerah Penghasil Batu Bara di Kalimantan

Sumber:Kompas - 26 Agustus 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Balikpapan, Kompas - Wilayah Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, dilanda banjir setinggi 2 meter. Hal itu terjadi setelah hujan lebat mengguyur kedua daerah tersebut sejak Jumat (22/8). Tidak ada korban jiwa, tetapi ratusan rumah terendam sehingga sebagian warga terpaksa mengungsi ke tempat aman.

Pada Senin pagi air begitu cepat merendam rumah penduduk. Petugas tim penanggulangan bencana setempat terpaksa menjemput warga yang terjebak di dalam rumah.

Suratno, petugas satuan pelaksana penanggulangan bencana Kabupaten Tanah Laut yang dihubungi di Pelaihari, mengatakan, petugas yang bekerja sejak pukul 06.00 telah mengevakuasi sekitar 200 warga di daerah pintu air di Pelaihari, ibu kota Kabupaten Tanah Laut. Dapur umum di buka hingga air surut.

Banjir juga menggenangi Kecamatan Batu Ampar, Jorong, dan Kintap. Ketinggian air mencapai 1 meter terjadi di Desa Jilatan, Tajaupecah, Asam-asam, dan Jorong. ”Banjir di daerah itu tidak hanya merendam rumah warga, tetapi juga melumpuhkan transportasi dari Banjarmasin ke Tanahbumbu dan Kotabaru karena beberapa ruas jalan trans-Kalimantan banjir,” katanya.

Banjir juga melanda Desa Sekapuk, Kecamatan Angsana, dan Desa Sebamban Kampung, Kecamatan Sungai Loban, Kabupaten Tanah Bumbu. Jalur transportasi darat di daerah itu juga putus. Puluhan mobil angkutan penumpang dan barang terhenti total karena tak berani melewati banjir setinggi 1 meter.

”Kami tidak berani menerobos banjir karena ada satu truk terjebak di sana,” kata Didi, sopir angkutan barang jurusan Banjarmasin-Batulicin.

Banjir di dua kabupaten penghasil batu bara ini sudah terjadi beberapa kali dalam tiga tahun terakhir. Banjar terparah terjadi pada 2006 yang merobohkan tiga jembatan di jalan trans-Kalimantan dan menghancurkan puluhan rumah warga.

Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah Kalsel Rahmadi Kurdi mengingatkan, banjir terjadi akibat kerusakan lingkungan sejak tahun 1970-an, baik penebangan hutan maupun penambangan batu bara dan bijih besi. Lokasi yang hancur itu tidak direklamasi. (FUL)



Post Date : 26 Agustus 2008