|
Jakarta, Kompas - Sepanjang tahun 2004 banjir telah melanda 269.615 hektar sawah di seluruh Indonesia. Akibatnya, sekitar 69.218 hektar sawah mengalami puso. Sementara akibat kekeringan, sekitar 13.150 hektar sawah mengalami puso. Luas sawah di seluruh Indonesia sekitar 7,75 juta hektar. "Angka-angka itu tidak jauh dari angka perkiraan, dan dampaknya tidak terlalu besar pengaruhnya pada produksi pangan nasional. Secara umum, ketersediaan pangan tahun 2004 aman," kata Direktur Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan Departemen Pertanian Jafar Habsah di Jakarta, Senin (27/12). Data tersebut, lanjut Jafar, belum termasuk sawah yang terkena banjir akibat badai tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada hari Minggu (26/12). "Kami belum dapat datanya, karena sampai saat ini belum dapat menghubungi Dinas Pertanian di sana," ujarnya. Namun, menurut Jafar, Departemen Pertanian telah menyiapkan bantuan untuk para petani di sana. "Kami mengharapkan bencana itu tidak merusak areal persawahan. Tetapi, kalau itu terjadi kami akan menyiapkan bantuan berupa benih dan pupuk," tuturnya. Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan akan mengirimkan Tim Kelompok Kerja (Pokja) Tanaman Pangan ke Aceh untuk mengumpulkan data tentang situasi yang ada. Dalam minggu ini diharapkan tim itu sudah dapat berangkat ke Aceh," tegas Jafar Habsah. Sementara, lanjut Jafar, Menteri Pertanian Anton Apriyantono telah menginstruksikan mengumpulkan bantuan yang berasal dari sumbangan pribadi jajaran Departemen Pertanian. "Yang bisa dilakukan segera adalah sumbangan pribadi-pribadi. Kalau bantuan secara struktural kami masih menunggu koordinasi dengan Kantor Menko Kesra apa yang bisa dilakukan," ungkapnya. Dijelaskan, secara nasional bencana tsunami di Aceh tidak akan memengaruhi produksi pangan nasional. "Dari urutan daerah penghasil beras di Indonesia, Aceh menempati urutan kelima belas. Kebutuhan beras untuk Aceh bisa ditutup oleh daerah lain, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, atau dari Sumatera Utara," tutur Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan. Ditutup Januari Sementara itu, untuk mengatasi mundurnya masa tanam karena berubahnya siklus hujan di Indonesia, Jafar menjelaskan, "Semuanya masih bisa diatasi. Semua kekurangan akan ditutup pada bulan Januari. Artinya, yang belum bisa ditanami sampai Desember ini akan ditanami pada Januari." Untuk itu harus dilakukan langkah-langkah antisipasi agar produksi pangan nasional tidak terganggu, yaitu melakukan pembibitan dengan tepat waktu, menggunakan varietas tertentu, agar saat datang masa kering tetap dapat bertahan, disiplin dalam pola tanam dan waktu tanam.(ELY) Post Date : 28 Desember 2004 |