NGANJUK- Hanya berselang dua hari, tiga desa di Kecamatan Gondang kembali diterjang banjir. Yang diakibatkan oleh luapan Sungai Widas akibat curah hujan yang sangat tinggi.
Seperti Kamis lalu, banjir kembali menerjang Desa Nglinggo, Mojoseto, dan Sumberjo. Selain itu juga melanda Desa Ngrami di Kecamatan Sukomoro. Air menerjang ratusan rumah dan ratusan hektare persawahan yang berada di sepanjang aliran Sungai Widas. Termasuk gedung SDN Sumberjo I juga tergenang.
Daerah yang paling parah tetap di Desa Sumberjo. Air menggenangi rumah hingga ketinggian lutut orang dewasa. Menurut Sumarsono, 38 warga setempat, banjir mencapai puncaknya Minggu dini hari pukul 01.00. Setelah turun hujan sejak Sabtu malam. "Hujan deras sekali. Semua sudah bersiap-siap (menghadapi banjir)," ungkap Sumarsono
Benar saja, dini hari itu, Sungai Widas meluap. Menurut Sumarsono, dibandingkan Kamis lalu, banjir kemarin tidak terlalu parah.
Munirah, 31, juga mengungkapkan hal yang sama. Walaupun demikian, banjir yang hanya berselang dua hari ini membuatnya nelangsa. "Mboten saged kerja. Lha sawahe banjir (Tak bisa kerja. Sawahnya kebanjiran, Red)," keluh Munirah.
Banjir berturut-turut tersebut membuat warga mulai diserang berbagai penyakit. Mulai gatal-gatal hingga diare. "Paling banyak diare," terang Mantri Kesehatan Puskesmas Gondang Punidi.
Menurutnya, kondisi lingkungan yang masih lembab membuat rentan muncul penyakit seperti itu. Bila terus-menerus banjir, penyakit yang diderita warga akan semakin banyak. "Seharusnya ada pengobatan masal gratis setelah paskabanjir. Kasihan masyarakat," harap Punidi.
Kemarin, satu keluarga harus diungsikan karena menderita diare parah. Siti Djuriyah, 35, terpaksa dibopong melewati banjir yang masih tinggi. Setelah itu menyusul suaminya, Lasidi, 42, dan anaknya Lusi, 5. Semuanya terkena diare. Mereka dibawa ke Puskesmas Gondang.
"Rumah mereka hanya berlantai tanah. Tidak punya ventilasi. Jadi mudah terserang penyakit," ungkap Punidi.
Siti, mengaku diare sejak banjir Kamis lalu. Awalnya, keluarga itu menolak dibawa puskesmas karena tak punya biaya. Baru setelah dibujuk keluarga itu mau diungsikan ke puskesmas. Kristin, 31, mengeluh gatal-gatal di kaki. Sementara Sarbi, 50, juga mengeluh diare sejak hari pertama banjir.
Banjir juga mengakibatkan sebagian tanah warga terkikis. Jarak rumah Sarbi misalnya. Sebelum banjir mencapai enam meter dengan sungai. Kini, hanya tinggal semeter jaraknya. Sarbi dan warga lain pun terpaksa pindah.
Proses pemindahan rumah kemarin cukup unik. Setelah menurunkan genting dan papan rumah secara gotong-royong, puluhan warga menggotong kerangka rumah milik Sarbi. Sekitar setengah jam, barulah ’rumah’ Sarbi ini bisa dipindahkan ke sisi depan yang sebelumnya berupa pekarangan.
Tidak hanya Sarbi, beberapa rumah juga terancam tergerus. Khususnya yang berada di dekat sungai. Rata-rata rumah itu hanya berjarak sekitar satu meter. Rencananya kemarin, rumah-rumah tersebut juga dipindahkan.
Sementara, di Kabupaten Kediri terjadi lagi angin puting beliung kemarin. Yang menyapu Kecamatan Kunjang sekitar pukul 15.30. Puluhan rumah dan rumah ibadah porak-poranda akibatnya. Pohon-pohon besar juga bertumbangan.
Setidaknya, empat desa yang ditejrang angin kencang tersebut. Yakni Desa Kunjang, Desa Kapas, Tenggerlor, dan Desa Juwet. Hingga kemarin belum diketahui adanya korban jiwa. Hanya beberapa warga sempat dilarikan ke RSUD Pare karena menderita luka ringan dan patah tulang.
Kabaghumas Pemkab Kediri Sigit Rahardjo mengatakan, satlak bencana kabupaten langsung diterjunkan ke lokasi. Rencananya, hari ini Bupati Sutrisno akan meninjau lokasi. Namun, Sigit belum mengatahui jumlah rumah yang robioh. Termasuk kerugian yang diderita. "Belum, sampai sekarang masih dilakukan pendataan," jelasnya. (dea/ery/fud)
Post Date : 10 Maret 2008
|