|
Tahun depan banjir diramalkan kembali menenggelamkan Jakarta sedalam 1-2 meter. Lebih parah lagi, sewindu lagi pesisir Jakarta pun diramalkan terendam permanen sedalam 1,5 meter. Yang meramal bukan paranormal, tapi sekelompok tim ahli dari Institut Teknologi Bandung. "Itu konsekuensi dari curah hujan yang diperkirakan meningkat," kata Armi Susandi, pakar meteorologi ITB. "Sedangkan kanal-kanal di Jakarta tak sanggup lagi menahan debit air." Menurut hasil penelitian Armi dan kawan-kawan, air kiriman dari kawasan Bogor ke Jakarta pada musim hujan (November-Januari) mencapai 1.600 meter kubik per detik. Debit air menuju Jakarta terus meningkat karena kawasan tadah hujan di Jakarta dan sekitarnya terus berkurang akibat tertutup bangunan. Kalaupun Jakarta bisa menyelesaikan proyek Kanal Barat dan Kanal Timur, menurut Armi, banjir tetap jadi ancaman. Toh, kedua kanal itu hanya bisa menampung debit air sekitar 300 meter kubik per detik. Artinya, lebih dari 1.000 meter kubik air per detik tetap akan menerjang rumah warga. "Banjir jadi bahaya laten untuk Jakarta," ujar Armi, yang juga pengurus Himpunan Ahli Geofisika Indonesia. Ramalan Armi membuat sejumlah warga Jakarta yang dimintai tanggapan waswas. Kania, 25 tahun, misalnya, sampai bergidik. "Serius, tuh... rumah gue lebih tenggelam lagi. Banjir kemarin aja, gue sengsara banget," kata warga Pulomas, Jakarta Timur, itu. "Gimana, dong, masak gue harus pindah dari Jakarta." Meidy, 28 tahun, yang tinggal di kawasan Mampang, juga meradang. Februari lalu, saat banjir melanda Jakarta, rumah tempat kos bujangan ini tergenang 1,5 meter. Begitu tahu ramalan banjir akan kembali melanda Ibu Kota, karyawan sebuah stasiun televisi itu spontan mempertanyakan kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. "Kerja Gubernur (dan aparatnya) selama ini apa, sih?" Banjir memang meninggalkan kenangan buruk bagi warga Jakarta. Pada banjir awal 2007, sekitar 396 kilometer persegi wilayah Jakarta tenggelam. Sebanyak 55 orang tewas dan 399 ribu warga lainnya mengungsi. Kerugian banjir tahun ini ditaksir mencapai Rp 4,1 triliun. Statistik korban dan kerugian banjir 2007 memecahkan rekor pada banjir 2002. Saat itu korban jiwa 25 orang dan sekitar 381 ribu mengungsi. Adapun kerugian materi akibat banjir waktu itu sekitar Rp 1,8 triliun. Banjir merupakan bencana alam. Tapi sebagian kerugian akibat banjir Jakarta juga diperparah oleh ulah manusia, termasuk kebijakan yang salah arah dalam pengembangan kota. Ambil saja contoh kasus hilangnya waduk dan situ di Jakarta. Pada 1990, situ di Jakarta masih berjumlah 218 buah. Tapi pada 2006, jumlah situ tinggal 100 buah. "Itu gara-gara pembangunan fisik yang tak terkendali," kata Armi. Hari-hari ini Jakarta gegap-gempita memilih gubernur baru. Bagi kebanyakan warga, siapa pun gubernur yang terpilih, penanggulangan banjir harus menjadi prioritas. "Masak (banjir) nggak ada solusinya," ujar Meidy. FERY FIRMANSYAH Post Date : 24 Juli 2007 |