Banjir Lagi, Banjir Lagi...

Sumber:Koran Sindo - 09 Januari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SURABAYA (SINDO) – Kemarin hujan dan badai menerjang Surabaya. Hasilnya, sama seperti yang sudah-sudah, banjir meluap ke manamana.

Ketinggian genangan air di sejumlah lokasi bedabeda. Di kawasan Darmo, ketinggian air di beberapa titik ada yang mencapai lutut kaki orang dewasa. Pemandangan serupa juga tampak di kawasan Wonokromo,Bratang, sebagian Gubeng,Kedung Baruk, Semolowaru, Manyar,Margorejo,Jalan Indragiri, Jalan Mayjen Sungkono, hingga kawasan Tanjung Perak.

Akibatnya bisa ditebak, arus lalu lintas berjalan sangat lambat. Beberapa ruas jalan seperti Jalan Wonokromo bahkan sempat macet. Itu karena ada beberapa kendaraan roda dua dan roda empat yang mogok di tengah jalan. ”Jika hujannya turun lebih lama, biasanya genangan air lebih parah.

Bisa masuk rumah- rumah dengan kedalaman mencapai setengah meter,” kata Khoirul Huda, mekanik bengkel sepeda motor ”Anugerah” yang ada di Jalan Dharmawangsa. Jika ruas jalan protokol direndam air setinggi lutut orang dewasa, di kampungkampung lebih parah lagi.Beberapa tempat air sudah memasuki rumah-rumah warga.

Seperti kompleks Pandugo Perum YKP, kawasan Barata, Brebek, serta Kendangsari. Warga terpaksa mengevakuasi sebagian barangnya untuk menghindari genangan air yang lebih tinggi. Hujan deras disertai petir kemarin bahkan sempat membuat Bandara Internasional Juanda menutup penerbangan selama kurang lebih satu jam.

Ini akibat visibility atau jarak pandang tidak sampai radius 800 meter. Dampaknya,4 pesawat terpaksa di-divert ke Bandara Ngurah Rai Denpasar,2 pesawat return to baseke Denpasar, dan 5 pesawat diBandara Juanda menunda perjalanannya. ”Tadi saat visibility segitu, aktivitas penerbangan sempat terganggu.

Saya lihat ada beberapa pesawat yang holdingdi atas.Ya...kurang lebih terjadi setengah jam lah.Namun, sekarang cuaca cukup kondusif karena mulai pukul 14.00 WIB tadi visibility sudah kembali normal, 2.500 meter,” kata Joko Sulistyo, Prakirawan BMG Juanda. Hujan yang turun mulai pukul 14.00 WIB tersebut sebenarnya tidak berlangsung lama.Hanya dua jam.

Namun, guyuran air kemarin tergolong sangat lebat. Selain deras, butiran air yang jatuh volumenya tidak biasa.Akibatnya, baru 15 menit hujan mengguyur, banjir langsung merata di mana-mana. Belum ada laporan kerusakan atau kecelakaan selama hujan turun sore kemarin.Namun, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Pemkot Surabaya tampaknya tidak mau kecolongan lagi.

Mereka mengerahkan sejumlah petugasnya untuk memotong beberapa dahan pohon perdu yang rawan patah atau tumbang. ”Kami diperintahkan siap siaga untuk mengantisipasi jika ada pohon tumbang di tepi jalan,” kata Rokim, 24, seorang petugas yang kemarin terlihat mengendarai kendaraan roda tiga milik DKP saat menyeberang di Jalan Kertajaya, Gubeng.

Fenomena hujan sesaat yang berpotensi menimbulkan banjir seperti kemarin patut diwaspadai oleh semua pihak. Cuaca buruk diperkirakan akan terus terulang hingga akhir Februari mendatang. Menurut prakiraan Badan Meteorologi Dan Geofisika (BMG) pusat, hampir semua kawasan di Jawa Timur saat ini rawan mengalami hujan disertai badai.

Intensitas hujan dalam skala sedang hingga tinggi terutama berpotensi terjadi di wilayah Surabaya, Sumenep, Kediri, Madiun,Probolinggo bagian utara, Malang, Blitar, Tulungagung, danTrenggalek. ”Hujan yang turun hingga dua bulan ini patut diwaspadai karena sangat berpotensi menimbulkan longsor dan tentu saja banjir,”

Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMG Perak Arif Triono memberi gambaran. Dia menjelaskan, fluktuasi atau ketidakstabilan cuaca yang berpotensi menimbulkan hujan badai di Jawa terjadi akibat kawasan Pulau Jawa masuk dalam area konvergensi tropis (Inter-Tropical Convergense).

Area ini jadi titik pertemuan masa udara dari kawasan benua Asia yang ada di utara dan barat laut Pulau Jawa,dengan masa udara dari Samudra Hindia. Dua mata angin yang punya masa berbeda itu bertumbukan di atas langit Pulau Jawa dan sama-sama bergerak menuju benua Australia yang memiliki tekanan rendah (kering).

”Konvergensi udara itulah yang kemudian menimbulkan gumpalan-gumpalan awan tidak stabil yang biasa disebut sebagai awan Comulunimbus atau awan Cb.Jenis awan ini sangat berbahaya karena selain menyebabkan hujan lebat,biasanya juga disertai angin kencang dan diiringi petir,”kata Arif Triono. (destyan sujarwoko)



Post Date : 09 Januari 2009