Banjir Kulon Progo Belum Ditangani Pemerintah

Sumber:Kompas - 26 Maret 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
KULON PROGO, KOMPAS - Hujan deras yang terus mengguyur Kulon Progo sejak Kamis malam pekan lalu menyebabkan sebagian wilayah di Kecamatan Panjatan terendam air. Sampai Minggu (25/3), air belum surut dan masih menggenangi puluhan hektar sawah di delapan desa.

Kedelapan desa tersebut adalah Desa Gotakan, Cerme, Kanoman, Depok, Bugel, Pleret, Garongan, dan Panjatan. Desa Kanoman mengalami banjir terparah karena 62 hektar dari 73 hektar sawah yang ditanami padi terendam air, sementara 20 hektar sawah yang ditanami palawija, cabai, dan sayuran lain juga bernasib sama. Air juga menggenangi pekarangan sebagian rumah penduduk.

Di Dukuh V dan VI Kanoman, ketinggian air di persawahan yang terendam hampir mencapai pinggang orang dewasa. Para petani pun tak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan padi yang rata-rata baru berumur tiga minggu.

"Kami harus menunggu air surut untuk membersihkan sawah dan kembali menabur benih," kata Kadiya (40), petani di Dukuh VI, Kanoman.

Dari pengalaman banjir di tahun-tahun sebelumnya, para petani memperkirakan air tidak akan cepat surut. "Biasanya sampai seminggu lebih, pernah juga sampai berminggu-minggu baru surut. Itu jika terjadi hujan deras terus-menerus," ujar Darmanto (30), petani lain di Dukuh VI.

Lebih dari 10 tahun terakhir, banjir pasti terjadi di Desa Kanoman setiap musim hujan. Meski tak separah banjir tahun 1995 yang memaksa penduduk untuk mengungsi, tahun ini para petani kembali dirugikan karena kehilangan satu kesempatan panen.

Menurut keterangan Kepala Bagian Kemasyarakatan Kelurahan Kanoman Kasiri, selain topografis desa yang terletak di daerah rendah, banjir tahunan rutin itu juga terkait erat dengan terhambatnya saluran pembuangan air yang ada. "Kami sudah mengajukan permohonan pembangunan saluran yang baru, proses pembebasan lahan warga pun sudah terselesaikan," ujarnya. Meski begitu, sampai saat ini pembangunan saluran belum dimulai oleh pemerintah. Gotong royong

Untuk memperlancar aliran air, warga juga bergotong royong membersihkan aliran Sungai Heisiro di sekitar Jembatan Copadan yang dipenuhi tanaman eceng gondok. Untuk pengendalian banjir sendiri, Camat Panjatan Nurharini mengungkapkan akan terus membersihkan aliran air. "Kami juga menyediakan stok beras untuk penduduk," katanya.

Mengenai kerugian petani akibat matinya tanaman mereka, Kasiri mengaku sudah melaporkannya ke Dinas Pertanian Kulon Progo. Hanya saja pemberian bantuan benih padi dan mekanisme pemberiannya masih belum diputuskan. Menurut para petani, bantuan benih pun tidak mesti diberikan setiap kali sawah mereka terendam banjir.

Sementara itu, di Dusun Siliran, Desa Karangsewu, Kecamatan Galur, yang juga terkena banjir, para petani tetap memanen padi meski persawahan mereka terendam air. "Untung masih bisa dipanen, nanti bisa dijemur, yang penting bisa kering," kata Prapto Wiyono (55), petani di dusun tersebut.

Untuk menanggulangi banjir tahun ini, Wakil Ketua DPRD Kulon Progo Sumariya mengutarakan mendesaknya upaya pelancaran aliran air. "Kalau perlu, kegiatan padat karya itu disubsidi dengan dana bencana alam," ucapnya. (AB3)



Post Date : 26 Maret 2007