|
Jakarta, Kompas - Hujan deras di Bogor pada Jumat sore menyebabkan sebagian rumah warga di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur, dan Kelurahan Bukit Duri, Jakarta Selatan, tergenang air pada Sabtu (9/12) dini hari. Ketinggian air luapan Sungai Ciliwung di dua tempat tersebut mencapai satu meter. Sampai dengan Sabtu siang, sebagian rumah penduduk di Kampung Melayu yang terletak di tepi Ciliwung masih terendam meskipun air sudah mulai surut. "Air sungai mulai naik sejak Sabtu dini hari. Itu terjadi setelah air Sungai Ciliwung terus naik," kata Amarullah, warga RT 12 RW 01, Kampung Melayu, ketika ditemui Sabtu siang. Rumah Amarullah dan puluhan rumah lain di tepian Ciliwung saat itu masih tergenang. Namun, penghuni umumnya masih tetap tinggal karena rumah mereka berlantai dua. Seorang ibu rumah tangga, Tina (55), yang rumahnya terendam, mengaku sudah biasa menghadapi banjir setiap kali musim hujan tiba. Namun, ia tidak akan mengungsi kalau air hanya menggenangi lantai bawah rumahnya. "Kalau air sudah sampai di lantai dua, kami baru mengungsi," katanya. Beberapa tetangganya memberikan informasi yang sama. Pada Sabtu pagi hingga siang Kompas menyusuri Sungai Ciliwung, menggunakan dua perahu karet selama empat jam. Dari Tanjung Barat hingga Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan, Ciliwung terlihat dipenuhi sampah, terutama plastik. Banyak pula rumah penduduk dibangun hingga bagian tepi sungai. Menurut pengamatan, sebagian warga Bukit Duri bekerja menguras genangan air di rumah- rumah semipermanen di bantaran sungai. "Tadi subuh airnya naik sekitar satu meter, tapi siang hari tadi air mulai surut," kata Cali (30), warga Bukit Duri. Menurut dia, warga sudah terbiasa dengan banjir dan tak khawatir lagi. "Kalau banjir datang lagi kita siap-siap saja. Kalau sudah parah mengungsi ke atas, tidak ada persiapan lain, memang seperti inilah kehidupan kami, tidak takut juga karena sudah terbiasa," kata Cali. Warga lain, Fatimah (35), mengatakan, banjir memang menyebabkan warga sengsara. Saat air datang menggenangi rumah, warga berharap bantuan akan datang. "Bantuan sembako bisa untuk menyambung hidup kami," kata Fatimah yang bekerja sebagai pemulung. Petugas pos piket di kantor Induk Pelaksana Kegiatan Pengembangan Wilayah Sungai (IPK PWS) Ciliwung-Cisadane, Gatot Seno, mengatakan, banjir memang sudah mulai menyerbu Jakarta pada Sabtu dini hari. "Untuk mengantisipasi jika terjadi banjir susulan yang lebih besar, sudah disiapkan dua pompa di sekitar Bukit Duri dan juga dua pompa di sekitar Kampung Melayu," kata Gatot. Pompa air Kepala Staf Satuan Kerja Nonvertikal Tertentu Djoko Prakoso mengatakan, IPK PWS Ciliwung- Cisadane telah mengaktifkan 14 pos piket banjir yang tersebar di wilayah Ciliwung-Cisadane sejak 2 Oktober 2006. Masing-masing pos dilengkapi radio komunikasi, buku laporan, dan sarana penunjang, seperti jas hujan dan lampu senter. Masyarakat juga bisa menghubungi pos piket induk di nomor telepon 021-8197309. Jika terjadi kondisi darurat banjir, IPK PWS Ciliwung-Cisadane menyediakan bantuan perahu karet atau truk untuk melakukan penyelamatan atau evakuasi yang dapat dipinjam melalui saluran informasi tersebut. Djoko mengatakan, di lingkungan IPK PWS Ciliwung-Cisadane telah dilengkapi 19 pompa air untuk menghindari banjir masuk ke daerah "baskom" perkotaan. Selain itu, ada 17 pompa air yang dipasang di lingkungan permukiman, mulai dari Jakarta Selatan, Tangerang, dan Bekasi. (amr/arn/naw/mul) Post Date : 10 Desember 2006 |