MEDAN(SINDO) – Kota Medan kemarin dilanda banjir terbesar dalam satu dekade terakhir.Ribuan rumah warga terendam akibat luapan sungai yang tak mampu menampung debit air dari hulu.
Semua pihak diimbau lebih waspada karena potensi banjir masih mengancam, menyusul tingginya tingkat curah hujan. Pemerintah pun diharapkan menyiapkan sistem peringatan dini. Mulai dini hari kemarin, seluruh sungai yang melintasi Kota Medan, seperti Sungai Deli,Sungai Babura, dan Sungai Belawan,meluap menggenangi sejumlah rumah dan sejumlah badan jalan. Bahkan di Kelurahan Aur dan Sei Mati,Medan Maimon, ada rumah warga yang hanya terlihat atapnya.Sebab,ketinggian air mencapai 6 meter. Banjir terparah memang terjadi di Medan Maimon. Enam kelurahan di kawasan ini digenangi air. Diperkirakan 1.200 rumah terendam air.
Di Medan Polonia, yaitu Kelurahan Suka Damai, 85 rumah yang tergenang air, Kelurahan Polonia 300 rumah, dan Kelurahan Anggrung 33 rumah, Kelurahan Sari Rejo 19 rumah. Selanjutnya, di Kecamatan Medan Sunggal, banjir terparah terjadi di Kelurahan Kampung Lalang. Di kawasan ini 460 rumah terendam, sedangkan di Kelurahan Sunggal 180 rumah.Kemudian di Kecamatan Medan Helvetia, 400 rumah terendam di Kelurahan Cinta Damai,dan 250 rumah di Kelurahan Tanjung Gusta. Namun, tidak ada laporan korban jiwa akibat bencana banjir ini.Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga mengatakan,pihaknya telah mengerahkan 450 personel untuk membantu evakuasi korban bencana banjir di Kota Medan.
Dia berharap tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dalam bencana tersebut. “Jangan ada korban jiwa, tapi memang sejauh ini belum ada korban jiwa,” ujarnya singkat. Andi, warga Jalan Brigjen Katamso, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun, memaparkan bahwa banjir tersebut berasal dari meluapnya Sungai Deli menyusul hujan yang turun malam hari. Menurut dia, banjir itu sangat besar, karena air mencapai ketinggian 6 meter.
“Baru kali ini banjirnya tinggi hingga sampai jembatan,”ucapnya lagi. Luapan air juga menjebol dinding bagian belakang basement Kompleks Multatuli Indah di Jalan Multatuli,Medan Kota yang berdekatan dengan Sungai Deli runtuh akibat hantaman arus.Air sungai yang meluap masuk ke dalam basement dan mengakibatkan puluhan mobil yang parkir tenggelam.“Banyak juga orang di dalam basement, semuanya berhamburan keluar,” kata Rusman, petugas keamanan kompleks.
Warga Terjebak di Rumah
Sementara itu, 86 rumah warga di Kompleks Flamboyan, Jalan Flamboyan Raya, Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan diterjang banjir. Rumah warga terendam karena tanggul yang membatasi perumahan dengan Sungai Tuntungan jebol pada pukul 01.00 WIB dini hari kemarin. Berdasarkan pantauan SINDO sekitar pukul 03.00 WIB, jejeran mobil warga yang berhasil diselamatkan berjejer di sepanjang Jalan Flamboyan Raya.Teriakan histeris korban yang lebih dulu menyelamatkan diri turut mewarnai suasana pagi di wilayah Tuntungan tersebut.
Air meluap hingga ke pintu masuk perumahan. Jembatan, tembok pembatas, dan sebagian rumah hancur dihantam arus sungai. Akibatnya, warga yang menempati kompleks terjebak di dalam rumah hingga hampir 7 jam.“Kami pertama memang sudah feeling kalau nanti bakal banjir ini, apalagi tadi malam hujannya panjang, nggak ada berhenti-henti,” ungkap Nurainun,40,warga Blok Z No 2F Kompleks Flamboyan. Atun, warga Blok J, mengaku kecewa dengan lambatnya bantuan, sehingga dia beserta kelima anaknya terpaksa menyelamatkan diri ke atas genteng rumahnya yang bertingkat dua.
Kepala Bidang Penanggulangan Bencana utusan PMI Sumut Johnraider Purba mengatakan, pihaknya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memprioritaskan keselamatan penduduk yang masih terjebak banjir.”Kami datang ke lokasi pukul 01.00 WIB, dan pada waktu itu tim SAR belum ada, makanya kami siasati untuk melakukan pertolongan pertama, dengan keterbatasan alat yang kami punya,”ucap Purba.
Peringatan Dini
Karena curah hujan tinggi masih akan terjadi, banjir kiriman masih mengancam kawasan Sumut.Pemerintah daerah diminta menyiapkan sistem peringatan dini (early warning system) untuk menghindari korban yang lebih besar.Sistem ini perlu dipasang di hulu Sungai Deli. Hujan deras di hulu dapat langsung terpantau dari Medan sehingga segera diinformasikan kepada masyarakat.
Berdasarkan data dari Badan Meteorologi,Klimatologi dan Geologi (BMKG) Polonia Medan,curah hujan yang terjadi dini hari kemarin sangat tinggi. Banjir yang melanda kawasan bantaran Sungai Deli di Medan merupakan akumulasi dari curah hujan yang tinggi di kawasan pegunungan belakangan ini. Kepala Data dan Informasi BMKG Polonia Medan Firman AMG menyebutkan, “Rata-rata curah hujan sudah di atas batas maksimum, padahal untuk curah hujan 50 mm per hari itu saja sudah tinggi,apalagi di atas batas itu.” Kondisi ini juga diperburuk dengan adanya banjir kiriman dari hulu Sungai Deli. Parahnya lagi, aliran Sungai Deli juga semakin sempit, sehingga tidak bisa lagi menampung debit air. Firman mengimbau masyarakat tetap mewaspadai banjir hingga bulan April mendatang.Sebab, kondisi cuaca ekstrem tetap terus akan terjadi.
“Kami prediksi cuaca seperti ini memang akan terjadi hingga bulan April mendatang. Sebab,cuaca kita sangat dipengaruhi dengan angin Musim Timur Laut yang tergantung dengan kerawanan awan di sekitar Selat Malaka,”ungkap Firman. Tak hanya itu,Firman juga mengingatkan bahwa kondisi yang terjadi di Medan juga dapat terjadi di kawasan Pantai Timur Sumatera, seperti Serdang Bedagai, Asahan, Labuhanbatu Selatan . “Bisa saja nanti, awan dari Selat Malaka terdorong ke kawasan Pantai Timur yang mengakibatkan banjir besar,”sebutnya. Kepala Bidang Penaatan dan Komunikasi Lingkungan BLH Sumut Indra Utama menyebutkan, banjir besar yang terjadi di Medan disebabkan kapasitas hulu Sungai Deli yang tidak sanggup lagi menampung resapan air, sebab kondisi hulu saat ini sudah sangat kritis.
“Data kita, hutan alam yang ada di hulu Sungai Deli itu hanya 7,59%,padahal seharusnya mencapai 30%,”ujar Indra. Sementara itu, Wakil Wali Kota Medan Dzulmi Eldin bersama sejumlah kepala dinas meninjau sejumlah lokasi banjir di kawasan Medan Utara.Banjir terparah di terjadi di Kecamatan Medan Deli,yakni Kelurahan Titi Papan, Kelurahan Tanjung Mulia, dan Kelurahan Kota Bangun. Di kawasan ini diperkirakan seribuan rumah terendam banjir. Bahkan, luapan air Sungai Deli setinggi lutut menggenangi badan jalan sepanjang satu kilometer dari Simpang Dobi hingga Simpang Titi Papan. Kemudian banjir parah juga terjadi di Kecamatan Medan Labuhan, yaitu di Kelurahan Besar, Kelurahan Pekan Labuhan,dan Kelurahan Martubung.
Meluapnya air Sungai Deli ini membuat badan jalan menuju Belawan tertutup.“ Berdasarkan laporan camat, di sini lebih 1.000 rumah warga yang terendam air,”sebut Eldin. Pantauan di lapangan, di semua kawasan banjir telah didirikan posko bagi para pengungsi, posko kesehatan, serta dapur umum, guna melayani para korban banjir. Sementara petugas polisi dari Polres Pelabuhan Belawan, Ditpol Air, TNI, dan masyarakat berbaur memberikan bantuan kepada para korban banjir. Kabag Humas Pemko Medan Hanas Hasibuan mengatakan, data korban banjir ini merupakan data awal, masih ada kemungkinan bertambah karena ketinggian air terus naik di beberapa titik. “Pihak kecamatan terus mendata dan melakukan evakuasi para korban.
Sampai saat ini belum ditemukan korban jiwa akibat banjir,”sebutnya. Berdasarkan pantauan SINDO, arus lalu lintas di Jalan KL Yos Sudarso macet total hampir lima jam akibat banjir ini. Beberapa truk kontainer, angkutan umum, dan pengguna sepeda motor, terpaksa terhenti dan memilih jalan alternatif lain. Wakil Kepala Satlantas Polresta Medan AKP Deni Kurniawan mengatakan, lokasi mengalami banjir parah ada di empat titik, di antaranya Jalan Jamin Ginting, Jalan Brigjen Katamso,Jalan Sunggal, dan Jalan Juanda,Medan.
Dia menjelaskan, pihaknya menurunkan sejumlah personel untuk mengatur lalu lintas di empat lokasi tersebut.Mereka juga menutup sejumlah jalan. “Kami juga melakukan koordinasi kepada pihak Polres Binjai dan pihak Polres Pelabuhan Belawan guna mengantisipasi antrean kendaraan,” ucapnya. Pengamat lingkungan Jaya Arjuna dan Ketua Komisi D DPRD Medan Ahmad Parlindungan Batubara menambahkan bahwa banjir besar lebih dikarenakan tidak berfungsinya kanal pengendali banjir Medan di kawasan Medan Johor.
“Kami sangat menyesalkan Balai Wilayah Sungai II, tidak bisa mengoptimalkan kanal itu. Sebab, sungai merupakan tanggung jawab mereka,” ujar Batubara. (fakhrur rozi/dody ferdi/lia anggia nst/haris dasril/m andi yusri)
Post Date : 07 Januari 2011
|