|
PALANGKARAYA (MI): Banjir akibat luapan daerah aliran Sungai Barito, Kalimantan Tengah, semakin meluas. Sebelumnya air bah menggenangi Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya yang berada di hulu Sungai Barito beberapa hari terakhir. Air bah sejak Minggu (27/4) malam mulai menggenangi sejumlah wilayah di Kabupaten Barito Selatan yang terletak di hilir Barito. Ketinggian air mencapai 10-20 cm. Diperkirakan, debit air semakin naik seiring dengan surutnya banjir di Barito Utara dan Murung Raya. Menurut Jimanto, seorang warga Jalan Pahlawan, Buntok, ibu kota Kabupaten Barito Selatan, mengungkapkan sejak Minggu malam debit air Sungai Barito terus naik sehingga masuk dan menggenangi rumah warga khususnya di bantaran sungai yang melewati Kota Buntok. "Kondisi ini membuat warga kalang kabut dan berusaha menyelamatkan barang-barang mereka," ujarnya, kemarin. Dijelaskan, saat ini sejumlah jalan di Kota Buntok yang sudah terendam air antara lain Jalan Pahlawan, Kartini, Hilir Simpet, dan Tabuk Buntok. Setelah debit air Sungai Kahayan yang menggenangi Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya terus menurun hingga sekitar 20-30 cm. Warga yang mengungsi sudah beraktivitas kembali seperti biasa. "Hari ini sekitar 500 pegawai negeri sipil (PNS) Pemkab Barito Utara melakukan aksi bersih-bersih pascabanjir di Kota Muarateweh, ibu kota Kabupaten Barito Utara. Bersih-bersih itu dilakukan karena banyak sekali sampah yang berserakan ketika air surut dan itu bisa mengundang penyakit," kata Kepala Humas Pemkab Barito Utara Fery Kusniadi. Dampak banjir di Barito itu selain menelan tiga korban meninggal dunia, ribuan siswa terpaksa tidak sekolah dan gagal mengikuti ujian nasional serta aktivitas perekonomian warga nyaris lumpuh. Gagal panen Air bah dan lumpur yang melanda sekitar 350 ha lahan persawahan di Kecamatan Tojo Barat, Kabupaten Tojo Unauna, Sulawesi Tengah, membuat para petani merugi ratusan juta rupiah karena gagal panen. Sebagian besar dari mereka juga terjerat utang kepada tengkulak. Banjir bandang yang terjadi Minggu (27/4) petang di Tojo Barat tidak hanya merusak sekitar 50 rumah penduduk dan memaksa ratusan warga lainnya mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Ratusan hektare sawah telah berubah menjadi padang lumpur. Lima desa yang sawahnya tergenang banjir adalah Desa Kbalo, Tatari, Mawomba, Tayawa, dan Desa Tombiano. Di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, banjir yang melanda tiga di Kecamatan Pamona Barat yang terjadi sejak Jumat (25/4) meluas hingga meredam Desa Meko dan menenggelamkan sekitar 300 rumah penduduk setinggi 1 m. Tak hanya itu, banjir tersebut juga merusak sekitar 200 ha sawah di wilayah itu. Musibah serupa juga dirasakan ratusan petani di pinggiran Kota Jambi dan Kabupaten Muarojambi. Pasalnya, mereka kembali gagal bercocok tanam dalam musim tanam awal tahun ini, akibat sawah mereka terendam air luapan Sungai Batanghari. Areal persawahan yang terendam umumnya sawah tadah hujan, yang terletak dekat bantaran sungai. Menurut petani setempat, semestinya pada bulan Maret hingga April ini memasuki musim tanam. Namun akibat tergenang air setinggi 1 m, petani terpaksa gigit jari. Areal persawahan tadah hujan yang terendam banjir di Kota Jambi terjadi di Kelurahan Penyengat Rendah, Kecamatan Telanaipura, dan Kelurahan Selincah, Kecamatan Jambi Timur. Sementara itu, banjir di Kabupaten Batanghari melanda sejumlah desa di Kecamatan Jambi Luar Kota dan Kecamatan Kumpehilir. (SS/M-UB/SL/N-2) Post Date : 29 April 2008 |