NGAWI(SINDO) – Banjir lagi-lagi membuat sengsara warga di sejumlah tempat di Jawa Timur (Jatim). Ribuan kubik air akibat luapan Sungai Bengawan Madiun dan Bengawan Solo menggenangi ratusan rumah di Madiun,Ngawi,dan Bojonegoro. Banjir juga nyaris ”melumpuhkan” Kabupaten Sampang,Madura, kemarin. Air setinggi lutut hingga pinggang orang dewasa akibat luapan Sungai Bengawan Madiun hingga kemarin menggenangi belasan rumah di tiga kecamatan di Ngawi.
Tiga kecamatan tersebut adalah Kwadungan,Padas, dan Pangkur. Banjir di kawasan ini terjadi akibat hujan deras yang mengguyur kawasan Ngawi dan sekitarnya sejak Senin (6/12) sore. ”Air dari luapan Bengawan Madiun mulai masuk ke permukiman warga sekitar pukul 19.00 WIB, Senin malam.Ketinggian air terus bertambah hingga Selasa (7/12) pagi. Akibatnya, selain ratusan rumah warga terendam, banjir juga memutuskan jalur alternatif Madiun-Kwadungan, Ngawi,” ujar Camat Kwadungan Setiono.
Menurut dia, untuk Kecamatan Kwadungan terdapat lima desa yang terkena luapan Bengawan Madiun. Lima desa itu adalah Desa Warok Kalong, Simo,Tirak, Sumengko, dan Purwosari. Jayadi, warga Desa Tirak, mengaku enggan mengungsi karena air masih sebatas lutut orang dewasa. ”Saya masih ingin bertahan sambil memindahkan barang-barang rumah ke tempat yang lebih tinggi.” ”Daerah sini sudah biasa banjir setiap sungainya meluap,” tuturnya.
Dari Madiun dilaporkan empat orang hanyut akibat berdiri di atas jembatan Desa Serut Sewu, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun. Empat orang itu hanyut di anak Sungai Bengawan Madiun. Mereka hanyut ketika jembatan yang mereka gunakan untuk melihat banjir roboh kemarin. Dari empat warga yang hanyut tersebut, tiga di antaranya berhasil diselamatkan meski dalam keadaan lemas.
Sementara seorang lagi masih dalam tahap pencarian tim SAR penanggulangan bencana Kabupaten Madiun dan warga desa setempat. Korban hanyut yang belum ditemukan adalah balita bernama Muhamad Risqi, anak dari Nurul Hidayah. Balita tersebut diduga sudah tewas karena selain tidak bisa berenang, arus air sungai juga cukup deras. Luapan Sungai Bengawan Solo menggagalkan panen padi puluhan hektare di Bojonegoro kemarin.
Tanaman padi gagal panen tersebut tersebar di sejumlah kecamatan di antaranya Kecamatan Padangan, Purwosari, Kalitidu, Bojonegoro kota, Dander, Kapas, Malo,Trucuk, Balen, Sumberejo, dan Baureno. Ribuan hektare tanaman padi siap panen di wilayah Bojonegoro gagal panen karena terendam banjir bandang dan luapan Sungai Bengawan Solo. Akibatnya, petani mengalami kerugian hingga jutaan rupiah. Samsudin, 55, petani di Desa Cengungklung,Kecamatan Kalitidu, mengatakan bahwa tanaman padi yang terendam banjir banyak yang membusuk dan gabuk.
Akibatnya, padi yang sudah berumur empat bulan itu gagal panen. ”Padinya sudah menguning. Namun karena terendam banjir, akhirnya membusuk,” ucapnya kepada harian SINDO kemarin. Lahan milik Samsudin hanya berjarak sekitar 500 meter dari bibir Sungai Bengawan Solo. Lahan seluas setengah hektare itu hanya menghasilkan satu ton padi. Padahal, pada saat normal hasil panennya bisa mencapai dua ton.Parahnya lagi,hasil panen padi itu tidak laku dijual karena kualitas padinya buruk. Hal senada diungkapkan Waras, 55, petani di Desa Sudu,Kecamatan Kalitidu.
Dia mengaku lahan padinya seluas satu hektare terendam banjir luapan anak Sungai Bengawan Solo. Akibatnya, bulir padi banyak yang membusuk,gabuk,dan rusak. ”Panen kali ini anjlok. Biasanya lahan satu hektare bisa panen sembilan ton.Namun, kali ini hanya panen tiga ton,”tuturnya. Gabah hasil panen itu dijual murah, yakni hanya Rp2.700/kilogram (kg).Padahal,harga gabah di pasar saat ini mencapai Rp3.200– Rp3.500/kg. Akibatnya, Waras mengaku mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
Menurut petugas LKMD di Kecamatan Dander, Bambang, saat ini mendata jumlah lahan padi yang terendam banjir dan kerugiannya. ”Data terakhir ada 150 hektare lahan padi yang terendam. Kalau kerugiannya, masih dihitung,”ujarnya. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro Kasiyanto mengatakan, hingga kini mereka masih mendata areal tanaman padi dan hortikultura yang terendam banjir dan gagal panen tersebut. Dari pendataan terakhir, areal persawahan yang paling parah terendam banjir berada di Kecamatan Kalitidu, Trucuk, Malo,Balen,dan Baureno.”Untuk petani yang menderita kerugian akibat banjir itu, nanti ditangani dinas terkait,”tandasnya.
Sampang Diterjang Banjir
Banjir akibat luapan Kali Kemuning sejak Senin (6/12) malam juga nyaris melumpuhkan pusat pemerintah Kabupaten Sampang Madura kemarin. Air sudah menyentuh halaman Pendopo Wakil Bupati Sampang, Jalan Trunojo, kemarin. Pendopo Wabup ini terletak sekitar 100 meter dari Monumen Kota Sampang yang sejak sekitar pukul 11.00 WIB sudah tergenang banjir. Namun, genangan banjir di halaman Pendopo Wabup ini tidak terlalu tinggi,yakni hanya sekitar 30 cm. Sementara ketinggian genangan air di sekitar Monumen Kota mencapai sekitar satu meter.
Selain Pendopo Wabup,kantor pemerintah lain yang juga tergenang banjir, yaitu Kantor Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpol Linmas) yang berjarak sekitar 100 meter dari Pendopo Wabup di alamat yang sama. Demikian pula dengan Kantor Dinas Koperasi dan UMK, lembaga penyiaran pemerintah, Radio Swara Sampang, Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) serta Kantor Dinas Pendapatan Daerah dan Pengelolaan Keuangan (Dispendaloka) yang terletak di Jalan Rajawali, Sampang.
Lima kantor pemerintah dan satu radio pemerintah ini ikut tergenang banjir karena terletak di dataran rendah. Genangan air hanya di halaman kantor dan tidak masuk ke dalam kantor. ”Kalau debit air makin tinggi, bisa saja masuk ke ruangan kantor,” urai Ali, salah seorang petugas di Kantor Bakesbangpol Linmas Sampang. Semula genangan banjir akibat luapan Kali Kemuning ini hanya terjadi di empat desa di wilayah bagian utara Kecamatan Kota Sampang.
Namun sejak Selasa (7/12) sekitar pukul 01.30 WIB dini hari, genangan banjir mulai memasuki pusat kota. Wilayah yang mulai digenangi banjir itu antara lain gang di sepanjang Jalan Panglima Sudirman, Imam Bonjol, Jalan Hasyim Asy’ari, Jalan Melati, dan Jalan Syuhada, Sampang. Sebelumnya genangan air hanya terjadi di empat desa bagian utara kota Sampang, yakni Desa Kemuning, Paseyan, Panggung, dan Kelurahan Dalpenang.
Badai La Nina Ancam hingga Maret 2011
Hujan deras diprediksi akan terus terjadi hingga 2011. Bahkan menurut Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda Agus Tri Suhono, hujan yang mengguyur sejak Kamis (2/12) lalu terhitung masih normal. Hujan deras ini disebabkan tiga faktor. Pertama, wilayah Jatim mulai Oktober 2010 hingga April 2011 memasuki musim penghujan. Selain itu, juga adanya fenomena La Nina yang masih melanda.
Bahkan,La Nina diprediksi masih akan terus berlanjut hingga Maret 2011. Sementara penyebab khusus yang mengakibatkan hujan deras kali ini,yaitu adanya aktivitas gunung berapi. Erupsi Gunung Bromo yang terjadi beberapa waktu lalu menjadi pemicu hujan. Letusan Bromo mengeluarkan debu vulkanik yang berfungsi sebagai inti kondensasi sehingga memicu turunnya hujan dalam kapasitas besar. Namun begitu, menurut Agus, hujan kali ini masih normal. Nantinya akan terjadi hujan di atas normal yang berarti hujan lebih deras lagi.
”Puncak musim hujan akan jatuh pada Januari 2011,” ungkapnya. Bahkan, hujan di atas normal ini akan turun di wilayah Sidoarjo dan Surabaya mulai Desember pada tahun ini. Sayangnya, BMKG baru bisa memberi informasi tentang prediksi turunnya hujan melalui pantauan pergerakan awan dan konsentrasi awan. ”Kami tidak bisa memprediksi, apakah hujan ini akan menyebabkan banjir atau tidak. Sebab, banjir lebih dikarenakan sistem sanitasi yang buruk,” tukasnya. (muhammad roqib/ subairi/oktalia ary/ant)
Post Date : 08 Desember 2010
|