Banjir, Kepasrahan Guru & Siswa SMP 48...

Sumber:Pikiran Rakyat - 23 April 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
PELAKSANAAN Ujian Nasional (UN) tingkat SMP, akan berlangsung Selasa (24/4) besok. Namun, hujan yang turun setiap malam dan gorong-gorong di bawah tol dekat sekolah terus menyempit, SMPN 48 Bandung terendam air. Sekolah yang terletak di Jln. Baturaden, Kec. Rancasari Bandung ini , sudah beberapa hari terpaksa melaksanakan aktivitasnya di bawah genangan air setinggi setengah betis. Akibatnya, kegiatan belajar mengajar (KBM) pun terganggu, terutama kelas IX yang sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti UN.

Ya, pasti terganggulah. Konsentrasi kita jadi buyar. Mau masuk kelas aja harus melewati genangan air, ujar Putri, siswa kelas 3.

Banjir memang sudah menjadi langganan sekolah ini. Namun, banjir kali ini, sangat parah. Pasalnya, selain gorong-gorong yang terletak di bawah jalan tol dekat Griya Bandung Indah (GBI) di belakang sekolah tidak berfungsi, saluran buangan air di sebelah sekolah pun ditutup warga. Apalagi, kini semakin banyak warga yang membuat keramba ikan dan mendirikan bangunan liar di sekitar sekolah. Praktis jika hujan, semua air tumpah ke SMPN 48.

Dulu tidak separah ini. Lagi pula dulu belum ada GOR, masih ada sawah. Tapi sekarang sawahnya sudah berubah jadi GOR. Dulu juga SMAN 25 belum ditinggikan, tapi sekarang sudah ditinggikan. Makanya semua air tumpah ke sini (SMPN 48-Red), ujar Kepala Sekolah SMPN 48 Dra. Ati Nurkania didampingi Bidang Sarana Drs. Jaja. SMP 48 bersebalahan dengan SMAN 25 Bandung.

Ati memaparkan, air memang belum masuk kelas. Tapi seluruh halaman tergenang air sehingga siswa harus mencopot sepatu sebelum masuk kelas. Untuk masuk ruang guru pun, harus lewat jembatan darurat.

KONDISI itu, sebenarnya sudah diketahui camat, wali kota, bahkan anggota DPR RI. Namun, sampai sekarang belum ada perbaikan. Guna mengatasi hal itu, Ati mengaku, pihaknya sudah mencoba mengalirkan air lewat saluran buangan air dekat sekolah. Tetapi karena saluran ditutup warga, sekolah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Kalau saluran itu kita buka, takutnya nanti warga menyerang sekolah, katanya pula. Kondisi itu, mendorongnya melapor ke Camat Rancasari, Kamis (19/4). Sehari kemudian, ke Wakadisdik Kota Bandung.

Jalan keluar yang mungkin ditempuh, kata Ati, sekolah harus meninggikan posisi permukaan tanahnya dengan cara pengurukan. Cara lainnya, pemerintah kota Bandung bekerja sama dengan pemerintah kabupaten Bandung segera memperbaiki gorong-gorong yang sudah tidak berfungsi. Sebab ,gorong-gorong di bawah tol itu berada di perbatasan kota dan kabupaten Bandung.

Kalau sekolah harus melakukan pengurukan sendiri, jelas sangat berat. Karena setelah kami hitung, biayanya mencapai Rp 217 juta, ucap Ati menambahkan.

Dengan kondisi tersebut, Ati dan para guru hanya bisa pasrah. Harapan satu-satunya, hujan tidak turun lagi agar air tidak meluap. Namun pernahkah kita tahu? Bagaimana kalau ternyata hujan tetap turun? Haruskah 323 siswa SMPN 48 yang akan ujian nanti menggigil kedinginan karena banjir menerjang sekolah mereka? (Eriyanti/PR)



Post Date : 23 April 2007