Banjir Kembali Meluas

Sumber:Pikiran Rakyat - 21 Maret 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SOREANG, (PR).- Hujan deras yang mengguyur wilayah Bandung selatan Jumat (19/3) dan Sabtu (20/3) membuat wilayah Kab. Bandung dikepung banjir, bahkan kawasan yang tergenang cenderung meluas. Kecamatan yang dilanda banjir bandang adalah Kec. Bojongsoang, Dayeuhkolot, Baleendah, Rancaekek, Cangkuang,  Banjaran, dan Pameungpeuk. Sementara beberapa ruas jalan di Kec. Katapang, Margahayu, dan Kec. Soreang sempat tergenang banjir hingga memutuskan arus lalu lintas.

Wilayah genangan di Kec. Dayeuhkolot terdapat di Kelurahan Pasawahan, Kp. Bojong Citepus Desa Cangkuang Wetan,  dan Kp. Leuwibandung Desa Dayeuhkolot. ”Hujan deras yang mengguyur Kota Bandung  ataupun Bandung selatan seperti Kec. Dayeuhkolot dan Baleendah membuat ketinggian air Sungai Citarum naik drastis,” ujar Camat Dayeuhkolot, Numan.

Ratusan pengungsi, kata Numan, juga memilih bertahan di Kantor Kec. Dayeuhkolot ataupun di kantor desa/kelurahan. ”Kantor Kel. Pasawahan dan Kantor Desa Cangkuang Wetan masih dipenuhi pengungsi. Jumlah pengungsi di dua kantor kelurahan lebih dari  dua ratus orang,” katanya.

Untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi para korban banjir, menurut Numan, pihak kecamatan sudah mengirimkan bantuan kepada desa/kelurahan.  ”Dapur umum dibuka di kantor desa/kelurahan yang nantinya mendistribusikan kepada korban banjir. Kami kekurangan tenaga untuk dapur umum,” ujarnya.

Kantor Kec. Dayeuhkolot juga menjadi tempat pengungsian ratusan warga Desa Dayeuhkolot sehingga pihak kecamatan kewalahan untuk melayani para pengungsi. ”Kami kekurangan nasi bungkus dan persediaan beras juga habis besok (hari ini-red.),” kata staf Kec. Dayeuhkolot, Ny. Mimin.

Kondisi banjir di Kec. Baleendah sama dengan di Dayeuhkolot terutama di RW 20 Kp. Cieunteng Kel. Baleendah serta di Kp. Jambatan dan Kp. Ciputat Kel. Andir. Ketinggian banjir di Kel. Andir berkisar 50 sentimeter sampai 2 meter  dengan Kp. Ciputat sebagai daerah terparah.

Kabid Bina Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil (Dinsosdukcasip) Kab. Bandung, Agus Maulana mengatakan, pihaknya secara rutin menyalurkan bantuan beras ke dapur umum di Kec. Baleendah ataupun Kec. Dayeuhkolot. ”Pihak Dinsos Jabar dan Bulog juga siap menyalurkan kapan pun sesuai dengan permohonan Pemkab Bandung,” katanya.

Banjir juga melanda Desa Tegalluar, Kec. Bojongsoang, yang sepuluh hari terakhir sudah terbebas dari banjir akibat luapan Sungai Citarum. ”Dari sekitar 4.500 rumah di Desa Tegalluar, sebanyak 3.600 rumah tergenang banjir. Ketinggian banjir paling parah karena di jalan raya saja sudah satu meter,” kata mantan Kades Tegalluar, H. Dadang Supriatna.

Sementara itu, arus lalu lintas di Kec. Margahayu sempat terputus terutama di Jln. Sayati Dengdek sehingga kendaraan dialihkan ke Jln. Margahayu Kencana. Banjir juga sempat memutus Jln. Raya Soreang-Banjaran di depan Mapolres Bandung dan Jln. Raya Gandasari tak jauh dari Kantor Dishub Kab. Bandung.

Longsor

Hujan deras juga membuat Irigasi Leuwikuya kembali ambrol di dua titik di wilayah Kec. Kutawaringin yakni Kp. Cihering Desa Kutawaringin, dan Kp. Cibaruang Desa Cibodas. Hujan juga membuat Bukit Randukurung, Desa Kutawaringin, longsor yang menimpa 5 rumah dan 1 rumah, milik Asep (40), mengalami rusak parah.

Menurut Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Banyu Hurip, Imat Ruhimat, hujan deras yang turun sejak Jumat (19/3) sore  membuat aliran air di Irigasi Leuwikuya amat deras. ”Akibatnya pada Jumat sekitar pukul 20.30 WIB tanggul Irigasi Leuwikuya di Hectometer (HM) 83,93  Kp. Cihering jebol sepanjang seratus meter,” katanya ketika ditemui di lokasi, Sabtu (20/3).

Hujan juga membuat Irigasi Leuwikuya di HM 112 Kp. Cibaruang, Desa Cibodas, jebol sepanjang tiga puluh meter. ”Akibatnya aliran air untuk irigasi 2.10o hektare sawah di Kec. Kutawaringin dan sepuluh desa di Kec. Cihampelas, Kab. Bandung Barat, terganggu. Bahkan, Irigasi Leuwikuya ditutup dan air dialirkan ke Sungai Ciwidey,” ujarnya didampingi Kades Kutawaringin, Ujang Suparno.

Dampak jebolnya Irigasi Leuwikuya juga dikhawatirkan Ketua GP3A Anggrek Mekar Kec. Cihampelas, H. Sirodjudin, yang meninjau langsung ke lokasi. ”Perbaikan irigasi membutuhkan waktu lama karena tidak bisa dilakukan dengan kerja bakti. Sekitar 1.477 hektare areal sawah di sepuluh desa Kec. Cihampelas yang selama ini dialiri Irigasi Leuwikuya pasti akan kekeringan,” katanya didampingi  petugas Pengairan Kec. Cihampelas, Wawan.

Menurut pemantauan ”PR”, Irigasi Leuwikuya ambrol di Kp. Cihering sedalam 20 meter dengan panjang hampir 100 meter. Tanggul penahan tebing (TPT) tergerus aliran air sehingga harus dibangun tanggul baru.

Evakuasi terhambat

Sementara itu, evakuasi warga yang masih terjebak banjir di Kec. Baleendah dan Dayeuhkolot, sempat beberapa kali terhambat, Sabtu (20/3). Selain karena lokasi gang permukiman yang sempit, di beberapa titik juga ditemui arus deras.

Hal tersebut terlihat saat warga dan tim sukarelawan melakukan evakuasi terhadap Ekawati (24), warga RT 2 RW 9 Kampung Kaum, Desa/Kec. Dayeuhkolot, yang sedang hamil dengan usia kandungan sembilan bulan. Ekawati terjebak di rumahnya yang tergenang banjir setinggi 1,5 meter sejak Sabtu (20/3) dini hari. Ibu tiga anak ini baru berhasil dievakuasi oleh warga dan tim sukarelawan Baraya Bandung kemarin siang dengan menggunakan perahu kayu, dan kemudian dibawa ke RS Al Ihsan Baleendah.

Kesulitan dalam proses evakuasi juga dituturkan Asep Iqbal, salah seorang sukarelawan dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jawa Barat. ”Karena gang sempit dan ketinggian banjir yang mencapai atap rumah, evakuasi sempat beberapa kali terhambat. Tadi juga ada seorang nenek berusia 60 tahun warga RW 19 Kampung Cigosol, Kel. Andir, Kec. Baleendah yang terpaksa dievakuasi dengan menggunakan pelampung dan ban yang diikatkan pada tali tambang," kata Asep seusai menyelesaikan evakuasi warga tersebut.

Sukarelawan lainnya, Kukuh Ginanjar, juga mengatakan hal serupa. ”Ada dua ibu yang memiliki anak baru lahir yang kesulitan dievakuasi, karena di Kampung Cigosol arus airnya masih kuat, dengan ketinggian air antara 2 hingga 4 meter, sedangkan seorang ibu lagi di Kampung Mulyasari, airnya juga sangat tinggi dan riskan,” ucap Kukuh.

Pinggir Jalan

Lonjakan jumlah pengungsi membuat sejumlah pengungsian terisi penuh. Hal itu menyebabkan sejumlah warga terpaksa mengungsi hingga di pinggir jalan.

Dedeh (48), warga RT 6 RW 27 Kp. Mekarsari, Kel./Kec. Baleendah termasuk salah seorang warga yang mengungsi di pinggir jalan tanpa mendapatkan tenda. Dia mengungsi di bawah atap toko peralatan listrik di Jln. Bojongsoang-Baleendah, seratus meter dari jembatan Citarum. Dedeh mengungsi di tempat tersebut bersama 32 warga lain. ”Seperti yang bisa dilihat, hanya beralaskan tikar dan koran. Kalau malam ya pakai sarung atau pakaian yang tidak terendam," katanya.

Sementara Camat Baleendah, Usman mengatakan, pihaknya akan segera mendistribusikan tenda pleton jika banjir di daerah tersebut tidak juga surut. ”Wilayah RW 27 sebelumnya jarang terkena dampak banjir, kami akan distribusikan tenda ke sana,” katanya. (A-71/A-175)



Post Date : 21 Maret 2010