|
SURAKARTA - Hanya sehari setelah perayaan hari jadinya yang ke-264, Kota Surakarta memperoleh kado pahit berupa banjir di sejumlah titik. Meskipun tidak sebesar pada akhir Januari lalu, banjir tersebut mengakibatkan ratusan rumah terendam air dengan ketinggian hingga satu meter. Pengalihfungsian lahan dituding menjadi salah satu penyebab banjir. "Air mulai masuk kampung pagi tadi," kata Sabarno, warga Joyontakan, Surakarta, kemarin. Warga langsung menyelamatkan barang-barangnya setelah mendengar tanda bahaya dari perangkat peringatan dini yang terpasang di Pintu Air Joyosuran. Selain Joyontakan, banjir juga melanda Kelurahan Sangkrah, Pucangsawit, Sewu, Jagalan, dan Jebres. "Saat ini kami sedang mendistribusikan obat-obatan ke lokasi-lokasi banjir itu," kata Wakil Ketua Palang Merah Indonesia Sumartono Hadinoto ketika dihubungi. Kepala Balai Besar Bengawan Solo Grahita Sutadi menuding pengalihfungsian lahan sebagai biang keladi bencana banjir yang terjadi selama beberapa tahun terakhir. "Tentunya selain faktor curah hujan tinggi," katanya. Menurut Grahita, saat ini banyak lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi permukiman dan kawasan industri. Karena curah hujan tinggi, air tidak sempat terserap ke tanah. Pihaknya telah menganggarkan Rp 335 miliar untuk perbaikan Sungai Bengawan Solo pascabanjir 2007. Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan merelokasi para korban bencana tanah longsor yang terjadi di wilayahnya. Wakil Gubernur Jawa Tengah Rustriningsih mengatakan pihaknya sudah menerima surat pengajuan relokasi dari beberapa daerah, antara lain relokasi korban tanah longsor dari Desa Sijeru, Banjarmangu, Banjarnegara; dari Desa Sridadi, Bantar Kawung, Brebes; dari Desa Ngargoyoso, Tawangmangu; dan dari Desa Kebak Kramat, Karanganyar. Dari usulan yang masuk, kata Rustriningsih, yang sudah dalam pengerjaan adalah relokasi korban tanah longsor di Brebes. "Saat ini dalam tahap pembersihan lahan," tuturnya. AHMAD RAFIQ | SOHIRIN Post Date : 19 Februari 2009 |