Banjir Kembali Landa Tanah Laut

Sumber:Kompas - 22 Juli 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Banjarmasin, Kompas - Banjir kembali melanda Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Sabtu (21/7). Ini merupakan yang ketiga kalinya dalam dua bulan terakhir. Banjir akibat hujan yang berlangsung dalam tiga hari ini merendam 300-an rumah di Desa Jilapatan dan Asam-asam.

Suratno, petugas Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Saltak PB) Tanah Laut, mengatakan, dua banjir sebelumnya terjadi pada awal dan pertengahan Juni 2007. Tidak ada korban jiwa, namun sejumlah warga terpaksa mengungsi.

Selain itu, sebagian aktivitas sosial ekonomi warga lumpuh karena sawah dan kebun mereka terendam. "Tahun lalu hanya sekali saja banjir. Ini karena selain hujan, kawasan hutan di daerah itu juga banyak yang rusak akibat perambahan," kata Suratno.

Kerusakan hutan yang parah juga terjadi di Kecamatan Kintap. Di kecamatan yang terkena banjir itu, areal hutan telah banyak yang berubah menjadi tambang batu bara, biji besi, kebun kelapa sawit, dan karet. Di samping itu, sebagian hutan lainnya juga dirambah.

Didi, sopir angkutan barang jurusan Banjarmasin-Batulicin, mengatakan, banjir di Jorong juga merendam setidaknya empat titik di ruas jalan Kabupaten Tanah Laut-Tanah Bumbu.

Menurut Didi, kendaraan roda empat biasa, bus, dan truk harus melintasi genangan banjir secara hati-hati karena arusnya deras. Para pengendara sepeda motor pada umumnya menaikkan sepeda motor mereka ke gerobak untuk melewati genangan air. "Sekali angkut pengendara harus membayar Rp 10.000 hingga Rp 20.000," ujar Didi.

Kemarau basah

Fenomena kemarau tidak normal juga dialami Palembang, Sumatera Selatan. Kemarin, kota itu diguyur hujan deras mulai siang hingga malam hari. Akibatnya, sejumlah ruas jalan tergenang air.

Menurut pantauan Kompas, hujan deras mengguyur Palembang sejak pukul 12.00. Akibatnya, Jalan Mayor Salim Batubara, Jalan Veteran, dan beberapa titik di Jalan Kolonel H Burlian, misalnya, tergenang dan terjadi kemacetan lalu lintas.

Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Muhammad Irdam mengatakan, hujan yang terus berlangsung di tengah musim kemarau ini menyebabkan fenomena kemarau basah.

"Fenomena itu dipicu oleh tekanan udara rendah di pantai barat Sumatera dan Selat Karimata. Pusaran angin di sekitar pantai itu membawa perubahan cuaca," katanya.

Menurut Irdam, Palembang biasanya memasuki musim kemarau pada bulan Juli dengan curah hujan 50 milimeter (mm), dan curah hujan berkurang pada puncak musim kemarau, yaitu Agustus.

Namun, hingga pertengahan Juli ini curah hujan sudah mencapai 50 mm, dengan kelembaban udara hampir mencapai puncak, yaitu 98 persen. Tekanan udara rendah dan kelembapan udara yang tinggi itu akan memengaruhi peningkatan ketinggian gelombang laut di Selat Bangka dan perairan pantai barat.

Kemarau basah ini, lanjutnya, diperkirakan berlangsung sampai awal Agustus dan dilanjutkan dengan kemarau yang memuncak pada Agustus sampai September. (FUL/LKT)



Post Date : 22 Juli 2007