MALILI (SI) – Hujan deras yang mengguyur di Tana Luwu kemarin, menyebabkan dua kabupaten terendam banjir.Kedua kabupaten itu, yakni Kabupaten Luwu Utara (Lutra) dan Luwu Timur (Lutim).
Di Lutim,banjir merendam empat kecamatan, yakni Wotu,Tomoni, Tomoni Timur,dan Mangkutana. Banjir tersebut disebabkan meluapnya sungai yang melintasi empat kecamatan itu,yakni Sungai Kasa dan Sungai Camae.Akibatnya, ratusan rumah milik warga dan sejumlah fasilitas publik di empat kecamatan itu dilaporkan terendam.
Selain itu, jalur trans Sulawesi yang menghubungkan Sulawesi Selatan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah juga ikut terendam banjir. Sesuai informasi yang dihimpun dari warga di sekitar lokasi banjir,banjir diketahui mulai meluap sekitar pukul 23.30 Wita. Saat kejadian, hujan deras mengguyur sejak siang hari. Akibat bencana banjir ini juga dilaporkan dua rumah hanyut terbawa arus banjir,yakni rumah milik Mahyar, 34, dan Subur, 35.Keduanya merupakan warga Wotu.
Selain itu, satu orang warga juga dilaporkan hilang.Namun,warga yang hilang itu hingga kini belum diketahui identitasnya. Banjir juga mengakibatkan kemacetan di jalur trans Sulawesi.Kemacetan itu bahkan mencapai dua kilometer (km). Pasalnya, kendaraan yang didominasi truk dan bus itu harus antre dan berjalan perlahan karena khawatir dengan kondisi jalan. Sementara di Lutra, banjir dilaporkan melanda Kecamatan Bonebone.
Banjir disebabkan meluapnya Sungai Bonebone sehingga merendam puluhan rumah di daerah itu.Banjir juga merendam puluhan hektare lahan pertanian dan perkebunan milik warga. Salah seorang Bonebone, Sulaiman, 30, menuturkan, banjir mulai meluap menggenangi rumah warga sekitar pukul 23.00 Wita dan langsung meluap menggenangi rumah warga.
”Arus air yang sangat deras mengakibatkan warga berlarian ke lokasi yang aman. Beruntung, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan atas kejadian ini.”katanya. Tak hanya di Lutim dan Lutra, banjir juga terjadi di Kabupaten Sidrap yang menggelamkan ratusan hektare lahan pertanian. Kerugian yang ditimbulkan diperkirakan cukup besar.
Arus Transportasi Bone-Wajo Terputus
Sementara itu, banjir akibat luapan air Sungai Walanae (terusan Danau Tempe, Kabupaten Wajo) di Kecamatan Ajangale dan Dua Boccoe,masih terjadi.Ratusan rumah yang terletak di pinggiran Sungai Walanae, memasuki hari ketiga kemarin, nyaris terendam air hingga dua meter. Menurut Camat Ajangale A Amir, luapan sungai dipicu curah hujan yang setiap hari turun menghantui masyarakat.
“Ada beberapa kelurahan yang terisolir karena air sudah mencapai ketinggian panggung rumah warga,”ungkapnya. Dengan banjir seperti itu, dia sangat khawatir dan mengimbau warganya berhati-hati atau mengungsi ke tempat yang lebih aman. Apalagi, debit air di Sungai Walanae terus meninggi. Salah seorang warga Kecamatan Dua Boccoe, Sultan, mengatakan bahwa meluapnya air Sungai Walanae tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya.
Tahun ini, banjir dirasakannya sangat parah sehingga dia dan keluarganya terpaksa mengungsi ke rumah keluarga lainnya.“Saya terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman,”ujarnya. Sementara itu, arus transportasi Bone-Wajo terputus total. Kendaraan yang melintas dialihkan ke jalur poros Bone-Soppeng.
Pasalnya, ketinggian air yang menutupi ruas jalan mencapai satu meter. Sebagian warga pun ada yang memaksakan beraktivitas menggunakan perahu. Kapolsek Ajangale AKP Ali Syahbana mengakui arus lalu lintas poros Bone-Wajo terganggu akibat luapan air Sungai Walanae. (asdhar/m syahlan/ rahmi djafar)
Post Date : 30 Juni 2010
|