|
[SOLO] Akibat curah hujan yang tinggi dalam tiga hari terakhir, beberapa daerah di Kota Solo kembali tergenang air luapan Bengawan Solo. Wilayah rawan banjir seperti Kecamat- an Jebres, Sewu, Jagalan, Sangkrah, serta Joyotakan kembali tergenang hingga ketinggian dua meter. Meski sudah mulai menyusut pada Rabu (5/2) pagi, namun masyarakat masih was-was bila terjadi hujan lagi pada sore hari. Warga Kampung Sewu Kecamatan Jebres mengatakan, pada pagi hari, rata-rata ketinggian air menyusut, namun jika pada malam hari hujan, maka air kembali meninggi. "Sudah sejak Senin, kami mengungsi lagi. Pagi para ibu balik ke rumah, sekadar menengok dan menyimpan barang, sore kalau hujan, mengungsi lagi," ujar Pramono (43). Wakil Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo ketika dikonfirmasi, membenarkan bahwa warga mulai mengungsi pada malam hari ke tenda-tenda darurat atau wilayah yang tidak tergenang air. "Selama musim hujan, banjir memang susah ditanggulangi. Ini memang karena debit air di Bengawan Solo yang terus meningkat," katanya. Prioritas yang dilakukan, lanjutnya, penanganan pengungsi termasuk bantuan logistik dan kesehatan. Pemerintah Kota (Pemkot) menyediakan pos kesehatan dan juga bantuan logistik. Hanya saja, semua itu tergantung kondisi air. Banjir yang melanda sebagian wilayah Solo sejak Senin itu, membuat kegiatan belajar mengajar terhenti. Hadi membenarkan bahwa beberapa sekolah memang tergenang hingga ketinggian satu meter. Akibatnya, sekolah diliburkan mendadak. Meski ada sekolah yang tergenang selutut, namun siswa-siswa sampai Rabu pagi ini masih belum bisa bersekolah, mengingat rumah dan perlengkapan belajarnya tidak bisa dipergunakan. Banjir Porong Sementara itu, jalur alternatif untuk mengurai kepadatan arus lalu lintas melewati Jalan Raya Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, akibat semburan dan luberan lumpur panas Lapindo bercampur gas, terganggu karena Desa Kalitengah dan Gempolsari terendam banjir akibat luapan Kalitengah Utara dan Kalitengah Selatan. Antrean panjang terjadi di jalan raya ini, karena seluruh kendaraan yang melewati, mengurangi kecepatan menjadi rata-rata 5-10 kilometer (km) per jam. Sementara rel kereta api (KA) sepanjang 500 meter dari Desa Siring sampai Ketapang, juga tergenang air setinggi 10-15 cm. Genangan terjadi akibat hujan lebat yang turun dalam tiga hari terakhir. Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), tidak bersedia membantu membersihkan genangan di Jalan Raya Porong, karena genangan terjadi bukan akibat luberan lumpur dalam kolam-kolam penampungan, tetapi akibat hujan lebat. Humas BPLS, Akhmad Zulkarnaen mengatakan, pihaknya masih berkonsentrasi terhadap pelaksanaan yang terkait dengan semburan dan luberan lumpur. Sementara Jalan Raya Porong yang terendam bukan akibat luberan lumpur, bisa ditangani pihak Dinas Pekerjaan Umum Sidoarjo dan Provinsi Jatim. Kepala Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng), Budi Anggono mengatakan, bencana banjir dan tanah longsor mengancam beberapa daerah di Jateng bagian selatan, menyusul turunnya hujan deras sejak awal Februari yang diprediksi akan berlangsung tertus sampai Maret mendatang. Cuaca buruk yang ditandai hujan deras diprediksi akan berlangsung hingga Maret mendatang, khususnya di Jateng bagian selatan dan Jateng pada umumnya. Khusus di bagian selatan Jateng, daerah banjir yang perlu waspada antara lain Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Kebumen dan Purworejo. Sedang daerah yang rawan longsor antara lain Banjarnegara, Purbalingga, Kebumen, Purworejo, Banyumas dan Cilacap. Persiapan banjir dan longsor di Kebumen meliputi Kecamatan Puring, Ayah, Gombong, dan Sadang. Bupati Kebumen Rustriningsih mengatakan, bencana banjir dan tanah longsor terjadi setiap musim hujan. [WMO/ES/152/148/080] Post Date : 06 Februari 2008 |