Banjir Kembali Genangi Andir dan Baleendah

Sumber:Pikiran Rakyat - 18 Maret 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

BANDUNG, (PR).- Banjir dengan ketinggian 2 hingga 3 meter kembali menggenangi dua kelurahan di Kec. Baleendah, yaitu Kel. Andir dan Kel. Baleendah. Di Jln. Mekarsari Kp. Cieunteung, Kel./Kec. Baleendah, yang merupakan jalan utama Kp. Cieunteung, ketinggian air antara 2 hingga 2,5 meter. Sementara di permukiman warga mencapai 3 meter. Permukiman warga di Kel. Baleendah yang terendam adalah di RW 9, 20, 21, dan 28.

Ketua RW 20, Jaja, ketika dihubungi "PR", Rabu (17/3) malam mengatakan, ketinggian air masih terus bertambah disertai arus yang deras. ”Ini seperti banjir bandang, karena dalam waktu dua jam ketinggian air bisa bertambah dua meter," ujarnya.

Jaja juga mengatakan, pabrik dan tembok PT Tridaya Mas Sinar Pusaka di Kp. Cieunteung juga jebol. "Warga sudah dievakuasi sejak sore ke titik pengungsian," ucap Jaja.

Genangan air juga memutus Jalan Ciparay-Bojongsoang dan Jalan Dayeuhkolot-Banjaran. Ketinggian air di jalan penghubung dua kecamatan ini sekitar 50 sentimeter hingga 1 meter. Sementara di Kel. Andir banjir setinggi 1-1,5 meter di RW 6, 8, 9, dan 13. Banjir di wilayah tersebut juga memutus akses Jalan Andir ke Rancamanyar.

Camat Baleendah Usman Sayogi mengatakan, telah terjadi lonjakan jumlah pengungsi di Kec. Baleendah. ”Kemarin tersisa 930 orang, besok pagi (hari ini-red.) diperkirakan ada 1.400 pengungsi di Kec. Baleendah. Untuk itu, lokasi darurat pengungsian seperti aula kantor kecamatan juga kami sediakan untuk pengungsian,” kata Usman.

Luapan Sungai Cisangkuy juga menggenangi sedikitnya delapan RW di Desa Kamasan, Kec. Banjaran, Rabu (17/3) malam. Camat Banjaran Iman Irianto mengatakan, ketinggian air berkisar antara 40 sentimeter hingga 1,5 meter. Banjir juga menyebabkan jalan penghubung antara Kec. Banjaran dan Soreang terputus dengan ketinggian rata-rata 30-50 cm.

Banjir juga menggenangi empat desa di Kec. Dayeuhkolot, yaitu Citeureup, Cangkuang Wetan, Dayeuhkolot, dan Kel. Pasawahan dengan ketinggian rata-rata satu meter. Banjir di Kec. Dayeuhkolot juga memutus akses Jln. Moh. Toha ke Jln. Raya Dayeuhkolot karena genangan air antara 50 sentimeter hingga 1 meter sepanjang lebih dari 1 kilometer.

Hingga pukul 22.15 WIB ketinggian air terus meningkat dan  hujan gerimis masih berlangsung. Akibat mulai tingginya genangan air, sebagian pengungsi yang sudah pulang ke rumah masing-masing, kembali ke pengungsian di Kantor PDIP, Gedung Juang, Kantor KNPI, serta Balai Serbaguna Kelurahan Baleendah.

Demikian pula warga di Kec. Dayeuhkolot yang terkena banjir. Warga yang sempat pulang ke rumah kembali ke pengungsian. Tetapi ada sebagian yang bertahan, terutama yang rumahnya dua lantai.

Banjir juga membuat akses Jalan Moh. Toha kembali terputus pada beberapa titik genangan yang tingginya mencapai lebih dari satu  meter seperti di Cieunteung, Andir, dan Leuwibandung Dayeuhkolot sehingga tidak bisa dilewati kendaraan.

Akses dari dan ke Bandung selatan hanya bisa melalui terusan Buahbatu. Akibatnya, jalan tersebut padat dengan kendaraan sehingga kemacetan terjadi sangat panjang. Kemacetan sudah terjadi sejak dari pertigaan Bojongsoang hingga ke Buahbatu. Hal ini semakin diperparah ketika bobotoh yang baru pulang nonton pertandingan Persib-Persema. Bobotoh yang pulang ke arah Bandung Utara mengambil jalur Soreang-Banjaran-Bojongsoang sehingga kemacetan semakin parah.

Tanggungjawab

Sementara itu Pemerintah Kota Bogor  menyatakan bertanggung jawab atas kejadian longsor di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga yang menewaskan empat orang pemulung.  TPA tersebut selama ini dikelola Pemkot Bogor. Setelah kejadian longsor kemarin, pemkot segera melakukan pemeriksaan internal karena dinding beton yang longsor tersebut justru baru dibangun.

”Kami bertanggung jawab atas kejadian ini. Dinas terkait sudah saya instruksikan untuk memeriksa soal bangunan dinding tersebut,” ujar Sekretaris Kota Bogor Bambang Gunawan kepada ”PR”,  Rabu (17/3).

Bambang mengaku dirinya sedang menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan aparat kepolisian. Pemeriksaan juga menyangkut konstruksi kirmir yang roboh. ”Karena Polres Bogor sedang menyelidiki, kami menunggu hasilnya termasuk akan patuhi apa yang diputuskan kepolisian. Kalau ada pemanggilan atau pemeriksaan, kami akan penuhi panggilan itu,” ucapnya.

Bambang mengungkapkan, empat korban yang meninggal sudah diberikan uang santunan masing masing Rp 5 juta. Uang santunan tersebut berasal dari Pemkot dan Pemkab Bogor. Sementara tujuh orang yang luka-luka diberi santunan masing masing Rp 1 juta dan dibebaskan dari biaya rumah sakit.

Mengenai sampah, kata Bambang, tetap akan dibuang di TPA Galuga. ”Sampah dibuang melalui pintu satu sehingga pembuangan sampah dari Kota ataupun Kab. Bogor tidak ditutup. Yang ditutup itu di lokasi kejadian yang merupakan salah satu titik lokasi pembuangan karena sedang dipasangi garis polisi dan tengah dalam proses penyelidikan,” ujar Bambang.

Diakui Bambang, kapasitas pembuangan sampah tidak seperti sebelumnya yang sehari bisa sampai 97 truk. Di lokasi pintu satu hanya menampung 70 truk sampah sehari.

Sementara itu, empat korban yang tewas kemarin sudah dimakamkan. Jenazah Tirta dan Wahyu dikuburkan di TPU Moyan, Desa Galuga, Kec. Cibungbulang. Pemakaman berlangsung histeris, orang tua korban dan kerabatnya tak kuasa menahan tangis. Namun, tidak ada seorang pun pejabat pemkot ataupun pemkab yang hadir dalam pemakaman tersebut.

Keluarga korban meminta proses atas kasus longsor tersebut ditangani secepatnya sehingga ada kepastian.

Periksa saksi

Kepolisian Resort (Polres) Bogor telah memeriksa tujuh  saksi terkait dengan kejadian longsor di TPA Galuga, Desa Galuga, Kec. Cibungbulang, Kab. Bogor. Selain itu, polres juga mendatangkan ahli konstruksi mengecek bangunan dinding beton yang longsor yang mengakibatkan 11 pemulung tertimbun dan 4 orang di antaranya tewas.

Kapolres Bogor Ajun Komisaris Besar Tomex Kurniawan melalui Kasatreskrim Ajun Komisaris  Dasmin G., S.I.K. kepada ”PR” Rabu (17/3) di Cibinong, Kab. Bogor mengatakan, pascakejadian longsor polisi langsung melakukan proses penyelidikan dan telah memeriksa tujuh saksi.

Ketujuh saksi tersebut di antaranya koordinator pemulung, kepala dusun, lurah, dan sopir truk yang membawa sampah. Pemeriksaan masih difokuskan pada kronologi kejadian longsor pada Selasa (16/3), yang meliputi bagaimana suasana waktu itu, proses evakuasi, dan  adanya korban jiwa.

Dikatakan Dasmin, pemeriksaan dilakukan untuk mendalami bagaimana kejadian longsor dan siapa saja yang ada di lokasi dan apa langkah yang dilakukan ketika longsor.

Sementara pemeriksaan terhadap instansi pemerintah yang mengelola TPA Galuga dijadwalkan pada Senin depan. Dinas Cipta Karya dan Dinas Kebersihan Kota Bogor akan diperiksa dalam kasus tersebut.

Menurut Dasmin, penyidik belum masuk kepada persoalan bangunan dinding beton yang longsor dan bagaimana konstruksinya apakah sudah sesuai dengan spesifikasinya atau tidak.

”Hal itu akan didalami pada saat memeriksa pejabat yang mengelola TPA, karena dinas resmilah yang akan kami periksa dalam masalah tersebut. Penyebab tewasnya pemulung dan korban luka karena dinding beton yang longsor,” ucapnya.

Meski belum memeriksa pejabat Pemkot ataupun Pemkab Bogor, kepolisian kemarin telah mendatangkan ahli konstruksi dari Jakarta. Tenaga ahli tersebut diminta untuk menganalisis dan meneliti bagaimana keadaan konstruksi bangunan dinding beton areal parkir yang longsor.

Dasmin mengungkapkan, tenaga ahli sengaja didatangkan agar bisa memberikan informasi tentang konstruksi bangunan apakah sudah sesuai dengan aturan.

Dijelaskannya, pemeriksaan akan dilakukan tentang konstruksi bangunan, kemudian baru dilakukan ekspose tentang proses hukum kasus longsor tersebut. ”Mereka yang akan diperiksa sudah didata, dan proses penyelidikan terus dilakukan,” katanya. (A-134/A-175/A-188)



Post Date : 18 Maret 2010