NGANJUK (SINDO) – Banjir bandang melanda hampir di seluruh wilayah barat Jawa Timur kemarin. Ribuan rumah dan ratusan sawah kembali terendam. Belum selesai persoalan banjir Bengawan Solo yang merendam Kecamatan Widang, Tuban dan Kecamatan Laren, Lamongan, air bah kembali menerjang kota-kota lain. Kabupaten Ngawi, Madiun, Nganjuk, Magetan,juga tidak luput dari bencana ini.Banjir juga merendam Kediri, Jombang, dan Mojokerto. Banjir kali ini nyaris tidak berbeda dengan banjir besar di seluruh Jatim sekitar dua bulan silam. Sayangnya, hingga kemarin belum ada penanganan signifikan dari Pemprov Jatim atau pemerintah daerah setempat. Warga yang menjadi korban banjir dibiarkan berjuang sendirian mengatasi lumpuhnya akses jalan dan rusaknya beberapa infrastruktur. Sebagian korban banjir terpaksa bertahan dengan fasilitas seadanya. Di Nganjuk, banjir bandang akibat luapan Sungai Widas terjadi sejak pukul 02.00 WIB kemarin membuat warga tiga desa di Kecamatan Gondang panik.Betapa tidak, sebelumnya mereka tidak mengira air bah bakal datang lagi karena sehari sebelumnya banjir serupa telah menggenangi rumah-rumah mereka. Lebih dari itu, air bergulung- gulung itu juga menerjang saat mereka tertidur lelap. Ketinggian air bahkan sempat mencapai sekitar satu meter. Seperti sebelumnya, kondisi terparah terjadi di Desa Sumberejo. Sekitar 500 rumah di tiga dusun desa tersebut terendam air hingga setinggi dada orang dewasa.Saking besarnya luapan air dari Sungai Widas itu, dua rumah warga terpaksa dibongkar lantaran nyaris roboh karena terjangan air. Dua rumah kayu itu diketahui milik Doto dan Sarbi. Ratusan warga Dusun Depok, Desa Sumberejo hingga siang kemarin juga masih terisolasi. Warga tidak bisa keluar rumah lantaran air yang masih menggenangi rumah mereka hingga setinggi di atas lutut. Bahkan,salah satu warga yang sakit terpaksa dijemput salah seorang paramedis yang didatangkan ke posko banjir. ’’Sepanjang tahun ini,banjir kali ini yang paling besar,’’ tutur Darmaji, warga Desa Sumberejo. Camat Gondang Gatut Sugiarto mengatakan,banjir kali ini dipicu kondisi Sungai Widang yang berbelok-belok. Menurutnya,proyek pelebaran sungai sebenarnya telah dilakukan sejak tahun lalu. Namun, pembangunan ini masih dalam tahap pembebasan lahan sehingga masih belum mampu membendung banjir langganan itu. ’’Tapi penggarapan proyek ini sebenarnya sudah dilakukan sepanjang 2 km. Memang belum semuanya tergarap.Pembebasan tanah sudah beres,’’ kata Gatut saat meninjau lokasi banjir siang kemarin. Sementara itu, sedikitnya lima desa juga tergenang air hingga mencapai ketinggian satu meter di Kecamatan Mojoagung, Jombang.Banjir terparah terjadi di Desa Karobelah. Aktivitas belajarmengajar di SDN Karobelah ikut terhenti. Pihak sekolah terpaksa meliburkan sekolah lantaran kondisi air di halaman sekolah yang masih belum surut. Bahkan, air juga menggenangi semua ruangan kelas. Kepala SDN Karobelah Sutika mengatakan, banjir besar itu kerap terjadi di sekolahnya. ’’Hampir setiap tahun memang seperti ini,’’ kata Sutika. Selain merendam rumah dan sawah,banjir akibat luapan Sungai Gunting ini menyebabkan jembatan penghubung Desa Karang Winongan, Desa Ngingas, dan Desa Mojolegi, Mojoagung,ambrol setelah arus sungai menerjang jembatan yang terbuat dari beton itu. (tritus julan/deny / hari tri wasono/roqib) |