|
Pontianak, Kompas - Musim hujan bulan ini telah mengakibatkan banjir di beberapa lokasi di Kalimantan. Banjir telah memutuskan akses jalan di jalur lintas utara Kalimantan Barat, sementara di sejumlah kawasan di Kalimantan Timur banjir belum juga surut sejak sepekan lalu. Pada musim hujan di bulan Desember ini jalur lintas utara Kalimantan Barat beberapa kali putus. Kondisi ini mengganggu aktivitas penduduk antara ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, Putussibau, dan kota perbatasan Badau, Kalimantan Barat. Berdasarkan informasi penduduk, lintas utara Kalbar sering kali putus karena hujan membuat jalan yang sebagian besar berupa tanah dan kerikil menjadi terlalu becek untuk dilewati bus maupun kendaraan pribadi, kata Humas Kabupaten Kapuas Hulu Ansela Sarating, Selasa (27/12), saat dihubungi. Karakteristik jalur lintas utara Badau-Putussibau, hampir 150 kilometer, beberapa ruas jalan rawan ambles. Kerusakan juga terjadi di lintas selatan, Putussibau-Sintang. Kini para pelintas memilih jalur air, dengan speed boat atau motor air, walau ongkosnya lebih mahal. Ini masalah tahunan. Selain soal waktu juga merugikan dalam perbaikan suku cadang kendaraan. Tidak jarang ban mobil pecah ketika terperosok lubang atau peredam kejut patah, ujar sopir bus Pontianak-Putussibau, Pramono. Dia mengatakan, karena jalan rusak waktu tempuh Pontianak-Putussibau (800 kilometer) menjadi 22-26 jam dari biasanya 17 jam. Pemandu wisata Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI) Kalbar Sugeng yang bulan lalu pergi ke Putussibau mengungkapkan, bus yang dinaikinya harus ditarik truk lain agar terbebas dari lubang sebesar badan bus. Dalam beberapa bulan terakhir, tidak banyak terlihat proyek pengaspalan di Kalbar, kecuali peningkatan lajur di Jl Ahmad Yani, Pontianak, dari dua jalur menjadi tiga jalur. Sebaliknya, jalan kota Pontianak, seperti Jl Gajah Mada, Jl Agus Salim, dan Jl Nusa Indah pun rusak. Belum surut Banjir yang menggenangi sejumlah kawasan di Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, pedalaman Kaltim, sejak pekan lalu hingga kemarin belum surut. Warga yang kebanjiran amat membutuhkan bantuan terutama bahan makanan dan obat-obatan. Ketinggian air di enam desa berkisar satu setengah hingga dua meter. Lebih dari 1.300 rumah di enam desa di Kecamatan Bengalon, Sepaso Induk, Sepaso Timur, Sepaso Barat, Tepian Langsat, dan Tepian Indah terendam air. Kepala Desa Sepaso Selatan M Ali Asikin menginformasikan kepada Kompas, Selasa (27/12), ketinggian air di wilayahnya malah cenderung naik karena hujan terus turun. Sejumlah bantuan sudah datang, namun warga mengharapkan bantuan lagi, katanya. Menurut dia, bantuan datang dari sejumlah perusahaan besar yang ada di Kutai Timur juga dari Bupati Awang Farouk. Banjir juga menyebabkan ruas jalan Sangatta-Simpang Perdau, Kecamatan Bengalon, putus karena ambles. Hal itu menyebabkan antrean panjang kendaraan. Camat Bengalon Fadli Hessa yang dihubungi mengatakan, banjir akibat meluapnya Sungai Bengalon dan Sungai Lembak menyebabkan sejumlah kawasan di kecamatan terendam. Kerugian sangat besar, tapi nilainya belum diketahui, katanya. Sementara di Makassar, akibat hujan yang turun terus-menerus, warga Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, diminta mewaspadai banjir susulan. Pekan lalu delapan desa di dua kecamatan tersebut dilanda banjir selama semalam. (RYO/RAY/SSD) Post Date : 28 Desember 2005 |