Banjir Isolasi 10 Ribu Warga Belu, Nusa Tenggara Timur

Sumber:Koran Tempo - 27 Juni 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
KUPANG -- Lebih dari 10 ribu warga dari 16 desa di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, sejak dini hari kemarin terisolasi akibat meluapnya dua sungai yang melingkari wilayah itu. Banjir terjadi setelah hujan deras mengguyur sebagian wilayah Timor dan Flores dalam tiga hari terakhir. Seluruh aktivitas perkantoran, kegiatan belajar-mengajar, dan aktivitas masyarakat lumpuh total.

Camat Malaka Barat Remigius Asa yang dihubungi melalui telepon selulernya mengatakan tim darurat kesulitan menjangkau lokasi banjir karena sebagian jalur masih digenangi air setinggi 1,5-2 meter. "Warga saat ini bertahan di rumah-rumah panggung atau di atap rumah," katanya.

Dia menambahkan ada tiga rumah warga yang dilaporkan hanyut berikut perabotannya. Beruntung, penghuni rumah berhasil menyelamatkan diri.

Hingga pukul 11.00 waktu setempat, genangan air dilaporkan bertambah tinggi karena hujan masih mengguyur wilayah bagian selatan Kabupaten Belu tersebut. "Saya melihat beberapa orang membawa barang-barang yang dikemas dalam tas dan mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi," tutur Oktovianus Manek, warga Desa Besikama, Kecamatan Malaka Barat, yang dihubungi lewat telepon.

Menurut Untung, Kepala Subbagian Bina Sosial Kabupaten Belu, Wakil Bupati Belu Gregorius Mau Bili sudah melakukan rapat darurat dan akan segera mengirim makanan, obat-obatan, dan air mineral. Air bersih dan obat-obatan, kata Untung, adalah yang paling mendesak diperlukan warga karena sebagian besar sumber air minum digenangi banjir.

Akibat hujan yang terus-menerus, di Kabupaten Ngada terjadi tanah longsor. Ruas jalan utama yang menghubungkan Mataloko-Bajawa dan daerah lain di Flores, kata Umbu Jaiwu, anggota staf Biro Bina Sosial Sekretariat Daerah NTT, mengalami tanah longsor sekitar 50 meter. Tiga jembatan di Kecamatan Mauponggo dan Kecamatan Reo Tengah juga ambruk. "Transportasi lintas Flores untuk sementara tertutup," ujarnya.

Para petani pun dipastikan akan mengalami gagal panen, karena sekitar 60 hektare tanaman pertanian dan perkebunan rusak total akibat tertimbun tanah longsor. "Sejauh ini belum ada laporan korban jiwa," ujar Umbu.

Hujan yang terjadi pada musim kemarau ini, menurut Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun El Tari Kupang Albert Kusbagio, merupakan dampak dari adanya tekanan rendah di atas Pulau Timor dan Flores. Tekanan rendah yang terjadi, kata dia, hanya 1.006 milibar dan kemungkinan munculnya badai sangat kecil. Jems de Fortuna



Post Date : 27 Juni 2007