|
[JAKARTA] Banjir yang tiap tahun melanda Ibukota harus ditanggulangi memakai pendekatan yang komprehensif dan paralel. Marwan Batubara, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) DKI Jakarta berpendapat, banjir di Jakarta tidak akan bisa diselesaikan apabila hanya bertumpu pada satu solusi saja. "Tidak cukup dengan membangun Kanal Banjir Timur saja, tetapi juga harus dilakukan upaya-upaya lain, seperti normalisasi Sungai Ciliwung, perbaikan saluran-saluran drainase, pemeliharaan situ dan sumur resapan, menggalakkan penghijauan, serta menertibkan gedung dan bangunan yang keberadaannya melanggar ketentuan daerah resapan," kata Marwan dalam perbincangan dengan Pembaruan, baru-baru ini. Marwan menyambut baik beberapa usulan pembangunan infrastruktur pengendali banjir, seperti sistem deep tunnel yang diusulkan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, maupun proyek sistem terowongan tol, sekaligus pengendali banjir terpadu Balekambang-Manggarai, yang diusulkan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) di Departemen Pekerjaan Umum. "Tetapi harus betul-betul dikaji, seberapa jauh sistem itu dapat bekerja efektif, dan bukan hanya sebatas proyek," kata Marwan menandaskan. Rencana pembangunan terowongan dalam (deep tunnel) itu diekspos secara langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Terowongan bawah tanah itu rencananya dibangun sebagai salah satu sarana pengendalian banjir di Ibukota. Tetapi, menurut Agus Sidharta, anggota Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), tujuan pokoknya deep tunnel bukan untuk pengendalian banjir, tetapi untuk mengatasi problem air bersih atau air minum. Usulan pembangunan deep tunnel tersebut pertama kali diperkenalkan dalam seminar yang diselenggarakan oleh Badan Pengatur Air Minum DKI Jakarta beberapa waktu lalu. "Usulan dibangunnya juga aneh, yaitu di bawah saluran Kanal Banjir Barat sepanjang 17 kilometer. Bagaimana mau menyerap luapan sungai yang umumnya berlangsung cepat?" kata Sidharta, menjawab pertanyaan Pembaruan, pekan lalu. Ia berpendapat, pendekatan memakai sistem resapan reservoir air, sebagaimana yang diusulkan oleh Gubernur Sutiyoso, tidak secara langsung dapat mengatasi banjir. Sebab di dalam sistem ini, air hujan yang turun di berbagai wilayah Jakarta akan ditampung lalu dialirkan melalui pipa bawah tanah (deep tunnel) untuk selanjutnya disimpan dalam reservoir. "Kalau terjadi banjir bandang, reservoir itu tidak akan mampu menampung. Sebab, dalam waktu singkat air yang dialirkan sangat besar," kata Sidharta. [E-9] Post Date : 20 Maret 2007 |