|
SOLO, KOMPAS - Banjir bandang yang disebabkan meluapnya Bengawan Solo dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur telah menimbulkan kerugian ratusan miliar rupiah akibat hancurnya berbagai produk pertanian, lumpuhnya sejumlah industri, hancurnya rumah dan harta benda milik masyarakat, serta sarana transportasi. Di luar itu, muncul kerugian berupa hancurnya sejumlah sekolah, tempat ibadah, dan sejumlah perkantoran. Menurut Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Jawa Timur, termasuk Lamongan dan Bojonegoro, merupakan salah satu penyangga stok pangan nasional. Namun, kerugian akibat banjir tidak akan mengganggu stok pangan nasional. Karena itu, pemerintah melalui Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla di Jakarta, Kamis (3/1), menegaskan akan melakukan langkah fundamental, menyeluruh, dan bersifat jangka panjang dalam penanggulangan bencana alam banjir ini dengan pelaksanaan gerakan penanaman satu juta hektar lahan (gerhan). Gerakan itu dilakukan dengan menanam tanaman keras yang menghasilkan, seperti karet, kemiri, atau tanaman lain di sekitar kawasan daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo dan lereng-lereng bukit di daerah rawan longsor. Sementara itu, Departemen Pekerjaan Umum berjanji akan membangun 20 waduk pengendali banjir yang masuk dalam DAS Bengawan Solo. Pembuatan waduk-waduk itu untuk mengurangi luas wilayah yang terpapar ketika Bengawan Solo meluap. "Pengendali utama banjir di Sungai Bengawan Solo adalah Waduk Gajahmungkur, tetapi itu tidak cukup. Sebab, air juga masuk ke Bengawan Solo melalui anak-anak sungai lainnya," kata Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto di Jakarta kemarin. Dampak banjir Tiga Pos Komando Bencana Alam di Solo, Sukohardjo, dan Sragen di Jawa Tengah menginformasikan, banjir sejak 26 Desember 2007 menimbulkan kerugian Rp 150 miliar lebih. Di kota Solo kerugian mencapai Rp 22 miliar dan di Sukoharjo Rp 31,2 miliar. Di Kabupaten Sragen, Jateng, banjir yang menerjang sembilan desa di 18 kecamatan menimbulkan kerugian hingga Rp 192 miliar. Tidak hanya itu, banjir juga menyebabkan lima orang meninggal dunia, 21 orang luka-luka, dan 12 orang lainnya dirawat di rumah sakit. Di Solo, banjir melanda lima kecamatan yang meliputi 12 kelurahan dan mengakibatkan 6.491 rumah rusak. Dari jumlah itu, 3.761 rumah di bantaran sungai terendam dan rusak parah, dengan kerugian Rp 11,258 miliar. Rumah yang rusak berat dan ringan di luar daerah bantaran sungai 2.730 rumah, dengan kerugian Rp 9,746 miliar. "Ada 19 sekolah terendam banjir," kata Wali Kota Surakarta Joko Widodo. Di Kabupaten Sukoharjo, banjir melanda 10 kecamatan, yakni Kecamatan Tawangsari, Bendosari, Sukoharjo, Baki, Nguter, Polokarto, Bulu, Mojolaban, Weru, dan Grogol, dengan total kerugian Rp 31,290 miliar. Kerugian terbesar dialami Kecamatan Mojolaban (Rp 10 miliar). Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Sragen P Poedarwanto menjelaskan, banjir mengakibatkan rusaknya 45 jembatan, 2 tanggul, dan 2 talud. Sementara 57 rumah roboh, 209 rumah rusak berat dan ringan, serta 16.549 rumah terendam. Sebanyak 30.303 ternak mati dan hanyut, seperti ayam, sapi, kambing, babi, itik, ikan lele, gurami, dan patin. Banjir juga merusakkan 30 tempat ibadah serta 49 sekolah rusak berat dan ringan. Kerusakan parah lain terjadi di sektor pertanian, 8.036 hektar sawah yang terendam harus diganti dengan tanaman baru. Di Bojonegoro dan Lamongan, Jatim, kerugian akibat banjir mencapai lebih dari Rp 100 miliar. Bupati Bojonegoro M Santoso menyebutkan, jumlah tanaman yang terendam 12.262 hektar, meliputi padi yang puso (gagal panen) 8.500 hektar, jagung 723 hektar, dan palawija 22 hektar. Rata-rata tanaman padi berumur 30-90 hari (hampir panen). Karena itu, perkiraan produksi 7.200 ton gabah kering panen (GKP) akan turun menjadi 2.800 ton GKP.(INA/IKA/ACI/LAS/EKI/SON/ SUP/GAL/HEN/RYO/HAR) Post Date : 04 Januari 2008 |