|
DEBIT air pedalaman Sungai Barito di wilayah Kabupaten Barito Utara (Barut), Kalimantan Tengah, kembali meningkat. Akibatnya, angkutan tongkang batu bara dan kayu dilarang berlayar melewati jembatan KH Hasan Basri, Muara Teweh. "Mulai hari ini (Jumat), semua angkutan tambang dan kayu dilarang berlayar melewati jembatan karena permukaan air Sungai Barito di atas normal," kata Petugas Teknis Lalu Lintas Sungai Dinas Perhubungan Barut Rizalfi di Muara Teweh kepada Antara, kemarin. Naiknya permukaan pedalaman Sungai Barito ini akibat tingginya curah hujan terutama di wilayah utara Kabupaten Murung Raya (Mura) dan sebagian akibat meluapnya sungai di wilayah Kabupaten Barut. Kemarin, angkutan kapal tunda (tugboat) dan tongkang batu bara sebagian besar sudah berlayar sebelum ketinggian air Sungai Barito di atas normal. Sejumlah perusahaan yang berada di wilayah hulu Kabupaten Barut yang mengangkut hasil tambang batu bara melintasi jembatan tersebut, di antaranya PT Marunda Graha Mineral, PT Viktor Dua Tiga Mega, PT Duta Nurcahaya, dan PT Sinar Barito Global. Sementara itu, di Kalimantan Selatan (Kalsel), luapan Sungai Barito juga merendam sekitar 300 rumah dan areal pertanian warga di wilayah Kabupaten Balangan dan Hulu Sungai Utara terendam air dengan ketinggian hingga 1 meter. Bupati Balangan Sefek Effendy, kemarin, mengatakan sebagian wilayah dataran rendah yang dilintasi Sungai Tabalong terendam air. Sefek mengutarakan pihaknya telah menurunkan tim untuk menanggulangi bencana banjir di Kecamatan Juai dan pemberian bantuan tanggap darurat kepada warga korban banjir. Gubernur Kalsel Rudy Arifin menyatakan pihaknya telah meminta seluruh kabupaten/kota di Kalsel untuk mewaspadai ancaman bencana banjir ini. Masih tergenang Di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, ribuan rumah di Kampung Cieunteung, Kelurahan dan Kecamatan Baleendah, hingga kemarin, masih tergenang air akibat meluapnya Sungai Citarum. Hujan deras yang beberapa pekan terakhir melanda sebagian wilayah Kabupaten Bandung menyebabkan sungai yang mengelilingi Kecamatan Baleendah meluap dengan ketinggian hampir 1 meter. Sedikitnya 600 kepala keluarga (KK) korban banjir mengungsi ke lokasi aman, seperti balai desa dan sarana umum. Sebagian di antaranya memilih tinggal di rumah mereka meski ketinggian air masih di atas 50 cm. Di kabupaten yang sama, banjir juga menerjang 18 rumah di Kampung Cibiru Tonggoh, Kecamatan Cileunyi. Rumah-rumah tersebut hancur diterjang banjir pada Kamis (27/11) malam. Terjangan air bah juga merusak puluhan hektare lahan padi siap panen. Banjir di wilayah itu terjadi akibat tingginya curah hujan dan tanggul-tanggul selokan jebol. Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut. Kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Sementara itu, banjir akibat meluapnya Danau Limboto, Provinsi Gorontalo, belum juga surut hingga kemarin. Bahkan, banjir sudah mengganggu aktivitas pelayanan sejumlah kantor desa karena digunakan warga sebagai lokasi pengungsian. Banjir menggenangi tujuh desa di Kabupaten Gorontalo dan dua kelurahan di Kota Gorontalo. Umumnya, warga mengungsi ke kantor kepala desa setempat. Di Desa Hutada, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo, terdapat 17 kepala keluarga yang mengungsi di kantor desa. Di Cilacap, Jawa Tengah, banjir yang melanda daerah itu sejak Rabu (26/11), hingga kemarin masih merendam ratusan rumah penduduk Desa Tarisi, Kecamatan Wanareja, hingga 1 meter. (Tim/N-1) Post Date : 29 November 2008 |