Banjir di Wajo Meluas

Sumber:Kompas - 30 Juni 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

MAKASSAR, KOMPAS - Banjir akibat luapan Danau Tempe di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, meluas. Selasa (29/6), 2.300 rumah dan 1.908 hektar sawah di Kecamatan Pammana terendam. Tinggi air yang menggenangi 65.000 hektar lahan di lima kecamatan sejak 16 Juni kini lebih dari 2 meter.

Hujan deras dalam beberapa hari terakhir menyebabkan Sungai Walanae meluap. Dua anak, Akbar Mustakim (12) dan Andi Batara (12), pekan lalu terseret arus sungai. Jenazah Andi ditemukan terapung oleh Tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) Wajo dan Badan SAR Nasional (Basarnas) Kabupaten Bone, Selasa pagi di Kecamatan Pampanua, Kabupaten Bone, sekitar 40 kilometer arah tenggara Sengkang.

Adapun jenazah Akbar ditemukan sejak Kamis (24/6) lalu. Menurut Ketua Basarnas Kabupaten Bone Saktianto, kedua anak itu terseret arus sungai saat bermain bersama lima temannya. ”Mereka nekat meluncur di sekitar jembatan Padduppa,” kata Saktianto.

Di Kecamatan Pammana, banjir setinggi 1 meter menggenangi jalan utama sepanjang 500 meter di Desa Pallawaruka menuju Kecamatan Maroanging. Hal ini menyebabkan jalur dari Wajo menuju Bone terputus. Kendaraan roda empat atau lebih harus memutar lewat Kecamatan Cabenge, Kabupaten Soppeng, yang berjarak tempuh sekitar 70 kilometer.

Kendaraan roda dua bisa menyeberang dengan rakit dengan sewa Rp 5.000-Rp 10.000. Menurut Camat Pammana, Andi Ichsan, ia telah minta bantuan sejumlah nelayan agar perahu mereka digunakan sementara sebagai alat transportasi warga.

”Langkah ini kami tempuh sambil menunggu tindakan dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah Sulawesi,” katanya.

Jembatan ambrol

Jalan poros Wajo-Soppeng juga terputus setelah jembatan di Desa Salaonro, Kecamatan Lilirilau, Soppeng, ambrol, Senin malam. Jembatan beton sepanjang 20 meter ini rusak diterjang banjir yang melanda Soppeng sejak hari Minggu.

Para pengendara kendaraan roda empat atau lebih harus memutar lewat tiga desa, yaitu Desa Paroto, Tetewatu, dan Ujung, yang berjarak tempuh sekitar 100 kilometer.

Menurut Camat Lilirilau Andi Baharuddin, jembatan ambrol karena jalan yang menjadi tumpuan fondasi jembatan terkikis oleh banjir sejak hari Minggu. Gerusan kian lebar sehari kemudian sehingga jembatan ambruk pada malam harinya.

”Saat ini warga telah membentangkan sejumlah batang pohon kelapa agar jembatan bisa dilewati kendaraan roda dua,” katanya.

Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah Sulawesi Nurdin Samaila mengaku telah menurunkan tim untuk menganalisis tindakan yang diperlukan. Ekskavator akan didatangkan untuk membersihkan puing-puing setelah kondisinya memungkinkan.

”Kami tengah menginventarisasi jalan dan jembatan yang rusak akibat banjir. Dua jembatan di Maroanging (Wajo) dan Lilirilau (Soppeng) menjadi prioritas pembenahan karena memutus transportasi antarkabupaten,” tutur Nurdin. (RIZ)



Post Date : 30 Juni 2010